Kubah lava sisi barat daya Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (9/1/2022). | ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/YU

Safari

Melanglang Buana di Kaliurang

Replika bangunan ala Eropa ternyata dapat meningkatkan jumlah pengunjung ke area wisata kekinian. 

Pandemi Covid-19 memberi dampak bagi seluruh warga di dunia. Pada masa pandemi ini, banyak orang yang biasanya bepergian setiap tahun, mereka harus menahan keinginannya itu.

Namun, tak melulu karena pandemi orang tak dapat berwisata ke luar negeri. Keterbatasan dana membuat banyak orang tak dapat menikmati keajaiban, keindahan, dan keunikan destinasi wisata luar negeri secara langsung. 

Karena itu, tak heran jika beberapa destinasi dalam negeri membuat sejumlah wahana mirip keunikan wisata di luar negeri. Dengan begitu, wisatawan domestik yang ingin mengetahui miniatur ataupun replika Menara Eiffel ataupun keindahan di Santorini, misalnya, dapat berkunjung ke destinasi tersebut. 

Wisata ala Eropa pun hadir di Agrowisata Bhumi Merapi, Sleman, Yogyakarta. Lokasi yang dibuka pada 2015 ini dibangun sebagai tempat edukasi anak, juga area outbound dan kemah. Di sana terdapat replika bangunan ala Santorini, Yunani. Replika ini berada di area Langlang Buana yang dibangun pada 2018 yang mengangkat berbagai keunikan wisata di Eropa tanpa perlu pergi ke negeri barat. 

Pengelola Agrowisata Bhumi Merapi, Rizky, menjelaskan, nama Langlang Buana mengacu pada kata melanglang buana. Kata itu dipilih karena di tempat wisata kekinian ini, tidak hanya menawarkan suasana kehidupan yang ada di Santorini, tetapi juga di negara-negara lain.

Contohnya, begitu memasuki Langlang Buana, pengunjung melalui area Arab Street yang menyajikan suasana perkampungan Arab. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Agrowisata Bhumi Merapi (agrowisatabhumimerapi)

Setelah itu, ada area Alpen Swiss. Konsep area ini mengambil gambaran perumahan warga di Swiss. Tidak jauh dari area itu, pengelola memberikan nuansa lainnya, yaitu dinding yang berlukiskan mural ala Eropa. Seluruh area di Langlang Buana ini baru dapat dikunjungi oleh umum pada 2019. 

Banyaknya spot foto bernuansa alam di Kaliurang membuat pemilik Bhumi Merapi mencari sesuatu yang baru dan kekinian. Dibangunlah spot-spot foto yang instagrammable bergaya Eropa untuk Langlang Buana. “Konsepnya adalah yang belum ada di daerah Jogja atas. Kalau Kaliurang, spot foto pemandangan gunung sudah biasa. Nah, kita cari sesuatu yang beda,” ujar Rizky menjelaskan, Selasa (31/5).

Pengunjung dari Purbalingga, Haykal, mengatakan ketertarikannya untuk melihat bangunan bergaya Eropa di Langlang Buana. “Sebelumnya lihat di media sosial. Pas datang ke sini, ternyata lebih bagus,” kata dia. 

Bangunan-bangunan ala Eropa ini rupanya berhasil meningkatkan jumlah pengunjung. “Sebelum ada Santorini mungkin sekitar 55 persen. Setelah ada Santorini, kenaikannya bisa mencapai 80 persen,” kata Rizky menambahkan. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Agrowisata Bhumi Merapi (agrowisatabhumimerapi)

Dia juga menyebutkan, adanya peningkatan jumlah pengunjung di Bhumi Merapi berdampak baik bagi para pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitarnya. 

Salah satu penjaga Toko Souvenir Bhumi Merapi, Ika, mengatakan, saat ini mampu menjual berbagai produk hingga sekitar 10 buah dalam satu hari. Sebelumnya, hanya terjual beberapa. “Produk unggulan di sini lebih ke kaus dan tas,” kata Ika.

