PHK Massal di dunia startup | Pixabay/Pexels

Inovasi

Kalibrasi Ulang di Era Startup Winter

Usaha rintisan dituntut untuk dapat memikirkan menuju profitabilitas sebagai prioritas.

Tahun ini, industri rintisan diwarnai oleh berbagai berita seputar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Tren ini, terjadi tak hanya di Indonesia, tapi juga global.

Yang terbaru, pada akhir Juni 2022, Netflix kembali mem-PHK sekitar 300 karyawan, akibat pendapatan yang terus berkurang. Dikutip dari CNN, gelombang PHK kali ini merupakan yang kedua, setelah sebelumnya Netflix memutus hubungan kerja dengan 150 orang karyawan.

Di Indonesia, raksasa lokapasar Shopee, platform Edutech, Pahamify, dan Lummo, makin memperpanjang daftar rintisan Tanah Air yang harus melepas karyawannya. Menurut Venture Partner dari perusahaan Venture Capital (VC) East Ventures, Italo Gani ada dua faktor utama yang menyebabkan kondisi surut yang kini biasa disebut dengan tech winter atau startup winter ini terjadi.

Pertama, adalah kondisi pasar yang terpengaruh oleh ekonomi makro global, yaitu inflasi tinggi di Amerika Serikat (AS) dan konflik Ukraina-Rusia di Eropa. “Kedua hal ini membuat berbagai perusahaan di Indonesia mengalami ketidakpastian rencana bisnis. Tak hanya startup, perusahaan-perusahaan besar pun turut merasakan perubahan iklim ekonomi ini,” ujarnya pada diskusi daring Milestone Day Startup Studio Indonesia (SSI), pekan lalu.

Bahkan di AS, Italo melanjutkan, indeks saham Dow Jones yang terdiri dari 30 perusahaan blue-chip pun telah mengalami penurunan sebesar 15 persen secara year-to-date (YTD). “Selain perang dan inflasi global, ada pula disrupsi pada rantai pasokan, regulasi rintisan di Cina yang diperketat, serta penjualan besar-besaran saham teknologi di Amerika. Pada gilirannya, investor growth-stage jauh lebih berhati-hati dalam berinvestasi dengan valuasi tinggi,” Italo mengungkapkan.

Kemudian, ada pula faktor internal dari para rintisan itu sendiri, yakni selama dua tahun terakhir, akibat pandemi, sejumlah rintisan teknologi, disebut Italo, nampak terlalu percaya diri dan kurang bijaksana dalam mengatur pengeluaran. Asumsi sejumlah perusahaan rintisan memperkirakan, akselerasi digital akan berlangsung secara terus menerus.

Ternyata, hal ini kini terbukti tidak tepat. “Kenyataannya, terdapat kesenjangan antara ekspektasi dan realita yang terjadi di beberapa perusahaan teknologi,” ujar Italo.

Fokus pada Profitabilitas

Selama ini, usaha rintisan identik dengan traksi yang tinggi dan akuisisi pengguna baru yang demikian agresif. Benedicto Haryono selaku CEO dan Co-Founder dari KoinWorks yang sekaligus Coach di SSI gelombang keempat berpendapat, saat ini sudah saatnya ada perubahan paradigma yang mendasar di lansekap usaha rintisan.

“Di masa-masa menantang ini, para founder tahap awal justru harus berfokus pada produk inti yang telah menghasilkan traksi atau bahkan profit. Usahakan untuk mempertahankan laju pertumbuhan dengan runway selama 12-18 bulan ke depan,” ujarnya.

Salah satunya, Ben menyampaikan, adalah dengan menggunakan jalur akuisisi pasar yang lebih terjangkau. “Kami di Koinworks pun menerapkan strategi yang sama, yakni mengembangkan solusi inti yang sudah berkembang dan berpotensi profit, serta mengurangi inisiatif atau eksperimen baru untuk sementara,” kata dia.

Ben yakin, masa-masa dimana para usaha rintisan lebih berfokus ke akuisisi ketimbang profit, kini telah usai. Gantinya, kini usaha rintisan dituntut untuk dapat memikirkan peta jalan menuju profitabilitas sebagai prioritas.

