Seorang anak bermain di dekat bangunan yang dihancurkans erangan Rusia di Borodyanka, Kiev, Ukraina, Sabtu (4/6/2022). | AP/Natacha Pisarenko

Kisah Mancanegara

Memungut Sisa Masa Kecil di Medan Perang

Peran orang tua menyelamatkan masa kecil anak-anak di tengah medan perang berdampak signifikan.

OLEH RIZKY JARAMAYA

Perang Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama hampir empat bulan. Sejak Rusia melancarkan serangan pada 24 Februari 2022, jutaan warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain. Di antara mereka yang melarikan diri adalah anak-anak dan perempuan. 

Organisasi PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan dan perkembangan kesejahteraan jangka panjang kepada anak-anak (Unicef) mencatat, 7,5 juta anak Ukraina telah melarikan diri ke negara lain. Mereka meninggalkan rumah, teman, keluarga, dan kehidupan mereka. 

Seorang remaja berusia 11 tahun, Natasya, melarikan diri dari kota asal mereka di Ukraina barat bersama ibu dan bibinya ke negara tetangga Rumania, sebelum mereka pergi ke Turki. "Saya tahu ada perang di Ukraina, tetapi saya tidak yakin apa arti kata perang. Di Ternopil aman, kami telah menyiapkan ransel terlebih dahulu jika kami harus segera pergi," kata Natasya, dilansir Aljazirah, Ahad (12/6).

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, 90 persen warga Ukraina yang melarikan diri dari perang adalah wanita dan anak-anak. Pemerintah Ukraina tidak mengizinkan sebagian besar pria berusia antara 18 dan 60 tahun untuk meninggalkan negara itu. Pemerintah mengharuskan mereka tetap berada di Ukraina untuk berperang.

photo
Melania membersihkan reruntuhan yang hancur akibat serangan di Gorenka, Kiev, Ukraine, Senin (6/6/2022). - (AP/Natacha Pisarenko)

Seorang anak berusia enam tahun, Valerian, berasal dari wilayah Chernihiv, kemudian tiba di perbatasan Siret bersama ibunya dan beberapa temannya. Kemudian, Valerian tiba di Siret setelah tiga hari bepergian. 

Kini, mereka sedang dalam perjalanan ke Jerman. "Saya ingin sekali menjadi tentara seperti kakek saya,” ujar Valerian, sambil membuat senjata dari mainan Lego saat menunggu setelah melintasi perbatasan.

"Saya suka bermain dengan Lego dan membuat sesuatu. Saya tidak membawa mainan apa pun, jadi saya senang menemukan Legi di sini," katanya melanjutkan.

Valerian menghabiskan dua hari di ruang bawah tanah sebuah gedung apartemen bersama keluarganya, setelah rumah mereka dibom dan putri tetangga mereka terbunuh. “Di kota kami, dulunya tempat seperti kilang. Saya suka bermain di sana, sekarang tidak ada, Rusia mengebomnya,” kata Valerian. 

Psikolog anak untuk Save The Children, Ane Lemche, mengatakan, perang telah menangguhkan masa kanak-kanak dan mengubah kehidupan mereka. Menurut Lemche, anak-anak mengalami perubahan kehidupan secara drastis, sehingga beberapa dari mereka menderita stres dan kecemasan.

“Anak-anak telah kehilangan banyak hal yang dulunya merupakan hal normal dalam hidup mereka. Jadi, dalam jangka pendek, beberapa anak akan mengalami kecemasan dan stres, dan pasti kebingungan," ujar Lemche.

Sementara beberapa di antaranya, lanjut dia, juga berpotensi kehilangan ingatan hingga kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus pada sesuatu. Lemche mengatakan, konflik, kekerasan dan ketidakamanan dapat memiliki efek psikologis yang besar pada anak-anak. 

Anak-anak yang baru saja melarikan diri dari perang membutuhkan lebih banyak struktur di sekitar mereka, lingkungan yang tenang, dan orang-orang yang dapat membantu memahami perasaan mereka. “Mereka juga perlu memiliki sesuatu yang dapat mereka sentuh sebagai mainan atau sesuatu untuk dipegang, karena mereka akan merasa bahwa ada sesuatu yang dapat mereka kendalikan atau mereka pahami,” kata Lemche.

Sebagian besar keluarga yang melarikan diri dari Ukraina hanya membawa barang-barang yang paling penting. Beberapa keluarga melupakan mainan dan barang-barang lain milik anak-anak mereka. 

photo
Nastasia Vladimirovna di dalam rumahnya yang hancur di Mostyshche, Kiev, Ukraine, Senin (6/6/2022). - (AP/Natacha Pisarenko)

Lemche mengatakan, anak-anak yang melarikan diri dengan membawa barang-barang paling berharga setidaknya dapat membantu untuk mengatasi kecemasan. Anak-anak dapat memeluk barang favorit mereka, seolah-olah hidup mereka ada di dalam mainan, buku, atau benda favorit mereka. 

