Syekh Yusuf al-Qaradhawi. | DOK REUTERS Fadi Al-Assaad

Opini

Sempurnakan Risalahmu

Setiap manusia diberikan kapasitas sesuai risalah yang dibebankan kepadanya.

DR ELLY WARTI MALIKI LC MAPendiri Indonesian Islamic International School Jeddah

 

Setiap orang terlahir ke dunia membawa risalah masing-masing. Para Rasul membawa risalah langsung dari Sang Maha Pencipta untuk disampaikan kepada manusia dalam kurun waktu tertentu. Karena itu, para Rasul diberikan kapasitas sesuai beban risalah yang dipikulkan kepadanya.

Demikian juga dengan manusia lainnya. Setiap manusia diberikan kapasitas sesuai risalah yang dibebankan kepadanya. Seorang guru diberikan kemampuan mengajar agar dia menunaikan tugasnya mendidik para siswa. Seorang ibu rumah tangga diberikan kemampuan untuk mengelola seluk beluk kehidupan keluarga.

Seorang ilmuwan diberikan kapasitas berpikir untuk menggunakan ilmunya dalam menata kehidupan yang lebih baik. Seorang pemimpin negara diberikan kapasitas berpikir dan bertindak menggunakan kekuasaannya untuk menyejahterakan dan memajukan bangsanya dalam tata kehidupan global. Seorang ulama diberikan kapasitas untuk melanjutkan misi kenabian. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan risalah seperti disebutkan di atas, pada September tahun ini ada beberapa peristiwa yang terjadi dalam waktu berdekatan. Pertama, wafatnya seorang tetangga Nawalia Ridwan. Kedua, wafatnya Ketua Dewan Pers Prof Dr Azyumardi Azra. Ketiga, wafatnya Ratu Kerajaan Inggris Queen Elizabeth II. Dan, yang keempat, wafatnya ulama besar Prof Dr Yusuf Qardhawi.

Pertama: Wafatnya Nawalia Ridwan

Nawalia Ridwan adalah seorang sahabat. Kami biasa memanggilnya dengan sebutan Nawal. Dia adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurusi suami dan tiga putra-putrinya. Kepergiannya secara mendadak membuat kami tersentak dan merasa sangat kehilangan.

Nawal adalah rakyat biasa yang tidak terkenal dan tidak punya prestasi apa-apa di ranah publik yang pantas dimasukkan dalam berita lokal ataupun nasional. Sebagai seorang ibu rumah tangga, dia lakukan pekerjaan sehari-hari dengan tekun, penuh gairah, dan penuh dedikasi.

Dia mengerti betul dengan gizi dan makanan sehat sehingga seluruh anggota keluarga sangat jarang disapa oleh penyakit. Anak-anaknya tumbuh sehat dan cerdas. Walaupun tinggal di sebuah rumah kecil, semua ruangan dalam rumahnya selalu terlihat bersih, rapi, dan apik. Karena penataan yang rapi dan apik itulah semua yang memasuki rumah tersebut merasa nyaman berada di ruangan yang indah dan sehat itu.

 
Nawal seorang perempuan sederhana yang ramah, penyayang, dan suka menolong. Hidupnya berjalan lurus ke depan.
 
 

 

Nawal seorang perempuan sederhana yang ramah, penyayang, dan suka menolong. Hidupnya berjalan lurus ke depan. Menata masa depan anak-anaknya. Jauh dari rasa hasad dan dengki.

Gaya glamor sebagian ibu-ibu di lingkungannya tidak membuatnya tergoda mengikuti gaya kehidupan yang sedang ngetren. Dia sangat berhati-hati dalam urusan ini. Sebab, kebutuhan materi untuk mengikuti life style di luar kemampuan suami, tidak jarang menjerumuskan suami ke dalam kubangan korupsi. Keramahan dan sifatnya yang suka menolong membuat ibu-ibu muda di lingkungannya banyak belajar darinya.

