
Kabar Utama
'Lintas Jurusan Sulitkan Mahasiswa'
Peluang mahasiswa memilih lintas jurusan memang ada, tapi probabilitas untuk diterima sangat kecil.
SURABAYA — Pro dan kontra atas kebijakan baru terkait seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) terus bergulir, salah satunya terkait dihapuskannya pembedaan jurusan. Menurut akademisi, lintas jurusan bisa merugikan calon mahasiswa saat sudah menjalani masa kuliah.
Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja melakukan transformasi seleksi masuk PTN yang bakal diterapkan mulai 2023. Mulai tahun depan, tidak ada lagi tes mata pelajaran seperti sebelumnya. Tidak ada pula pembedaan jurusan IPA dan IPS dalam seleksi masuk PTN yang semakin membuka lebar peluang calon mahasiswa memilih jurusan lintas jalur.
Rektor Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih mengatakan, peluang mahasiswa memilih lintas jurusan memang ada, tapi probabilitas untuk diterima sangat kecil. Karena, untuk melanjutkan studi, diperlakukan pengetahuan dasar dan teknis tertentu.

"Bahwa mereka-mereka yang lintas jurusan, karena untuk melanjutkan studi sesuai dengan minat mereka itu, diperlakukan pengetahuan dasar dan teknis tertentu. Itu sangat menjadi pertimbangan," kata Nasih di Surabaya, Jumat (9/9).
Nasih pun memperingatkan orang tua calon mahasiswa untuk tidak memaksa anak didiknya mendaftar kuliah lintas jurusan. Menurut Nasih, calon mahasiswa yang memilih lintas jurusan memiliki peluang kecil untuk diterima. Sebaliknya, peluang untuk drop out (DO) justru besar jika lolos seleksi. Hal ini karena mahasiswa tersebut kemungkinan tidak bisa mengikuti mata pelajaran yang disajikan.
"Mereka yang lintas jurusan itu sepertinya peluang masuknya kecil. Tetapi, ketika sudah masuk, peluang DO-nya menjadi sangat-sangat besar. Ini untuk warning aja bagi masyarakat," kata Nasih.
Nasih mengungkapkan, hal tersebut terjadi di salah satu perguruan tinggi negeri. Ada calon mahasiswa yang bukan berasal dari jurusan IPA, tapi diterima sebagai mahasiswa kedokteran. Ketika sudah diterima, kata Nasih, mahasiswa tersebut terpaksa harus DO karena tidak bisa mengikuti materi pembelajaran yang diberikan.
"Kedokteran di semester satu sudah harus ada mata kuliah biokimia. Kalau mereka tidak punya bekal biologi dan kimia yang bagus, dipastikan mereka enggak bisa menuntaskan ini. Dan, kalau ini enggak tuntas, dipastikan mereka enggak bisa mengambil mata kuliah selanjutnya, karena itu menjadi dasar mata kuliah yang lain," ujar Nasih.
Namun, secara keseluruhan, Nasih menyatakan, Unair siap menjalankan skema seleksi masuk PTN yang baru. Menurut dia, tidak ada perbedaan signifikan antara mekanisme seleksi masuk PTN yang baru dan model lama. Misalnya, dalam seleksi berdasarkan prestasi yang merupakan pengganti SNMPTN.
Hal yang berbeda hanya mekanisme penilaiannya. "Di mana 50 persen menggunakan nilai rata-rata rapor dan 50 persen menggunakan nilai prestasi dari calon mahasiswa," kata Nasih.
Tahun depan, seleksi tetap dilakukan menggunakan tiga jalur yang sudah ada, yakni Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN), dan seleksi jalur mandiri. Namun, SNMPTN berubah nama menjadi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi, SBMPTN disebut sebagai Seleksi Nasional Berdasarkan Tes, dan jalur mandiri menjadi Seleksi Secara Mandiri oleh PTN.
Mendikbudristek Nadiem Makarim pada Rabu (7/9) mengatakan, pada seleksi nasional berdasarkan prestasi, pemberian bobot minimal 50 persen berdasarkan nilai rata-rata rapor seluruh mata pelajaran. Sementara, pembobotan 50 persen sisanya diambil dari komponen penggali minat dan bakat. Hal ini bertujuan agar peserta didik terdorong untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya secara lebih mendalam.
