Prof KH Didin Hafidhuddin | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Tegaknya Keadilan: Pilar Utama Wasathiyyatul Islam

Wasathiyyatul Islam adalah salah satu sifat utama dari ajaran Islam.

OLEH KH PROF DIDIN HAFIDHUDDIN

Wasathiyyatul Islam adalah salah satu sifat utama dari ajaran Islam, yang menggambarkan ajaran Islam sebagai ajaran yang adil, yang baik, yang seimbang, yang tidak berlebih-lebihan sekaligus tidak mengurang-ngurangi.

Istilah Wasathiyyatul Islam dianggap lebih tepat dari pada istilah yang lain. Karena hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah [2] ayat 143: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”

Pilar utama Wasathiyyatul Islam

Ada beberapa pilar utama wasathiyyatul Islam yang disepakati para ulama, yang dengan tegaknya pilar-pilar itu, akan tegak pula pilar-pilar peradaban Islam yang maju, yang ramah, yang menghasilkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin, dunia dan akhirat, pribadi, keluarga, maupun kehidupan masyarakat dan bangsa. Pilar-pilar tersebut antara lain sebagai berikut:

 
Pertama, al-I'tidal, menegakkan keadilan dalam berbagai bidang kehidupan  dengan sebaik-baiknya dan dengan seadil-adilnya. 
 
 

Pertama, al-i'tidal, menegakkan keadilan dalam berbagai bidang kehidupan dengan sebaik-baiknya dan dengan seadil-adilnya. Dalam bidang hukum, ekonomi, politik, pendidikan dan bidang kehidupan yang lainnya.

Apabila tidak ditegakkan keadilan, terutama oleh para penguasa (pemerintah), maka akan merajalela kezaliman-kezaliman yang sangat jahat, yang merusak berbagai tatanan kehidupan. Perhatikan firman Allah dalam QS an-Nahl [16] ayat 90, QS an-Nisaa [4] ayat 135, dan QS al-Maaidah [5] ayat 8:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS an-Nahl [16]: 90).

Keadilan dalam bidang hukum sebagai contoh, hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Siapapun yang bersalah (yang sudah terbukti kesalahannya dan dibuktikan dalam pengadilan yang jujur dan terbuka) harus dihukum setimpal dengan perbuatannya. Agar dengannya tercipta dan dapat dirasakan oleh masyarakat “rasa keadilan/sence of justice”.

Dan ketika hal ini dirasakan oleh masyarakat, maka masyarakat akan percaya pada pemerintah (kepolisian, kejaksaan, kehakiman) dan institusi lain yang berkaitan dengan hukum. Tetapi apabila hal ini tidak dirasakan oleh masyarakat, terjadi tebang pilih, maka akan timbul ketidakpercayaan kepada pemerintah dan institusi-institusi yang berkaitan dengan hukum tersebut.

Masyarakat mungkin akan bersikap apatis atau masa bodoh dan yang lebih bahaya lagi masyarakat akan bertindak main hakim sendiri.

Sebagai contoh kejahatan pembunuhan secara sengaja harus dihukum dengan setimpal. Dan dalam perspektif ajaran Islam, hukum bagi orang yang melakukan pembunuhan secara sengaja, dan apalagi dilakukan secara bersama-sama dan direncanakan, ada dua jenis, yaitu hukuman di dunia dan di akhirat.

Di akhirat kelak akan dimasukkan ke dalam api neraka. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS an-Nisa’ [4] ayat 93.

 
Sebagai contoh kejahatan pembunuhan secara sengaja harus dihukum dengan setimpal. 
 
 

Hukuman pembunuhan secara sengaja di dunia, antara lain, dilakukan dengan qishash (hukuman mati) kecuali pihak keluarga terbunuh memaafkan dan diganti dengan hukum diyat (tebusan). Hal ini dilakukan agar setiap manusia merasa tenang dan aman serta tidak merasa terancam jiwanya. Sebagaimana dinyatakan dalam QS al-Baqarah [2] ayat 178-179.

Dalam bidang ekonomi, keadilan pun harus ditegakkan, yaitu antara lain kekayaan tidak hanya berada di tangan satu kelompok (orang kaya) saja, tetapi harus terdistribusikan secara adil pada kelompok lain, terutama kelompok masyarakat miskin dan dhuafa.

Sebagaimana dinyatakan dalam QS al-Hasyr [59] ayat 7: “…Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu....” (QS al-Hasyr [59]: 7).

Demikian pula perintah berzakat, berinfak, berwakaf salah satu hikmahnya mencerminkan keadilan dalam ekonomi. Firman-Nya dalam QS at-Taubah [9] ayat 60:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS at-Taubah [9]: 60).

 
Demikian pula perintah berzakat, berinfak, berwakaf salah satu hikmahnya mencerminkan keadilan dalam ekonomi. 
 
 

Kedua, at-tasamuh, toleransi dalam perbedaan. Menghargai adanya perbedaan, bukan menyamakan adanya perbedaan. Misalnya toleransi dalam beragama. Saling menghargai adanya perbedaan agama dan bukan menyamakannya.

Firman Allah dalam QS al-Baqarah [2] ayat 256: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada taghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS al-Baqarah [2]: 256).

Ketiga, syura, musyawarah dalam berbagai urusan kehidupan, mencari solusi yang terbaik dari persoalan-persoalan yang ada. Firman-Nya dalam QS asy-Syûra [42] ayat 37-38.

Keempat, at-tawazun, keseimbangan dalam berbagai hal. Kehidupan dunia akhirat. Pribadi dan sosial, keseimbangan antara berzikir dan berpikir. Perhatikan firman-Nya dalam QS al-Qashash [28] ayat 77 dan QS al-Furqan [25] ayat 67.

 
Kedua, at-tasamuh, toleransi dalam perbedaan. Menghargai adanya perbedaan, bukan menyamakan adanya perbedaan.
 
 

Kelima, al-islah, selalu berusaha memperbaiki semua sendi kehidupan. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kehidupan ekonomi, politik, pendidikan dan lain-lain. Sebagaimana firman-Nya dalam QS al-An’am [6] ayat 48.

Keenam, al-qudwah, kepeloporan dan kepemimpinan dalam membangun masyarakat seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Perhatikan firman-Nya dalam QS Ali-Imran [3] ayat 104.

Ketujuh, al-Muwaathanah (kewarganegaraan) menjadi warga negara yang baik, yang membangun negaranya untuk kesejahteraan masyarakat. Doa Nabi Ibrahim pada surah al-Baqarah [2] ayat 126:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, 'Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.' Allah berfirman: 'Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali'.” (QS al-Baqarah [2]: 126).

Kita semua masyarakat bersama pemerintah, para alim ulama, para tokoh, pimpinan lembaga dan organisasi, harus bersinergi dan berkolaborasi dalam menegakkan pilar-pilar wasathiyyatul Islam ini agar terjadi kesejahteraan dan keberkahan hidup berbangsa dan bernegara.

Wallahu a’lam bi ash-shawab

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Virus Langya Ditemukan di Cina

Langya henipavirus (LayV) ditemukan pada 35 orang di Provinsi Shandong dan Henan, Cina.

SELENGKAPNYA

Tema Pokok Alquran

Surah al-Fatihah telah mengandung tema pokok yang dibahas terperinci dalam berbagai surah Alquran.

SELENGKAPNYA

Membantu Orang Zalim

Semoga kita dijauhkan dari orang-orang zalim dan jangan menjadi bagian dari kezaliman.

SELENGKAPNYA