Nawal adalah juga seorang pekerja keras. Dia mengerti sekali kondisi dan kemampuan finansial suaminya. Dengan penghasilan suami yang boleh dikatakan sekadar cukup, berkat dukungan moril dan materil kepada suaminya, mereka berhasil mengantarkan putra-putri mereka menjadi sarjana dan hidup layak dalam ketaatan kepada Allah SWT. 

Kami kehilangan sahabat pekerja keras yang ramah, penyayang, dan mudah senyum. Dia menutup mata beberapa hari yang lalu setelah sempurna menjalankan risalahnya sebagai ibu rumah tangga.

photo
Azyumardi Azra - (Daan Yahya | Republika)

Kedua: Wafatnya Prof Dr Azyumardi Azra

Prof Dr Azyumardi Azra adalah Ketua Dewan Pers dan merupakan ilmuwan kaliber dunia. Seorang akademisi dan cendekiawan Muslim dengan wawasan yang sangat luas. 

Berbagai posisi penting pernah didudukinya. Di antaranya menjabat Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta pada 1998 hingga 2006, selanjutnya sebagai Direktur Pascasarjana pada universitas yang sama.

Pemikiran dan wawasannya melampaui para profesor akademisi pada umumnya. Pemikirannya membuat banyak pencerahan dan mencairkan kebekuan hubungan Timur dan Barat menyangkut isu-isu keislaman.

Di samping menduduki berbagai posisi penting, Prof Azyumardi memperoleh banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri. "Bintang Maha Putra Utama" adalah salah satu penghargaan tertinggi yang dia peroleh. Dengan penghargaan itu, Prof Azyu berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata bersama para pejuang lainnya.

 
Di samping menduduki berbagai posisi penting, Prof Azyumardi memperoleh banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri.
 
 

 

Gelar kehormatan lain yang dia perolehn adalah "The Commander of the British Empire (CBE Award)" yang dianugerahkan oleh Ratu Elizabeth II. CBE Award merupakan gelar kehormatan yang sangat langka diperoleh para ilmuwan. Dengan gelar itu beliau menjadi 'Sir' pertama dari Indonesia. Penghargaan itu dia peroleh karena jasanya dalam membangun hubungan baik antar agama di tingkat internasional. Prof Azyu berhasil mencairkan pemikiran Islam yang selama ini membatu dalam pandangan Barat.

Walaupun banyak posisi penting pernah dia duduki dan sederet penghargaan diterimanya, tapi dia tidak banyak berubah. Dari waktu ke waktu penampilan dan gaya hidupnya begitu-begitu saja. Penulis mengenalnya saat Prof Azyu berkunjung ke apartemen kami di Kairo awal tahun 1990-an. Ketika itu dia sedang mengadakan riset di Kairo.

Terakhir menyaksikannya tampil dalam wawancara kanal "THEONE". Penampilannya hampir tidak berubah. Masih seperti dulu. Biasa-biasa saja. Begitulah cermin seorang ilmuwan sejati.

Dia tekuni bidangnya tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan, baik untuk promosi jabatan ataupun untuk menumpuk erpe. Hari-harinya dilalui mirip ulama zaman dahulu kala. Beribadah dan mengabdikan diri di bidang ilmu yang ditekuninya. Puluhan buku, jurnal berskala internasional dan tulisan di majalah dan surat kabar dalam berbagai bentuk adalah warisan berharga bagi pemuda penerus perjuangan bangsa.

Dalam perjalanan jihad keilmuan menuju negara jiran, beberapa hari yang lalu, Prof Azyu mengembuskan napas terakhir, kembali ke pangkuan Penciptanya. Bangsa Indonesia 

kehilangan seorang tokoh besar yang telah mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia. Prof Azyu menutup mata setelah sempurna menjalankan risalah sebagai seorang ilmuwan.

Ketiga: Wafatnya Ratu Elizabeth II

Ratu Elizabeth II adalah seorang wanita, pemimpin kerajaan yang memegang takhta kekuasaan terlama dalam perjalanan sejarah Monarki Britania Raya. Tepatnya selama 70 tahun. Ratu Elizabeth II juga merupakan pemimpin monarki paling berpengaruh di negara tersebut dalam kurun waktu 150 tahun terakhir.