Menurut Lemche, anak-anak menggunakan mainan dan barang-barang lainnya untuk alasan yang berbeda ketika mereka melarikan diri dari perang. Seorang anak yang berusia 11 tahun, Masha, berasal dari Kharkiv membawa mainan favoritnya, yaitu sebuah bebek kuning yang diberi nama Mickey. Menurut Masha, mainan tersebut sangat populer di Ukraina.

“Ini adalah mainan yang sangat populer di Ukraina. Saya senang tiba di sini dan bermain dengannya karena selama pelarian, bebek ini tetap berada di dalam tas kami," ujar Masha. 

Masha mengungkapkan, kegiatan favorit yang kerap dia lakukan selama tinggal di Kharkiv adalah bermain dengan hewam peliharannya. Namun, situasi memaksanya melarikan diri dari Kharkiv bersama keempat saudara laki-lakinya dan kedua orang tuanya.  

Mereka mengendarai mobil hampir sepanjang perjalanan. Tetapi kemudian meninggalkannya di sisi perbatasan Ukraina, karena mereka merasa orang-orang di Ukraina lebih membutuhkannya daripada mereka. Mereka kemudian menyeberangi perbatasan ke Siret dengan berjalan kaki.

Peran orang tua dalam uoaya menyelamatkan sisa masa kecil anak-anaknya di tengah medan perang juga berdampak signifikan. Tonya, seorang ibu sekaligus guru bahasa Inggris, mnegungkapkan pada sang anak Yurii sebelum melarikan diri. Ia menjelaskan, ia dan anak-anaknya akan melakukan perburuan harta karun melalui berbagai negara serta menjelajahi wilayah baru.

Tonya telah mengemas sejumlah barang-barang berharga, dokumen, air minum, dan obat-obatan. Dia sangat siap untuk melarikan diri dari perang di negaranya. "Saya juga telah menjelaskan kepada anak-anak tentang perang. Dalam perang, ada orang baik dan jahat. Mereka dapat menunjukkan yang terburuk dari mereka dan mereka menghancurkan barang-barang di kota kami dan ini salah," ujar Tonya menjelaskan.  

Seorang psikososial dan penasihat di International Medical Corps, Georgina Campbell, mengatakan, mainan atau barang-barang berharga yang dibawa oleh anak-anak ketika mengungsi dapat memberikan rasa aman. Terutama karena mereka berada di tempat baru dan asing. 

 
Tonya telah mengemas sejumlah barang-barang berharga, dokumen, air minum, dan obat-obatan. Dia sangat siap untuk melarikan diri dari perang di negaranya. 
 
 

"Saya pikir mainan dapat mewakili apa yang anak-anak tinggalkan. Itu dapat memberikan rasa aman atau menjadi sesuatu yang akrab bagi mereka terutama di tempat yang benar-benar asing. Di mana mereka tidak tahu apa yang akan terjadi," kata Campbell.

Campbell mengungkapkan, ia menghabiskan waktu di sepanjang perbatasan Polandia dengan Ukraina. Dia pun tersentuh melihat banyak anak kecil bepergian sembari membawa koper kecil dengan mainan atau benda berharga.

Penting juga, kata dia, untuk memperhatikan gambaran atau imajinasi anak-anak yang melarikan diri dari perang. Ia menemukan beberapa anak menggambar bom dan tank. 

"Sebuah gambar memberi tahu Anda sesuatu tentang bagaimana perasaan mereka di mana mereka berada. Saya pikir ketika ada orang yang merasakan konflik, apa yang dicari semua orang adalah rasa kontrol yang lebih baik, rasa aman, dan rasa akrab yang lebih baik," ujar Campbell. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Perintis Radio Malabar Meninggal, Tabrani di Kapal JP Coen

Kapal JP Coen ini jugalah yang ditumpangi M Tabrani, mantan pemimpin redaksi Hindia Baroe.

SELENGKAPNYA

Habis Pandemi Terbitlah Inflasi Tepatkah Berinvestasi?

Perlu disusun ulang anggaran dengan kondisi harga yang terbaru.

SELENGKAPNYA

Orang Betawi ke Tanah Suci

Ada kebiasaan masa lalu yang kini hampir hilang, yakni menangisi calon haji ketika hendak berangkat.

SELENGKAPNYA