
Teraju
Kain Persembahan Sultan
Tanggal 7 Oktober diperingati sebagai Hari Kapas Sedunia, tanaman yang buahnya selama berabad-abad berjasa menutup aurat warga bumi.
OLEH SIWI TRI PUJI B
Katun adalah salah satu kain paling umum di lemari kita. Nyaman, kecil peluang menyebabkan alergi, adem, dan tahan lama. Dalam peta besar ekonomi dunia, kapas mewakili lebih dari sekadar komoditas.
Kain alami ini adalah produk yang mengubah hidup 32 juta petani -- hampir setengahnya adalah perempuan -- di seluruh dunia. Kapas, tanaman yang bunganya dipintal menjadi kain katun, menghidupi lebih dari 100 juta keluarga di 80 negara di lima benua. Artinya, di balik pakaian katun apa pun, bagaimanapun rantai perdagangannya, ada kisah pribadi di dalamnya.
Benar bahwa kapas sangat penting bagi ekonomi maju, tetapi bagi negara berkembang dan miskin, kapas merupakan jaring pengaman. Kapas adalah sumber utama mata pencaharian dan pendapatan bagi banyak petani kecil dan buruh pedesaan, termasuk perempuan, yang menyediakan lapangan kerja dan pendapatan bagi beberapa daerah pedesaan termiskin di dunia.

Asal tahu saja, kata katun, kapas (cotton dalam bahasa Inggris), berasal dari bahasa Arab qutn atau qutun. Kata tersebut diserap dalam bahasa Romawi pada pertengahan abad ke-12, dan bahasa Inggris satu abad kemudian. Kain katun dikenal orang Romawi kuno sebagai komoitas impor dari negara-negara berbahasa Arab di era Abad Pertengahan.
Kain katun tertua telah ditemukan di Huaca Prieta di Peru, bertanggal sekitar 6000 SM. Di sinilah Gossypium barbadense, salah satu varietas kapas tertua, dibudidayakan pertama kali. Beberapa buah kapas tertua ditemukan di sebuah gua di Lembah Tehuacán, Meksiko, dan diperkirakan berasal dari tahun 5500 SM, meski beberapa ahli sejarah meragukanya.
Benih dan tali yang terbuat dari kapas yang berasal dari sekitar 2500 SM telah ditemukan di Peru . Pada 3000 SM kapas ditanam dan diproses di Meksiko, dan Arizona.
Namun yang disepakati ahli sejarah secara umum, kapas (Gossypium herbaceum Linnaeus ) telah dibudidayakan sekitar 5000 SM di Sudan timur dekat wilayah Cekungan Nil Tengah, tempat kain katun pertama kali diproduksi. Budidaya kapas dan pengetahuan tentang pemintalan dan penenunannya di wilayah yang dikenal sebagai Mero ini mencapai tingkat yang tinggi pada abad ke-4 SM.
Ekspor tekstil merupakan salah satu sumber kekayaan bagi Mero. Raja Aksumite Ezana membual dalam prasastinya bahwa dia menghancurkan perkebunan kapas besar di Mero selama penaklukannya atas wilayah tersebut.

Sepuluh abad kemudian, budiaya kapan dilakukan di wilayah yang kini dikenal sebagai India, tepatnya di Lembah Indus. Kapas disebutkan dalam himne Hindu pada 1500 SM.
Herodotus, seorang sejarawan Yunani kuno, menyebutkan kapas India pada abad ke-5 SM sebagai "wol yang melebihi keindahan dan kebaikan domba", yang menunjukkan bahwa serat itu belum dikenal di Yunani pada masa itu.
Ketika Alexander Agung menginvasi India, pasukannya mulai mengenakan pakaian katun yang lebih nyaman daripada pakaian wol yang mereka pakai sebelumnya. Strabo, sejarawan Yunani lainnya, menyebutkan kejernihan kain India, dan Arrian menceritakan tentang perdagangan kain katun India-Arab pada 130 M.
Bicara tentang katun nomor wahid di dunia, tak bisa tidak bercerita tentang muslin, kain legendaris yang terbuat dari 100 persen kapas. Muslin terbaik berasal dari wilayah yang kini dikenal sebagai Bangladesh. Nun jauh sebelum menjadi negara yang kini mengalami gejolak politik dan ekonomi ini, Bangladesh berada di wilayah kekuasaan Kesultanan Islam.