Di samping sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi seluk beluk kehidupan domestik keluarga, berbagai posisi, kedudukan, dan jabatan dipegangnya. Sebagai ratu dan kepala negara, serta sebagai ketua dari 54 anggota Negara-Negara Persemakmuran dia pegang. Ratu Elizabeth II juga merupakan Gubernur Agung Gereja Inggris. Semua peran itu dilakoninya sejak dinobatkan sebagai ratu pada 1952 sampai ajal menjemputnya tahun 2022 ini.

Dengan penuh kesadaran, perempuan ini menjalankan tugas utama sebagai ibu yang mengurusi putra-putrinya dan mempersiapkan mereka untuk melanjutkan silsilah kepemimpinan kerajaan ke depan. Disamping itu, selama terjadinya Perang Dunia II, ibu empat anak ini juga menjalankan tugas sosial pada Palang Merah. Selama masa pemerintahannya, beberapa kali gelombang besar perubahan dunia terjadi, baik di Britania Raya dan Alam Persemakmuran maupun yang terjadi dalam skala dunia, wanita ini tetap teguh menjalankan kepemimpinan.

Mempertahankan nilai-nilai yang dipegang teguh dalam tradisi "Royal Family", menghadapi gejolak jiwa anak-anak, sampai skandal perselingkuhan calon raja, bukanlah hal kecil yang mudah diatasi. Meskipun jutaan pasang mata dari seluruh penjuru dunia menyaksikan lewat layar kaca dan jutaan pasang telinga mengikuti berita skandal pewaris takhta yang hampir meruntuhkan wibawa kerajaan, semua itu dilaluinya dengan tenang dan penuh percaya diri.

Ratu Elizabeth dan keluarga kerajaan juga tidak jarang menerima kritikan dan kecaman dari berbagai pihak. Namun popularitas pribadi dan dukungan yang mengalir untuk kerajaan tetap tinggi.

 
Setelah sempurna menjalankan risalahnya, Ratu Elizabeth II akhirnya menutup mata.
 
 

Kecintaan kepada rakyat dia ungkapkan dengan bahasa yang lugas. Masa awal pemerintahannya, di hadapan warga Inggris, pemimpin ini berjanji akan mempersembahkan seluruh hidupnya untuk melayani warga kerajaan. "I declare before you all that my whole life whether it be long or short shall be devoted to your service and the service of our great imperial family to which we all belong". Her Majesty The Queen Elizabeth II on her 21st Birthday, 1947

Berbagai pertemuan, kunjungan bersejarah ke beberapa negara dan juga kunjungan timbal balik dengan Paus Katolik Roma dia lakukan hampir tanpa kendala. Di masa kekuasaannya terjadi 15 kali pergantian perdana menteri. Efek dari Perang Dunia II, keluar masuknya negara yang tergabung dalam Commonwealth, serta perubahan peta politik dunia, semua itu tidak menggoyahkan kedudukannya sebagai ratu Monarki Britania Raya sampai akhir masa jabatannya.

Dalam situasi pandemi Covid-19 yang menegangkan Ratu Elizabeth II berucap, "But our streets are not empty, they are filled with the love and care that we have for each other. And, when I look at our country today, and see what we are willing to do to protect and support one another, I say with pride that we are still a nation those brave soldiers, sailors and airmen would recognise and admire.” The Queen.

Mengokohkan sendi-sendi kerajaan dalam mempertahankan keutuhan bangsa dia lakukan dengan wibawa sekeras besi. Pada saat yang sama dia bangun dan rawat cinta kasih dengan rakyatnya lewat kelembutan hati seputih kapas. Setelah sempurna menjalankan risalahnya, Ratu Elizabeth II akhirnya menutup mata.

photo
ILUSTRASI Syekh Yusuf al-Qaradhawi dikenal luas sebagai cendekiawan Muslim yang moderat. Corak fikihnya antara lain taysir atau memudahkan dengan tetap berasas Alquran dan Sunnah - (DOK REP DAAN YAHYA)

Keempat: Wafatnya Prof Dr Yusuf Qardhawi

Prof Dr Yusuf Qardhawi adalah Al-‘Allaamah (ulama yang menguasai hampir semua disiplin ilmu keislaman). Imamul aimmah (imamnya para imam). Murabbi ajyal (pendidik generasi). Mufakkir (cendekiawan) yang sangat produktif. Da’i bagi yang kecil dan yang besar, bagi yang dekat dan yang jauh.