Kemudian, ada pula fleksibilitas yang harus mampu dilakukan secara cepat. Dimana, para pelaku usaha rintisan harus dapat secara cepat merubah mindset antara berfokus para growth dan pola pikir tradisional, yang fokus pada keuntungan.

Menurut Ben, berlakunya nilai-nilai tradisional pada perusahaan teknologi, tak bisa dilepaskan dari kenyataan bahwa pada prinsipnya, usaha rintisan adalah bisnis secara umum. Dimana, memiliki fundamental dan model bisnis yang jelas, adalah yang utama. 

 

Fokus Tujuan Jangka Panjang

Meski industri usaha rintisan tengah mengalami masa surut, namun geliat ekosistem rintisan tetap terus dipertahankan. Pekan lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI menggelar acara puncak Milestone Day, sebagai bagian akhir dari serangkaian program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI) gelombang empat.

Setelah menjalani lima bulan pelatihan, 15 belas usaha rintisan yang terpilih dari ribuan pendaftar, berkesempatan untuk mempresentasikan bisnis dan pencapaiannya selama mengikuti program SSI. Presentasi dilakukan di hadapan para pemangku kepentingan, seperti lembaga pemerintah dan venture capital.

Startup Studio Indonesia merupakan program persembahan Kominfo yang bertujuan mendampingi dan membina para usaha rintisan tahap awal (early-stage) selama 15 minggu agar bisa menemukan product-market fit (PMF).

Koordinator Startup Digital, Sonny Hendra Sudaryana, dalam acara penutupan gelombang empat program SSI yang digelar secara daring, pekan lalu, menjelaskan, banyak yang berpendapat bahwa iklim ekonomi saat ini kurang menguntungkan bagi usaha rintisan. “Namun, kami ingin menanamkan mindset pada para founder untuk terus menjaga visi jangka panjang,” ujarnya.

Hal ini, Sony melanjutkan, adalah saat yang baik untuk merefleksikan pengembangan model bisnis dan mengerahkan sumber daya perusahaan. Terutama, dalam merancang inovasi produk yang berkelanjutan dan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurutnya, Kominfo akan selalu berkomitmen mendukung usaha rintisan yang ingin menyelesaikan tantangan riil dalam masyarakat. Tentunya melalui berbagai upaya, seperti penentuan regulasi yang tepat, pelatihan talenta digital, pembentukan komunitas, serta pemberian akses terhadap jaringan ahli usaha rintisan melalui program SSI ini.

Sejauh ini, SSI telah menuntaskan total empat gelombang pelatihan, dengan total 65 alumni usaha rintisan berprestasi. Dengan total pendanaan yang tersalurkan hingga Mei 2022 mencapai Rp 332,1 miliar.

Salah satu alumnus SSI gelobang pertama, adalah usaha rintisan Rakamin Academy, yang kini bergabung menjadi salah satu penyedia kelas binaan pada kegiatan Digital Talent Scholarship (DTS) yang diadakan Kominfo. Kemudian, ada pula Kendali, dari gelombang empat yang juga telah berkolaborasi dengan Kominfo dan Kemenparekraf sejak 2022 dalam urusan digitalisasi proses administrasi. 

 

 

Kenyataannya, terdapat kesenjangan antara ekspektasi dan realita yang terjadi di beberapa perusahaan teknologi.

ITALO GANI, Venture Partner dari perusahaan Venture Capital (VC) East Ventures

 

 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Menjauhi Sifat Pelit

Langkah awal menyembuhkan pelit adalah menyadari sifat itu menjerumuskan diri pada kehinaan.

SELENGKAPNYA

Pelit, Mabuk Harta, dan Cinta Dunia

Sebab pelit adalah kecintaan pada harta yang berlebihan.

SELENGKAPNYA

Ancaman Krisis Makin Nyata

Beberapa negara mengalami krisis parah sehingga tak mampu membayar utangnya.

SELENGKAPNYA