Umat Islam melakukan kirab memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di kawasan Cumpat, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (7/10/2022). | ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Tajuk

Maulid dan Masa Kini

Ahlak dan ajaran Nabi Muhammad SAW tak lekang oleh zaman.

Tahun ini, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW datang kembali. Gempita peringatan merebak di mana-mana dalam wujud beraneka. Pawai dan ceramah-ceramah digelar, mengisahkan kembali sosok, akhlak Nabi, dan nilai-nilai ajaran Islam yang dibawanya.

Tujuannya, mengingatkan umat ada sosok dan ajaran agama yang dibawanya sebagai panduan hidup. Ada teladan moral. Ini tidak saja untuk dikenang, tetapi lebih jauh tentu masih tetap relevan untuk dipraktikkan dalam kehidupan masa kini.

Nabi memang hidup pada zamannya, yang berlalu ribuan tahun lalu. Namun, akhlak dan ajarannya tak lekang oleh zaman. Justru inilah yang lebih penting untuk dipetik dari serangkaian peringatan tahunan maulid serta seremoni yang menyertainya.

 

 
Nabi memang hidup pada zamannya, yang berlalu ribuan tahun lalu. Namun, akhlak dan ajarannya tak lekang oleh zaman. 
 
 

 

Dari mulai yang digelar di kampung-kampung hingga di istana pemerintahan. Yakni, sekali lagi, meniru dan menerapkan perilaku mulia Nabi dalam keseharian. Rasa cinta Nabi dalam berbagi, mestinya dijalankan pula oleh umatnya di tengah dunia bergejolak dan dirundung duka.

Misalnya, kemiskinan, bencana alam, juga terus mengemukanya kesengsaraan akibat perang, yang membuat mereka kehilangan rumah dan menempati kamp pengungsian. Maka itu, mereka yang berlebih, alangkah eloknya mengeluarkan sebagian harta untuk berbagi.

Menyerahkan ke lembaga-lembaga amil zakat atau filantropi guna ikut serta meringankan beban orang-orang yang kebetulan saat ini sengsara. Mereka yang dianggap pas-pasan, bisa pula menyisihkan sebesar yang mereka mampu.

Jadi, kesadaran berbagi yang masif kemudian dikelola dengan manajemen profesional dan transparan bakal melahirkan dampak besar. Pengentasan masyarakat dari kemiskinan, bibit pemberdayaan ekonomi yang terus tumbuh, dan solidaritas yang menguat di antara umat.

 
Jadi, kesadaran berbagi yang masif kemudian dikelola dengan manajemen profesional dan transparan bakal melahirkan dampak besar. 
 
 

Tak lupa soal kemandirian Nabi. Dalam konteks ekonomi, Muhammad sejak sebelum menjadi nabi dan rasul, telah menempa diri dengan kemandirian ekonomi. Ia ikut berniaga, membawa dagangan Khadijah yang kemudian menjadi istri tercintanya.

Nabi pun memiliki kemandirian secara ekonomi dan sarat kemampuan dalam berniaga. Dengan kemandirian semacam ini, ia mampu tegak di atas kaki sendiri. Tampaknya, semangat ini merambat ke perilaku sahabatnya.

Saat hijrah dari Makkah ke Madinah paling tidak menggambarkan hal itu dengan jelas. Sahabat di Madinah menawarkan hartanya kepada sahabat yang datang dari Makkah dengan niatan tulus. Namun, sahabat dari Makkah meminta sang sahabatnya itu menunjukkan jalan ke pasar.

Muslim, sebagai individu dan masyarakat pemeluk Islam, mestinya mandiri secara ekonomi. Kemandirian akan mencegah Muslim mempermalukan dirinya karena bergantung pada orang lain. Sebaliknya, Muslim yang kuat ekonomi bisa membantu Muslim lain yang kesusahan.

 
Muslim, sebagai individu dan masyarakat pemeluk Islam, mestinya mandiri secara ekonomi.
 
 

Sudah seharusnya, kisah Nabi dan para sahabat yang berada di bawah bimbingannya, menjadi pelajaran bagi umatnya saat ini. Memperbaiki kondisi ekonomi dan saling membantu agar saling menguatkan hingga bisa mandiri.

Mengembangkan produk-produk halal berkualitas tinggi sehingga bukan lagi menjadi pasar, melainkan penguasa pasar yang kuat. Tak lagi seperti selama ini lebih banyak menjadi konsumen dibandingkan produsen.

Tidak hanya bangga dengan kuantitas, tetapi juga secara ekonomi tertinggal. Kini, alangkah membanggakannya jika menjelma menjadi kekuatan ekonomi yang diperhitungkan. Para pemimpin negeri Muslim pun semoga terpantik untuk memperbaiki negerinya.

Mereka berupaya sungguh-sungguh agar negerinya menjadi makmur dan sepenuhnya dirasakan oleh seluruh rakyatnya. Sehingga tak ada lagi atau paling tidak, semakin sedikit  negeri Muslim miskin, yang bergantung pada utang atau kendali negeri lainnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Maulid Nabi dan Neraka Abrahah di Lembah Muhassir

Abdul Muthalib menyampaikan bahwa Ka'bah adalah rumah Tuhan yang harus dijaga.

SELENGKAPNYA

Simthud ad-Duror, Kitab Maulid Nabi Bertabur Keindahan

Tulisan dalam kitab ini dirangkai dengan bahasa-bahasa pilihan dalam bentuk qasidah

SELENGKAPNYA

Siapakah Shahib Simthud ad-Duror?

Kitab Simthu ad-Duror ditulis oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi

SELENGKAPNYA