Mujaddid (pembaharu) dalam semua gerak dan langkahnya. Mujtahid wasathi yang menginginkan rahmat bagi alam semesta. Ulama kontemporer nomor wahid bagi dunia Islam abad ini.

Qardhawi yang berasal dari Desa Shafat Turab, Provinsi Gharbiyah, Mesir, adalah seorang yang cerdas. Belum genap 10 tahun usianya, anak desa yang yatim ini sudah hafal 30 juz Alquran. Selama menempuh pendidikan selalu berprestasi. Kecerdasannya berada di atas kemampuan pemuda seusianya.

Kecerdasan tersebut telah mengantarnya mencapai tingkat tertinggi di bidang akademik. Disertasinya yang berjudul "Zakat dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian disempurnakan menjadi “Fiqh Zakat”, merupakan karya ilmiah yang sangat komprehensif membahas persoalan zakat dengan nuansa modern dan menjadi rujukan utama para ulama.

Dengan karya tersebut, pada 1994, Qardhawi mendapat penghargaan dari The King Faisal International Prize dan diikuti penghargaan-penghargaan lain dari berbagai pihak.

 
Wibawa dan pemikiran Qardhawimembawanya menduduki posisi tertinggi dalam berbagai organisasi Islam di Timur Tengah maupun di dunia Islam pada umumnya.
 
 

Qardhawi adalah seorang ulama yang sangat disegani. Wibawa dan pemikirannya membawanya menduduki posisi tertinggi dalam berbagai organisasi Islam di Timur Tengah maupun di dunia Islam pada umumnya. Di Barat, Qardhawi menjabat sebagai Ketua Dewan Fatwa Eropa, juga pendiri sekaligus Ketua International Union for Muslim Scholars (IUMS).

Perubahan dunia yang begitu cepat berdampak pada rancunya nilai-nilai agung yang menjadi pedoman hidup umat Islam, mendorong Qardhawi memetakan pandangan yang berkembang dan mencari jalan keluar terhadap berbagai persoalan umat melalui goresan tinta dalam lembaran buku-bukunya.

Dengan keluasan ilmu, kejernihan argumentasi, dan kelapangan hati, Qardhawi berusaha mewujudkan Islam yang moderat, Islam yang toleran dan adil, Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam.

Semua itu tertuang dalam karyanya yang tersebar dalam 100 lebih judul buku. Sesuatu yang sulit dicapai banyak ulama dan cendekiawan yang semasa dengannya. Selama lebih dari empat abad, belum muncul ulama seproduktif Qardhawi yang mampu menyamai semisal Thabari, Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir, Al-Sayuthi, Al-Ghazali, dan yang lainnya.

Buku terakhir Fiqh Al-Shalah yang tebalnya mencapai 750 halaman sempat terbit beberapa hari sebelum mengembuskan napas terakhir. Sejak beberapa tahun lalu buku-buku berharga karyanya telah dikumpulkan dan disusun ulang berdasarkan kategori pembahasannya. Karya ilmiah yang terdiri dari 75 ribu halaman ini dibagi ke dalam 13 kategori.

Qaradhawi telah memeriksa dan merevisi susunannya. Beberapa minggu yang lalu biaya percetakan juga telah dibayarkan. Namun Allah berkehendak lain. Qaradhawi dipanggil sebelum sempat melihat karya lengkapnya yang telah tersusun rapi.