Sebagai tempat wisata edukasi bagi anak, Bhumi Wisata memberikan pengetahuan mengenai satwa dan bercocok tanam. Tak hanya itu, di sana juga terdapat sejumlah satwa, seperti ular, rusa, kambing etawa, dan beberapa jenis burung. Untuk berkunjung ke agrowisata ini, setiap orang perlu mengeluarkan koceknya sekitar Rp 30 ribu untuk mendapatkan berbagai fasilitas di sana.

Berwisata ke Negeri yang Hilang

Sensasi wisata ala negeri dongeng kini telah hadir di Yogyakarta, yaitu The Lost World Castle. Tempat wisata ini menyuguhkan berbagai bangunan seperti di negeri dongeng. The Lost World Castle berlokasi di Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pembangunan kastil di tempat wisata ini mendapatkan inspirasi dari bangunan Tembok Cina. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by The Lost World Castle (thelostworldcastle)

Manager operasional The Lost World Castle Ahmad Saukani menjelaskan, tempat wisata ini ditujukan agar para wisatawan tidak perlu jauh-jauh berkunjung ke Negeri Tirai Bambu untuk merasakan sensasi berada di dalam kastil. 

The Lost World Castle atau Kastil Dunia yang Hilang berkaitan dengan erupsi Gunung Merapi pada 2010. Sebelum erupsi, tempat tersebut merupakan area permukiman padat penduduk Desa Kapuharjo. Permukiman itu pun hilang saat erupsi Merapi.

Setelah itu, wilayah tersebut dialihfungsikan menjadi destinasi wisata. “Jadi dunia yang hilang, karena perkampungan saya hilang,” kata Ahmad di The Lost World Castle, Kamis (2/6).

Kelebihan lain dari tempat wisata ini adalah pemandangan yang indah. Dari sebelah selatan kastil, pengunjung dapat menyaksikan pemandangan Kota Yogyakarta. Sedangkan di sebelah utara, terdapat pemandangan Gunung Merapi. Letaknya di sekitar gunung membuat udara di tempat tersebut terasa sejuk dan tampak asri. Sembari berswafoto di dalam kastil, pengunjung juga dapat merasakan kesejukan udara yang alami.

Para pengunjung dapat mencapai tempat wisata ini dengan menempuh jarak 27 kilometer dari Yogyakarta. Tiket masuknya sebesar Rp 30 ribu untuk seluruh fasilitasnya. Di sana, banyak tempat yang dapat dijadikan lokasi berfoto selain di kastil, salah satunya adalah sebuah kapal bajak laut. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by The Lost World Castle (thelostworldcastle)

Ahmad menjelaskan, spot foto di sekitar kastil selalu berubah dan bertambah dengan pembangunan yang baru. Beberapa fasilitas pendukung pun dibangun, seperti tempat makan, area bermain anak, wahana bebek air, W-Fi gratis, serta rencana membangun wahana kereta gantung. Semua itu ditujukan agar pengunjung tidak bosan untuk datang ke sana. 

Keunikan-keunikan inilah yang membuat pelancong asal Bogor, Shinta, tertarik untuk mengunjunginya. “Lihat di Youtube dan banyak yang review. Ternyata, memang lebih bagus waktu datang langsung ke sini.” The Lost World Castle ini dapat dikunjungi setiap hari mulai pukul 07.00 sampai 18.00 WIB.

Tempat wisata ini telah memberi dampak positif bagi para pelaku usaha di sekitarnya. Novi sebagai penjual kaus dan topi mengaku terbantu dengan adanya The Lost World Castle. “Lumayan, jadi ada pemasukan,” kata Novi menjelaskan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Spirit NFT di Bayang-Bayang Bear Market

Pameran NFT Jukiverse hadir di Sarinah dan juga Decentraland. 

SELENGKAPNYA

Jamaah Ramaikan Situs Ziarah

Jamaah diminta patuhi aturan yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi.

SELENGKAPNYA

Muslim Indonesia Diajak Tahan Diri

OKI meminta India tegas menyelesaikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad dan Islam.

SELENGKAPNYA