Pada jalur SNMPTN sebelumnya, calon mahasiswa dipisahkan berdasarkan jurusan di pendidikan menengah. Menurut Nadiem, hal tersebut tidak tepat. Untuk sukses pada masa depan, kata dia, peserta didik perlu memiliki kompetensi yang holistik dan lintas disipliner.
Wakil Ketua Komisi X DPR dari Fraksi Golkar Hetifah Sjaifudian menyambut baik transformasi seleksi masuk PTN. Menurut dia, kebijakan tersebut merupakan bentuk keberpihakan kepada semua kalangan.
Ia menjelaskan, transformasi seleksi masuk PTN didasarkan pada lima prinsip-prinsip perubahan, yaitu mendorong pembelajaran menyeluruh, lebih berfokus pada kemampuan penalaran, dan lebih transparan. Selain itu, lebih inklusif dan mengakomodasi keragaman peserta didik dan lebih terintegrasi.

"Sudah selayaknya seleksi masuk PTN dibuat inklusif, holistic, dan transparan dengan mengedepankan kemudahan dan penalaran berpikir peserta didik," ujar Hetifah lewat keterangannya, Jumat (9/9).
Menurut dia, keputusan ini akan berdampak besar bagi peserta didik, terutama dari kalangan kurang mampu. Setidaknya kepercayaan diri peserta didik akan meningkat dan akan mampu bersaing dengan peserta lainnya. "Ini dibuktikan dengan penyederhanaan tes SBMPTN dan kewajiban transparansi perguruan tinggi untuk seleksi jalur mandiri," ujar Hetifah.
Namun, ia juga mengingatkan efek domino dari transformasi ini. Harus dipikirkan dampak lanjutan dan peraturan-peraturan turunannya, bukan hanya untuk SMA/SMK, melainkan juga pada perguruan tinggi dan lembaga penyelenggara tes masuknya.
"Jangan sampai transformasi seleksi PTN ini malah menurunkan standar masuk PTN dan memunculkan potensi permainan nilai dari pihak sekolah untuk mendongkrak nilai rapor," kata dia.
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat dari Fraksi Nasdem mengingatkan, penyempurnaan seleksi masuk PTN agar lebih adil dan transparan membutuhkan dukungan publik untuk mewujudkan pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang lebih baik.
Kendati demikian, Lestari menekankan bahwa sistem seleksi masuk PTN yang baru harus benar-benar didasari pertimbangan yang matang sehingga sistem tersebut mampu menjawab permasalahan yang dihadapi selama ini.
Rerie, sapaan akrab Lestari, berharap Kemendikbudristek terbuka dalam menerima masukan terhadap sistem baru seleksi masuk PTN itu dalam rangka menyempurnakan sistem pendidikan nasional.
“Karena, penyelenggaraan pendidikan selain ditujukan untuk membangun sumber daya manusia dari sisi intelektual lewat pengajaran berbagai ilmu pengetahuan, juga wajib menanamkan nilai-nilai luhur yang mampu menjadi landasan perilaku yang baik bagi para peserta didik lewat sistem yang diterapkan,” ucap Rerie.
Rerie melanjutkan, sistem yang mumpuni membutuhkan orang-orang yang berintegritas tinggi dalam menjalankannya. “Tanpa integritas yang tinggi, pelaksanaan sistem yang berlaku selalu saja menghadapi berbagai tantangan dalam pelaksanaannya,” kata Rerie.
Oleh karena itu, kata dia, penyempurnaan sejumlah sistem harus dibarengi upaya peningkatan integritas para pelaksana sistem tersebut. Rerie sangat berharap penyempurnaan sistem pendidikan nasional dapat terus diupayakan dan didukung semua pihak sebagai bagian dari upaya membangun SDM yang berkarakter dan berdaya saing agar mampu menjawab berbagai tantangan zaman.
Guru dan Murid Minta Seleksi PTN Baru Diundur
Sekolah butuh waktu penyesuaian untuk jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi.
SELENGKAPNYASeleksi Masuk PTN Diubah
Skema baru seleksi masuk PTN akan mulai dilaksanakan pada 2023.
SELENGKAPNYA