Polisi dan tentara berdiri di tengah gas air mata di lapangan Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/30/2022). | AP Photo/Yudha Prabowo

Kisah Dalam Negeri

‘Aparat Harus Patuhi Aturan FIFA’

Peraturan FIFA terkait pelarangan penggunaan gas air mata di dalam stadion harus dipatuhi.

OLEH WILDA FIZRIYANI, AFRIZAL ROSIKHUL ILMI

Duka dari tragedi Kanjuruhan masih menyelimuti hati masyarakat Indonesia. Sebanyak 125 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka-luka setelah kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam. 

Kalangan suporter berharap aparat keamanan tak bersikap represif dalam melakukan pengamanan. Kepolisian pun harus bisa mematuhi peraturan FIFA terkait pelarangan penggunaan gas air mata di dalam stadion. 

Koordinator Lapangan (Korlap) Aremania Achmad Ghozali mengutuk keras tindakan yang dilakukan oleh aparat terhadap suporter Arema dalam insiden di Stadion Kanjuruhan. Pria berusia 48 tahun yang telah menjadi suporter setia Arema sejak 35 tahun lalu itu meminta agar tragedi Kanjuruhan diusut tuntas hingga diketahui tersangka penyebab kematian ratusan nyawa.

"Saya berharap tim investigasi mengusut tuntas kejadian ini. Termasuk, mengusut dari mana perintah penembakan gas air mata itu pertama kali muncul. Yang memerintah ditembaknya gas air mata harus bertanggung jawab. Tidak mungkin tidak ada yang memerintah,” kata Ghozali, Senin (3/10).

Kepada Republika, ia menceritakan bahwa penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola ini bukan kali pertama dia alami. Ghozali mengaku pernah beberapa kali mengalami hal serupa selama ia menonton pertandingan Arema, salah satunya saat pertandingan melawan Persebaya di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari pada 2007.

"Ya itu (penggunaan gas air mata) harusnya tidak boleh. Polisi harus belajar dari undang-undang sepak bola dalam hal ini FIFA," katanya.

Aturan Keamanan dan Pengamanan Stadion FIFA, pasal 19 ayat b menyatakan, tidak boleh ada senjata api dan gas air mata yang dibawa maupun digunakan. Aturan ini jelas dan tegas. Tidak ada pertandingan di mana pun polisi atau pihak pengamanan menggunakan gas air mata untuk mengendalikan masa di dalam stadion.

Dalam prosedur FIFA juga harus ada manajemen risiko sebelum pertandingan. Pihak pengamanan sudah punya langkah antisipatif terhadap pertandingan berisiko tinggi.

photo
Polisi menembakkan gas air mata ke arah penonton di lapangan Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/30/2022). - (AP Photo/Yudha Prabowo)

Penggunaan gas air mata dilarang karena sangat membahayakan keselamatan. Tragedi sepak bola di Stadion Nasional Lima, Peru yang menimbulkan korban jiwa terbesar sepanjang sejarah, dipicu penembakan gas air mata. Sebanyak 326 orang meninggal dalam laga antara Peru melawan Argentina pada 1964. Kasus kematian suporter kebanyakan dipicu sesak napas.

Saat tragedi Kanjuruhan, Ghozali mengaku berada di tribun VIP bagian selatan. Ia melihat dengan jelas peristiwa di lapangan setelah pertandingan usai. Saat itu ada Aremania turun ke lapangan, tapi mereka sebenarnya tidak membuat kisruh karena pemain Persebaya sudah masuk ruang ganti. Aremania, kata dia, hanya ingin menyampaikan protes dan memberi semangat kepada para pemain Arema FC.

Menurutnya, para aparat salah tafsir dan salah mengartikan. Aparat, ungkap dia, menyangka Aremania mau menyerang pemain. Aparat kemudian menembakkan gas air mata. Ada juga yang dipukul dan ditendang selama penertiban oleh aparat. 

"Yang paling parah tentu saja penembakan gas air mata itu, yang ditembakkan langsung pada kerumunan suporter yang berada di  tribun. Kalau kepolisian menyebut itu protap, harus tahu tempat. Ini kan di dalam stadion masa dikasih gas air mata. Kalau di jalan di Monas atau di ruang terbuka nggak masalah," kata Ghozali. 

photo
Seorang pendukung memasuki lapangan di tengah gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian di lapangan Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/30/2022). - (EPA-EFE/H. PRABOWO)

Ghozali juga berusaha meluruskan informasi yang beredar. Dia mengeklaim informasi yang menyebut Aremania menyerang aparat sama sekali tidak benar. 

Aremania dari UIN Malang, Yoga, sangat menyesalkan langkah penembakan gas air mata oleh aparat. "Gas air mata ditembak ke tribun di saat tribun masih banyak orang. Padahal gas air mata bisa membuat teman penonton panik sehingga terjadi penumpukan," kata dia.

 

Pakar ilmu kesehatan sekaligus Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, efek gas air mata sebagai penyebab jatuhnya korban saat tragedi Stadion Kajuruhan perlu analisis mendalam.

"Akan baik kalau kita tunggu hasil analisis mendalam tentang sebab kematian para korban, yang mungkin beberapa faktor yang saling mempengaruhi," kata Tjandra Yoga Aditama di Jakarta, Senin.

photo
Polisi menembakkan gas air mata ke arah penonton di lapangan Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/30/2022). - (EPA-EFE/H. PRABOWO)

Ia mengatakan, gas air mata yang menyeruak di sekitar area tribun penonton saat berlangsungnya kejadian belum tentu menjadi penyebab kematian korban. "Poin tentang kemungkinan dampak gas air mata sebagaimana saya sampaikan, walaupun memang belum tentu hal ini yang jadi penyebab kematian," katanya.

Pengaruh paparan gas air mata pada manusia ditentukan oleh seberapa besar dosis gas yang mengontaminasi seseorang. Makin besar paparannya tentu akan makin buruk akibatnya. Dampak pada kesehatan juga akan tergantung dari kepekaan seseorang terhadap bahan di gas itu serta kemungkinan ada gangguan kesehatan tertentu pada yang terpapar.

"Dampak akan bergantung dari apakah paparan ada di ruang tertutup atau ruang terbuka. Demikian juga bagaimana aliran udara yang membawa gas beterbangan," katanya.

Sehubungan dengan tragedi di Stadion Kanjuruhan, Guru Besar Paru Universitas Indonesia itu menyampaikan rasa duka mendalam dengan wafatnya para korban seraya mendoakan tempat terbaik di sisi Tuhan YME. "Semua tentu berharap agar jangan sampai ada kejadian serupa lagi, jangan di Indonesia dan jangan pula di manapun di dunia ini," katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Anak-Anak Turut Jadi Korban 

Menurut H, ada sejumlah anak-anak yang ikut menyelamatkan diri di warungnya.

SELENGKAPNYA

Lakukan Evaluasi Menyeluruh

Komas HAM menyatakan tragedi di Stadion Kanjuruhan sebagai tragedi kemanusian.

SELENGKAPNYA

Membatik Bersama di Pusat Perbelanjaan Kota Bogor

Workshop membatik bersama ini digelar dalam rangka mengenalkan batik ke generasi muda

SELENGKAPNYA