Khazanah
03 Jul 2022, 03:36 WIBRenungan Arafah
Arafah memiliki banyak keutamaan, baik pada segi tempat maupun waktu.
OLEH HASANUL RIZQA
Salah satu rukun haji adalah berwukuf di Arafah, yakni daerah terbuka nan luas sebelah timur Makkah al-Mukarramah. Kegiatan itu dilakukan pada siang hari tanggal 9 Dzulhijjah.
Jutaan jamaah pada momen tersebut berkumpul di sana. Mereka berdoa, melantunkan zikir, dan lain-lain untuk menyempurnakan rukun Islam kelima yang sedang diamalkan.
Arafah memiliki banyak keutamaan, baik pada segi tempat maupun waktu. KH Ahmad Chodri Romli dalam buku Ensiklopedi Haji dan Umrah merangkum beberapa di antaranya. Misalnya, salah satu sunah Nabi Muhammad SAW, yakni berpuasa sunah Arafah.
Ibadah itu bisa dilakukan siapapun Muslim, termasuk yang tidak sedang berhaji. “Barangsiapa yang berpuasa di Hari Arafah, maka ia diampuni (dari dosanya) setahun setelah dan sebelumnya,” sabda Rasul SAW.

Gambaran Mahsyar
Berkumpulnya banyak orang di Arafah acap kali dikaitkan dengan gambaran tentang kondisi Padang Mahsyar. Islam mengajarkan, manusia kelak pada hari kiamat akan dikumpulkan di Mahsyar.
Mereka semua berkumpul mengikuti nabinya masing-masing. Setiap insan menanti pengadilan yang digelar Allah SWT. Harapannya adalah syafaat atau pertolongan agar selamat dari siksa-Nya.
Dalam fikih ibadah, wukuf di Arafah menjadi penentu, apakah haji seseorang sempurna atau tidak. Sementara itu, kondisi di Padang Mahsyar kelak juga menentukan, apakah orang akan masuk ke dalam surga ataukah neraka.
Ada banyak hadis Nabi SAW yang menunjukkan, betapa payah dan sengsaranya penantian di Mahsyar bagi mereka yang semasa di dunia tergolong kafir ataupun fasik.

Muhasabah Diri
Wukuf di Arafah juga menjadi kesempatan yang amat baik bagi jamaah untuk berintrospeksi. Muhasabah perlu dilakukan agar haji tidak sia-sia. Dari rangkaian ibadah di Tanah Suci itu, jiwa hendaknya mengalami pembersihan. Alhasil, begitu kembali ke Tanah Air jamaah dapat meraih atau menjaga kondisi mabrur.
Memeriksa diri pun berarti berikhtiar menjadi hamba-Nya yang bertakwa. Rasul SAW mengajarkan kepada umatnya untuk berdoa kepada Allah. Beliau bersabda, “Sebaik-baiknya doa ialah yang dipanjatkan pada hari Arafah. Dan sebagus-bagusnya hal yang saya ucapkan dan diucapkan juga oleh nabi-nabi sebelum saya ialah ‘La ilaha illallah wahdahulaa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu, wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadir'.”
Mengingat Allah
“Tiada hari di mana Allah banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka lebih banyak daripada hari Arafah. Sesungguhnya, Allah mendekati hamba-Nya, lalu memamerkan dan membangga-banggakan mereka di hadapan malaikat seraya berfirman, ‘Apa yang mereka inginkan?’” (HR Muslim).
Hadis di atas seyogianya menjadi penyemangat bagi umat Islam untuk banyak-banyak mengingat Allah saat Hari Arafah. Khususnya untuk jamaah haji, fenomena lautan manusia di sana hendaklah menjadi pengingat. Bahwa setiap orang pada hakikatnya adalah sama, yakni makhluk Allah. Bukanlah harta, jabatan, atau popularitas yang menjadikan seseorang mulia. Keimanan dan ketakwaan kepada-Nya, itulah yang utama.
‘Kita Kehilangan Orang Baik yang Berdedikasi’
Wafatnya Tjahjo meninggalkan kenangan tentang sosok politisi sekaligus negarawan yang berdedikasi tinggi untuk bangsanya.
SELENGKAPNYADelegasi Amirul Hajj Tiba di Tanah Suci
Hampir 90 persen jamaah sudah berada di Makkah.
SELENGKAPNYAAgar tak Diusir Askar
Larangan itu disampaikan secara bersamaan oleh para askar ketika waktu shalat sudah dekat.
SELENGKAPNYA
Hasanul Rizqa
Redaktur