
Jurnal Haji
ISPA Diprediksi Meningkat Setelah Puncak Haji
Jamaah perlu diedukasi untuk istirahat total menjelang ibadah di Armuzna.
ALI YUSUF dari Makkah
MAKKAH -- Saat ini, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bukan menjadi penyakit yang terbanyak dialami jamaah haji Indonesia. Namun, penyakit ini diprediksi akan bertambah setelah jamaah melaksanakan proses Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
“Biasanya tren penyakit paru mulai meningkat setelah Armuzna," kata dokter spesialis paru di KKHI Makkah, Andy Siregar, Senin (4/7).
Menurut dia, kelelahan jamaah dan kondisi cuaca menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus penyakit saluran pernapasan. Ditambah lagi, berkumpulnya sekitar satu juta jamaah dari seluruh dunia saat prosesi puncak haji membuat risiko penyebaran droplet terbuka lebar.
“Untuk itu tetap memakai masker, kencangkan protokol kesehatan juga," kata dia.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) pada Senin (4/7) pukul 16.00 WAS, total ada 68.719 jamaah haji Indonesia mendapatkan perawatan rawat jalan baik di kloter, pos kesehatan sektor, maupun Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Sebanyak 528 jamaah mendapatkan layanan rawat inap.
Dari sejumlah tersebut, hipertensi menempati tempat pertama sebagai penyebab penyakit dengan total 10.342 kasus. Sementara batuk dan pilek di posisi kedua dengan total 9.975 kasus. Saluran pernapasan akut berada di tempat ketiga dengan 4.612 kasus dan posisi keempat diisi dengan nyeri otot sebanyak 3.808 kasus.
Tenaga Kesehatan Haji (TKH) kloter dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) akan terus dilibatkan untuk memberikan edukasi kesehatan kepada jamaah. Jamaah dinilai perlu diedukasi untuk istirahat total dan jangan banyak melakukan aktivitas menjelang ibadah di Armuzna.
"Selalu tekankan fungsi kloter dengan baik. KBIH harus dikut sertakan," kata anggota Tim Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) Kesehatan Haji 2022 Eka Jusup Singka.

Eka mengatakan, saat ini jamaah haji Indonesia berjumlah sekitar 100 ribu orang. Jumlah tersebut tidak terlalu tinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sehingga kasus kesakitan dan kematian pada jamaah bisa dikendalikan.
Menurut dia, hal lain yang membuat angka kesakitan dan kematian mudah dikendalikan adalah syarat usia jamaah haji yang dibatasi. Pada tahun ini, Pemerintah Arab Saudi menentukan batas usia maksimal jamaah haji 65 tahun.
Eka mengatakan, menjelang Armuzna yang penting adalah penguatan kloter dan pemberdayaan semua pihak di kloter dalam mensukseskan ibadah haji. Dengan begitu, bisa tercapai slogan haji sehat, haji mabrur, dan haji barakah.
Selain jamaah, para petugas kesehatan haji juga diminta lebih peduli dengan kesehatannya. Sebab, petugas menjandi garda terdepan dalam memberikan pelayanan dan perlindungan kepada jamaah. "Petugas harus lebih sehat agar bisa menjaga jamaahnya lebih baik lagi," ujar Eka.

Perketat aturan kesehatan
Pemerintah Saudi telah memperketat langkah-langkah kesehatan untuk jamaah haji. Asisten Wakil Menteri Kesehatan untuk pencegahan kesehatan Dr Abdullah Assiri menyebut, langkah-langkah tersebut diterapkan pada seluruh jamaah haji baik dari dalam maupun luar Saudi. Pemeriksaan ini juga mencakup penyakit menular dan pandemi Covid-19.
“Kami telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah orang yang terinfeksi melaksanakan haji dengan memastikan semua vaksin yang disetujui telah diambil,” kata dia dikutip di Gulf News, Selasa (5/7).
Dr Assiri mengatakan, salah satu ketentuan kesehatan untuk jamaah haji domestik (dari dalam Saudi) yaitu harus sudah menerima vaksin Covid-19 yang disetujui dan suntikan tambahan (booster).
Adab Menyikapi Perbedaan Pendapat
Peta konsep penentuan awal Dzulhijah dalam fikih bisa dijelaskan dalam poin-poin berikut.
SELENGKAPNYAWaspada Cuaca Panas Puncak Haji
Petugas harus berusaha memastikan jamaah haji sehat sampai kembali ke Tanah Air.
SELENGKAPNYA