
Nostalgia
Usman-Harun dan Ekspresi Kemarahan Rakyat
Usman-Harun dituduh bersalah dalam kasus pengeboman gedung McDonald di Orchad Road.
OLEH ALWI SHAHAB
Ketika Singapura menghukum gantung dua prajurit Korps Komando Angkatan Laut (KKO) (kini Marinir), 36 tahun yang lalu, terjadi peristiwa menghebohkan, berupa emosi kemarahan rakyat Indonesia yang mengutuk eksekusi tersebut. Sersan KKO Harun dan Kopral KKO Usman yang tertangkap pada 13 Maret 1965 dieksekusi di tiang gantungan di Changi, Singapura, pada 17 Oktober 1968.
Keduanya dituduh bersalah dalam kasus pengeboman gedung MacDonald di Orchad Road, pada era konfrontasi RI-Malaysia. Kala itu, Singapura masih bergabung dengan Malaysia.
Pihak hakim menolak tuntutan terdakwa agar diperlakukan sebagai tawanan perang. Perwakilan kita di Singapura, Abdurahman Ramly, berusaha menghubungi pihak Singapura agar kedua prajurit gagah berani ini tidak dihukum gantung. Namun, upaya itu pupus, Pemerintah Singapura seolah-olah tidak memedulikan protes keras yang dilancarkan hampir seluruh lapisan masyarakat.
Presiden Soeharto saat itu pun melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan kedua prajurit, minimal hukuman dikurangi menjadi hukuman penjara seumur hidup. Berbagai upaya penyelamatan terus dilakukan, hingga Pak Harto mengutus Sekretaris Militer Presiden, Mayjen Tjokropranoto. Sebagai utusan presiden, Tjokropranoto meminta agar keduanya dibebaskan minimal hukumannya diubah menjadi seumur hidup.
Presiden Soeharto saat itu pun melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan kedua prajurit, minimal hukuman dikurangi menjadi hukuman penjara seumur hidup.
Namun, usaha ini kembali sia-sia. Yang sangat menyakitkan bagaimana Perdana Menteri Lee Kuan Yew begitu memandang rendah kedatangan Sekretaris Militer Presiden, dengan sengaja pergi ke Tokyo, Jepang. Dia menghindar dari Tjokropranoto agar pelaksanaan hukuman mati itu tidak memenuhi penyelesaian seperti diinginkan Indonesia.
Bangsa Indonesia boleh bangga, ketika kedua prajurit menjalani hidupnya di tiang gantungan dengan tabah pada pukul 06.00 pagi waktu Singapura. Sebelumnya, keduanya berpesan agar jenazahnya dimakamkan di Tanah Air.
Masalah kembali muncul saat pesawat Avia menjemput jenazah kedua prajurit ini. Pemerintah Singapura memberi batas waktu hanya boleh mendarat pukul 09.00 sampai pukul 09.30. Kemudian pesawat sudah harus bertolak dari Singapura pukul 11.30.
Kericuhan sempat terjadi ketika kedua peti jenazah hendak ditutupi bendera sang saka Merah Putih. Untungnya, ada orang Melayu di Bandara Changi, yang mungkin bersimpati, sehingga peti jenazah bisa ditutupi merah putih.
Setiba di Tanah Air, kedua prajurit KKO (Marinir) itu dianugerahi Bintang Sakti dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Pangkat keduanya dinaikkan satu tingkat.
Dalam perjalanan dari Bandara Kemayoran ke Markas Hankam (di Jalan Medan Merdeka Barat), ratusan ribu masyarakat dari berbagai kalangan berdiri di kedua sisi jalan mengelu-elukan jenazah kedua pahlawan Dwikora itu. Saya sendiri saat itu turut menyaksikan kesedihan mereka hingga banyak yang meneteskan air mata.
Kericuhan sempat terjadi ketika kedua peti jenazah hendak ditutupi bendera sang saka Merah Putih. Untungnya, ada orang Melayu yang mungkin bersimpati, sehingga peti jenazah bisa ditutupi merah putih.
Suasana lebih mengharukan terjadi di Markas Hankam. Jenderal Tjokropranolo yang gagal dalam tugasnya untuk menyelamatkan nyawa kedua prajurit, terlihat terisak menangis sambil memeluk Jenderal AH Nasution. Di Markas Hankam, sejumlah perwira tinggi dari keempat angkatan, termasuk Polri, hadir.
Keesokan harinya, ketika kedua jenazah hendak diberangkatkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, masyarakat luas memberikan penghormatan kepada kedua prajurit ini. Diperkirakan 1,5 juta atau sepertiga penduduk Jakarta kala itu, tumplek ke jalan-jalan yang dilewati iring-iringan jenazah.
Pada upacara pemakaman banyak prajurit dan perwira KKO meneteskan air mata. Demikian meluapnya emosi dan kemarahan rakyat pada Singapura.
Panglima KKO Mayjen Mukiyat dengan nada emosi saat itu menegaskan, “Kalau diperintah, KKO sanggup merebut Singapura.” Sedangkan, Ketua MPRS Jenderal Abdul Haris Nasution juga tidak dapat mengendalikan emosinya. “Penghinaan lebih dari permusuhan," katanya, dengan penuh kemarahan.
Nasution bahkan mengatakan, dalam masalah kehormatan bangsa, tidak boleh perhitungan-perhitungan dagang dijadikan pertimbangan. Lalu, bagaimana reaksi PM Lee melihat gejolak kemarahan ini?
Dia dengan enteng mengatakan kepada Reuters, krisis yang terjadi antara negaranya dan Indonesia hanyalah sebagai kesukaran yang relatif kecil.
Nasution bahkan mengatakan, dalam masalah kehormatan bangsa, tidak boleh perhitungan-perhitungan dagang dijadikan pertimbangan.
Kembali kepada kedua prajurit KKO itu, mereka adalah sukarelawan yang diterjunkan ke perbatasan Malaysia dalam era konfrontasi. Sukarelawan ini, di samping ABRI, terdiri atas berbagai unsur sipil. Termasuk para mahasiswa dari berbagai universitas, guru, termasuk wartawan.
Saya masih ingat, dua wartawan Kantor Berita Antara turut menjadi sukarelawan dan dikirim ke daerah perbatasan, masing-masing di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kepulauan Riau. Sukarelawan ini dikirimkan setelah Bung Karno mengobarkan semangat Dwikora yang terdiri atas Perhebat Ketahanan Revolusi Indonesia, Bantu Perjuangan Revolusioner Rakyat Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah, dan Perintah Dwikora.
Akibat digantungnya dua pahlawan Dwikora, Presiden Soeharto dalam menanggapi kemarahan rakyat mengemukakan rencananya untuk membangun Pulau Batam sebagai kawasan perdagangan bebas (free trade zone). Untuk itu, dia dan rombongan berangkat ke Batam.
Pada 1970, Batam yang letaknya dengan Singapura di kiaskan 'selemparan batu', terus dikembangkan menjadi pasar perdagangan bebas, dengan tujuan Indonesia tidak selalu bergantung kepada Singapura.
Disadur dari Harian Republika edisi 13 Februari 2014. Alwi Shahab adalah wartawan Republika sepanjang zaman yang wafat pada 2020 lalu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Operasi Keperawanan, Bolehkah?
Bagi wanita yang memang masuk dalam kategori pezina, mereka tetap diharamkan untuk melakukan operasi
SELENGKAPNYAAdisucipto dan Serangan Biadab Saat Ramadhan
Setelah gugur, Adisucipto dinobatkan sebagai bapak penerbangan Indonesia.
SELENGKAPNYA