Muslin pertama kali disebut dalam deskripsi pengelana Marco Polo tentang perdagangan kain yang terbuat dari kapas di Mosul, Irak. Ia menyebutnya dengan istilah mul mul, bahasa Bengali untuk kapas. Menurut sejarawan mode, Susan Greene, istilah muslin mulai dipakai pada abad ke-18, dari kata mousse, bahasa Prancis yang berarti busa; untuk menggambarkan kain ini sehalus dan seempuk busa.
Bangsa India di masa lalu memang sohor dengan kepiawaiannya menenun. Setelah penemuan kapas, tenunan katun India lebih sohor di seluruh dunia ketimbang wilayah tempat kapas berasal yaitu Afrika dan Amerika Latin.
Kain katun India menjadi komoditas ekspor pokok ke Kekaisaran Romawi, dan makin berkembang dalam volume di Abad Pertengahan di bawah kesultanan Islam, seiring dengan pertumbuhan "Jalur Sutra maritim" di Samudra Hindia.
Seperti tercatat dalam sejarah, Mughal adalah dinasti Muslim yang memerintah atas mayoritas penduduk Hindu di Asia Selatan. Pada 1750, mereka telah mendominasi sebagian besar wilayah itu, dan bertahan selama beberapa abad.
Selama pemerintahan awal dinasti Mughal, Muslim hanya sekitar 15 persen dari populasi, namun penguasa baru ini toleran terhadap semua agama di wilayah tersebut. Kebijakan itu menciptakan stabilitas sosial yang cukup untuk memastikan bisnis, investasi, dan perdagangan yang sehat berjalan dengan sangat baik.

Mughal membangun kerajaan mereka dengan memanfaatkan sumber daya India dengan baik, mengembangkan kapasitas produksinya, dan mendukung sistem perdagangan yang sangat kaya yang didominasi Muslim di Samudra Hindia. India berada di pusat pasar global untuk barang-barang di mana Muslim, dari berbagai latar belakang dan wilayah, adalah pelaku utama.
Muslim di seluruh Samudra Hindia diuntungkan dengan memiliki bahasa yang sama (Arab), seperangkat kode etik yang sama, dan tradisi praktik komersial bersama.
Di era inilah sejumlah besar katun Bengal mulai mencapai Basra dan Baghdad, serta Makkah yang dibawa oleh para jemaah haji. Di timur, katun muslin tersebar terutama di Jawa dan Cina.
Seperti yang dicatat oleh sejarawan tekstil John dan Felicity Wild, sementara banyak sekali kain dari varietas kapas yang sebagian besar polos diproduksi di tiga wilayah -- Gujarat, Pantai Coromandel, dan Benggala -- “pantai timur dan khususnya Lembah Gangga yang menawarkan kualitas terbaik.”
Pada awal abad ke-14, pengelana Ibnu Batutah menulis bahwa muslin adalah kain yang sangat berharga. Dia mencatat bahwa di antara hadiah yang dikirim oleh Sultan Delhi, Muhammad ibn Tughluq, kepada kaisar Yuan di Cina masing-masing 100 potong dari lima jenis kain, di mana empat di antaranya berasal dari Bengal. Kain itu dinamai oleh Ibn Battuta sebagai bayrai, salahiyya, shirinbaf, dan shanbaf.

