Hikmah
Demi Masa
Hidup di dunia hanya menetap seperti di waktu sore atau waktu dhuha.
Oleh SYAHRUL
OLEH SYAHRUL
Dikisahkan, ketika malaikat maut mendatangi Nabi Nuh menjelang ajalnya, setelah hidup seribu tahun lebih, malaikat kemudian menyapanya.
"Wahai Nabi yang terpanjang usianya, seberapa lama engkau hidup di dunia?" Nuh AS menjawab, "Dunia ini laksana rumah yang memiliki dua pintu. Aku memasuki salah satunya dan keluar dari pintu yang lain."
Kisah ini menunjukkan betapa singkatnya hidup di dunia. Hanya seperti keluar masuk pintu rumah. Maka, termasuk karakteristik waktu adalah cepat berlalu. Sedih dan bahagia, suka dan duka, kaya dan miskin akan berlalu dengan sangat singkat.
Allah menggambarkan singkatnya waktu di dunia seperti ungkapan "illa 'asyiyatan au dhuhaha" (QS an-Nazi'at: 46). Hidup di dunia hanya menetap seperti di waktu sore atau waktu dhuha. Dari 24 jam kita hidup dalam sehari semalam, waktu yang begitu cepat berlalu adalah waktu dhuha dan waktu sore.
Ungkapan lain dari Alquran adalah "illa sa'atan min-nahari" Kelak di akhirat mereka merasa tidak pernah tinggal di dunia melainkan hanya seperti di waktu siang. Sesaat saja (QS Yunus: 45).
Alquran dan hadis Rasulullah memberikan perhatian yang sangat serius tentang waktu agar manusia tidak menyia-nyiakannya. Untuk menunjukkan pentingnya waktu, Allah menggunakan waktu di dalam sumpah-Nya.
Misalnya, “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang.” (QS al-Lail: 1-2); “Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS al-Fajr: 1-2); “Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS ad-Duha: 1-2); dan “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.” (QS al-‘Ashr: 1-2).
Lalu apa kewajiban manusia terhadap waktu? Yang pertama adalah menjaga dengan memanfaatkannya dalam berbagai aspek yang memberikan faedah dalam agama, duniawi, memberi manfaat kepada manusia, serta dalam peningkatan spiritual maupun material.
Kedua, tidak terlena dengan waktu kosong. Jauh hari Nabi sudah mengingatkan, “Sesungguhnya kesehatan dan waktu luang adalah dua macam kenikmatan dari nikmat Allah yang banyak dilalaikan oleh kebanyakan manusia.” (HR Ahmad).
Ketiga, berlomba-lomba menuju kebaikan (fastabiqul khairat), sebelum datangnya berbagai gangguan dan munculnya bermacam-macam rintangan (QS al-Baqarah: 148). Bersegera dan berlomba-lomba menuju ampunan Allah, menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi (QS Ali Imran: 133; al-Hadid: 21).
Keempat adalah berdakwah amar maruf nahi mungkar, saling menasihati di dalam ketaatan dan kesabaran (QS al-'Ashr: 1-3). Agar waktu tak berlalu sia-sia, Nabi telah mengingat bahwa salah satu kebaikan seorang Muslim adalah meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat baginya.
Ibn al-Qayyim pernah mengatakan, "Kehilangan waktu itu jauh lebih sulit daripada kematian. Karena kehilangan waktu itu membuatmu jauh dari Allah dan Hari Akhir, sementara kematian membuatmu jauh dari kehidupan dunia dan penghuninya saja."
Saat Indonesia Menggugat
Sebagai imbalan penyerahan kedaulatan, Belanda mendapat bayaran 4,5 miliar gulden dari Indonesia.
SELENGKAPNYAHoegeng, Jenderal Polisi yang Menyejukkan
Hoegeng berani menolak sogokan dan membongkar ketidakbenaran.
SELENGKAPNYAAda Harapan Ekonomi Indonesia di Zona Hijau
Banyak negara gagal menjaga fundamental ekonomi mereka.
SELENGKAPNYA