Memperbaiki dan membangun sendi-sendi kehidupan, keluarga, pendidikan, sosial kemasyarakatan, ekonomi umat, politik, bahkan isu-isu tentang perempuan serta semua isu yang berkembang mengenai Islam di Timur maupun di Barat, menjadi perhatiannya.

photo
Syekh Yusuf al-Qaradawi bersama Buya Hamka, Mohammad Natsir, dan KH Hasan Basri saat berkunjung ke kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 1979. - (Twitter/Ustaz Fahmi Salim)

Dengan pemikiran yang wasathi untuk perubahan dan perbaikan ke arah Islam yang lebih moderat, tentu saja dia menghadapi tantangan yang tidak kecil. Berhadapan dengan tradisi yang selama berabad-abad mapan dipraktikkan masyarakat. Berhadapan dengan cendekiawan yang tidak mendalami Islam dan juga rongrongan Barat tentang buruknya citra Islam, Qardhawi hadapi dengan komitmen tinggi.

Dengan kehebatan dan semua predikat yang disandang sosok besar pejuang dan ilmuwan Islam abad ini, Qardhawi tetaplah pribadi yang ramah dan rendah hati. Bukan hanya dalam pergaulan secara umum, dalam bidang keilmuan pun seorang yang tawadhu (rendah hati). Sebelum mencurahkan pemikiran ke dalam karya ilmiah, Qardhawi tidak segan menanyakan hal yang meragukan kepada ahli di bidang masing-masing.

Dengan segudang prestasi dan penghargaan, sebagai seorang pemimpin dan ilmuwan kaliber dunia, tidak ada kesan keangkuhan dalam dirinya, terutama ketika berhadapan dengan para penuntut ilmu. Tidak ada mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas al-Azhar Mesir yang tak mengenalnya. Buku karyanya selalu ditunggu-tunggu, bukan saja oleh mahasiswa Indonesia tapi juga mahasiswa dari Asia Tenggara serta semua mahasiswa asing yang belajar di al-Azhar yang jumlahnya puluhan ribu orang.

Setiap kali buku baru muncul, berbagai kelompok studi membahasnya. Sebagian menerjemahkan ke dalam bahasa masing-masing. Setiap tahun saat International Islamic Book Fair digelar, di samping kitab turats (literatur klasik), buku-buku Qardhawi yang diburu mahasiswa. Tak aneh jika satu judul buku Qardhawi sampai 70 kali naik cetak.

photo
Dr Elly Warti Maliki Lc MA (kiri) saat berkunjung ke rumah kediaman Syekh Yusuf Qardhawi (tengah) di Doha, bersama Duta Besar RI untuk Qatar saat itu, Abdul Wahid Maktub. Berbincang hangat tentang Teori Preventif dalam Fikih Perempuan. - (Istimewa)

Penulis beruntung dapat mengenal beliau dari dekat. Saat berkesempatan berkunjung ke rumah kediamannya di Doha, bersama Duta Besar RI untuk Qatar saat itu, Abdul Wahid Maktub. Berbincang hangat tentang “Teori Preventif dalam Fikih Perempuan”. Baru beberapa menit penulis berbicara tentang teori tersebut, Qardhawi serta merta meminta sekretarisnya memasukkan nama penulis dalam keanggotaan IUMS dan meminta penulis hadir dalam pertemuan di Istanbul bulan Juni tahun itu.

Pengakuannya terhadap intelektualitas perempuan dan dukungan kepada intelektual Muslimah untuk terus berkontribusi dalam memajukan peradaban Islam telah mempertemukan penulis dengan ulama dari seluruh penjuru dunia.

Terima kasih Fadhilatus Syeikh Yusuf Qardhawi yang telah mengangkat penulis ke level itu. Bagi penulis, pengarahan, nasihat dan perlakuan Qardhawi sebagai guru terhadap muridnya, bahkan sebagai ayah terhadap anaknya, menjadi kenangan abadi dalam perjalanan intelektualitas perempuan.

Qardhawi, guru kita, ulama pejuang yang komitmen, tidak tergoda fatamorgana dunia. Seluruh hidupnya dipersembahkan untuk kejayaan agama yang diyakininya dapat membela hak-hak kaum tertindas. Melalui bait-bait syairnya, Qardhawi mengatakan:

Pasang borgol di tanganku.

Patahkan tulang rusukku dengan cambuk.

Letakkan pisau di leherku.

Kamu tidak akan mampu mengekang pikiranku sesaat pun.