Popularitas muslin moncer hingga berabad-abad kemudian. Ketika Spanyol, Portugis, Inggris, Prancis, dan Belanda mulai melirik Asia untuk memperluas perdagangan, muslin menjadi tren mode baru di kalangan atas Eropa. Hanya orang-orang terpandang yang mampu membelinya; muslin menjadi kain paling mahal pada zaman itu. Ratu Prancis Marie Antoinette, Joséphine Bonaparte, dan Jane Austen adalah tiga sosialita di eranya yang menjadi trend setter pengguna muslin.
Seiring dengan melemahnya pengaruh Islam dan seluruh India dicaplok kolonialisme, kejayaan muslin melemah. Demi membangun industri tekstil sendiri, Inggris mengerahkan segala daya, mulai dari larangan perdagangan kain asal India, hingga "melenyapkan" para penenun dalam arti yang sebenarnya.
Cerita dari mulut ke mulut yang masih lestari hingga saat ini di wilayah Bengali, surga muslin di masa lalu, adalah teror oleh tentara pendudukan Inggris bagi para penenun. Sejak akhir abad ke-18 hingga ke-19, tak boleh ada aktivitas memintal benang, apalagi kemudian menenunnya menjadi kain.
Sanksi bagi pelanggarnya tak main-main, yaitu hukuman potong jemari sehingga mereka tidak bisa membuat kain muslin lagi. Kisah muslin yang diturunkan dari genrasi ke generasi kemudian adalah saling kontras dan berkebalikan: seni dan pembunuhan, kemegahan dan kemiskinan, penemuan dan kehilangan.
Sejarah Kapas
Sebelum Masehi
5000 SM - Serat kapas dan fragmen kain yang ditemukan di Meksiko berasal dari periode ini.
3000 SM - Kapas pertama kali dibudidayakan sebagai kain di Lembah Sungai Indus (sekarang Pakistan).
2500 SM - Peradaban Cina, Mesir, dan Amerika Selatan mulai menenun kain katun.
2500 SM - Masyarakat pertanian awal di Amerika Selatan dan Utara memelihara dan membiakkan dua spesies kapas lokal: Gossypium hirsutum dan Gossypium barbadense.
300 SM - Tentara Alexander Agung membawa barang-barang kapas ke Eropa setelah penaklukan Kekaisaran Persia. Namun, kain katun tetap mahal dan penggunaannya terbatas.
Tahun 100 hingga 1400-an
100 M - Pedagang Arab membawa dua kain katun, muslin dan belacu, ke Italia dan Spanyol.
800-an - Bangsa Moor memperkenalkan budidaya kapas ke Spanyol.
1492 - Christopher Columbus menemukan varietas kapas modern paling populer di dunia, Gossypium hirsutum, di Bahama.
1600-an
1600 -an - The East India Company membawa kain katun langka ke Eropa dari India.
1621 - Kapas pertama kali diproduksi di bagian Amerika Serikat saat ini.
1641 - Pabrik pemintalan kapas pertama dibuka di Manchester, Inggris, menandai awal dari industri kapas Eropa.
1700-an - 1800-an
1700 -an - Industri kapas dunia berkembang secara dramatis ketika Inggris memperoleh koloni yang cocok untuk penanaman kapas, sementara pada saat yang sama perbaikan mesin tekstil memungkinkan benang yang lebih kuat untuk dipintal.
1700 -an - Kapas menggantikan rami dan wol sebagai kain paling populer di Eropa.
1760 -an - Inggris mengambil alih India sebagai pengolah kapas terbesar di dunia sebagai akibat dari Revolusi Industri.
1764-67 - 'spinning jenny' – sebuah rangka pemintal multi-spindel – (1764) dan rangka pemintal Arkwright (1767) ditemukan, memungkinkan produksi massal kain katun yang murah.
1793 - Eli Whitney ari Amerika Serikat mematenkan cotton gin, memisahkan kapas 50 kali lebih cepat daripada metode tangan tradisional.
Awal 1800 -an - Negara bagian selatan AS menjadi pengekspor kapas terbesar di dunia untuk pabrik tekstil Inggris yang berkembang pesat.
1900-an
1920 -an - Amerika Serikat menyumbang lebih dari setengah serat kapas dunia.
Awal 1980 -an - Sebagian besar varietas kapas asli berwarna yang ditanam di Afrika, Asia, Amerika Tengah dan Selatan digantikan oleh varietas komersial serba putih.
1996 - Varietas kapas transgenik pertama kali diperkenalkan, dan diadopsi secara luas oleh industri kapas dunia.
2000-an
2003 - Varietas kapas transgenik pertama yang memiliki dua gen Bt yang bekerja secara independen diperkenalkan di Australia dan Amerika Serikat.
2004/05 - Permintaan dan produksi kapas dunia mencapai rekor tertinggi masing-masing 23 juta ton dan 26 juta ton.
2009 - Better Cotton Initiative didirikan sebagai organisasi independen yang menyatukan petani, pembuat ginner, pedagang, pemintal, pabrik, produsen, pengecer, merek, dan organisasi akar rumput dalam komunitas global unik yang berkomitmen untuk mengembangkan kapas sebagai komoditas arus utama yang berkelanjutan.
2011 - Harga kapas dunia mencapai puncaknya pada level tertinggi yang tercatat. Indeks Bremen CFI, salah satu dari tiga indeks harga terpenting untuk perdagangan kapas, berada i angka 246,15 sen/lb pada 8 Maret.
2014/15 - China, importir kapas terbesar di dunia dan juga produsen terbesar, memproduksi sekitar 33 juta bal.
2015 - Pangsa pasar kapas global China menurun, dan negara-negara Asia lainnya meningkatkan impor dan konsumsi.
2016 - Hama baru membawa tantangan baru bagi produksi kapas. Budidaya kapas biotek telah mengubah kompleks hama di banyak negara, sehingga diperlukan perubahan metode pengendalian hama.
2018 - Produksi kapas dunia untuk 2018/19 turun karena pengurangan luas tanam, ketersediaan air, dan peningkatan hasil yang terbatas. Pertumbuhan konsumsi melambat selama periode tersebut.
2019 - Ketegangan perdagangan dan saham yang lebih tinggi menambah ketidakpastian di pasar kapas. Perang dagang AS-China meningkat, meningkatkan tarif di kedua belah pihak.
Keyakinan Konsumen
Keyakinan konsumen yang menurun mengganggu progres pemulihan ekonomi nasional.
SELENGKAPNYATanpa Muhrim, Wajibkah Haji?
Mayoritas ulama sepakat, muhrim dan atau suami adalah syarat wajib haji bagi perempuan
SELENGKAPNYA