Kamu tidak akan mampu mencabut iman dan cahaya keyakinanku.

 

Cahaya itu ada di hatiku, dan hatiku ada di genggaman Tuhanku.

Tuhanku adalah pembela dan penolongku.

Aku akan hidup berpegang pada tali imanku.

Dan, aku akan mati dengan tersenyum, demi jayanya agamaku.

 

Setelah mencurahkan seluruh kapasitas dan kemampuan yang diberikan oleh sang Maha Pencipta dan sempurna menjalankan risalahnya, Prof Dr Yusuf Qardhawi, pewaris Anbiyaa abad ini, dengan damai pergi menghadap Ilahi.

Kapasitas kita adalah risalah kita

Setiap orang diberikan kapasitas sesuai risalah yang dibebankan kepadanya. Bukan karena siapa kita. Bukan karena kekayaan kita. Bukan karena status sosial kita. Bukan pula karena pekerjaan dan kedudukan yang membuat kita menjadi orang yang sempurna.

Setiap kita diberikan kapasitas tertentu untuk menjalankan risalah dan tugas tertentu yang sesuai dengan kapasitas tersebut. Kesempurnaan bukan ada pada orang yang paling banyak kekayaannya. Bukan pada orang yang sukses dan mendapat paling banyak penghargaan. Bukan pada orang yang paling populer atau paling tinggi jabatannya. Bukan pula pada orang yang paling besar kekuasaannya.

Bisa jadi kita hanya seorang ibu rumah tangga atau pegawai rendahan. Allah memberikan kapasitas kepada kita sebatas itu. Ketika tugas itu kita jalankan dengan sebaik-baiknya, berarti kita telah menggunakan semua kapasitas yang diberikan Allah kepada kita. Dengan kata lain, kita telah menyempurnakan risalah kita.

 
Allah memberikan kapasitas tertentu kepada orang tertentu agar orang tersebut menyempurnakan risalah yang diamanatkan kepadanya
 
 

Sekali lagi, status kita adalah risalah kita. Sebagai ayah, sebagai ibu, sabagai guru, sebagai pegawai rendahan, sebagai seniman, sebagai tokoh masyarakat, sebagai ilmuwan, sebagai pemimpin, sebagai ratu, sebagai raja, sebagai ulama dan seterusnya, kita diberikan kemampuan untuk menjalankannya.

Jika seseorang menjalankan tugasnya sebaik mungkin, dengan mencurahkan semua kapasitas yang dia miliki dan melepaskan diri dari semua yang merusak, berarti orang tersebut telah menyempurnakan risalahnya.

" وسعها إال نفسا هللا يكلف ال " Allah SWT tidak membebani seseorang di luar kemampuannya. 

Dengan kata lain, "Allah memberikan kapasitas tertentu kepada orang tertentu agar orang tersebut menyempurnakan risalah yang diamanatkan kepadanya". 

Nawalia Ridwan adalah contoh teladan dalam lingkungannya. Prof Dr Azyumardi Azra contoh teladan dalam dunia keilmuwan. Ratu Elizabeth II contoh teladan kepemimpinan dalam negara kerajaan. Prof Dr Yusuf Qardhawi contoh teladan ulama pewaris Anbiyaa.

Kepergian mereka membuat masyarakat kehilangan sosok yang perlu diteladani. Keempat individu di atas komitmen menjalankan risalah yang diamanatkan kepada mereka. Mereka pergi setelah tuntas menjalankan risalah masing-masing.

Jeddah, 28 September 2022

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Usman-Harun dan Ekspresi Kemarahan Rakyat

Usman-Harun dituduh bersalah dalam kasus pengeboman gedung McDonald di Orchad Road.

SELENGKAPNYA

Kuteks Halal Tangerang Rambah Dunia

Pada 2017, dia menginvestasikan dananya Rp 6 juta untuk belajar seputar hena

SELENGKAPNYA

Azyumardi Azra dan Sikap Mental Konspiratif

Dalam makalah di muktamar ABIM, Prof Azyumardi membahas potensi kebangkitan peradaban Muslim.

SELENGKAPNYA