Warga Ukraina berlindung di bawah jembatan patah saat berupaya mengungsi melalui Sungai Irpin di Kiev, Ukraina, Sabtu (5/3/2022). | AP/Emilio Morenatti

Tajuk

Perang Belum Berujung

Saling kunci antara Rusia dan NATO serta sekutunya juga belum usai.

Seratus hari. Perang yang diawali serangan Rusia ke Ukraina menginjak hari ke-100 pada Jumat (3/6) lalu. Belum ada tanda perang ini menuju ujungnya, mengakhiri penderitaan warga Ukraina yang mengungsi dan dihantui ketakutan serta imbas ekonomi pada dunia.

Merujuk United Nations High Commissioner for Human Rights, perang tersebut menyebabkan kematian 4.183 orang, lebih dari 5.014 lainnya terluka, dan per 3 Juni 2022, sebanyak 6,9 juta warga mesti mengungsi dari Ukraina demi keselamatan nyawa mereka.

Saling kunci antara Rusia dan negara-negara besar lainnya yang tergabung dalam Pakta Atlantik Utara (NATO) serta sekutunya, juga belum usai. Boikot migas dari Rusia belum berhenti dan mereka terus mencari sumber pasokan alternatif.

Ekspor gandum dari Ukraina pun terhambat karena Rusia dituding menghalangi gerak ekspor tersebut. Distribusi migas dan komoditas pertanian yang terhambat, tentu berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan negara lain serta melonjaknya harga komoditas tersebut.

 

 
Saling kunci antara Rusia dan negara-negara besar lainnya yang tergabung dalam Pakta Atlantik Utara (NATO) serta sekutunya, juga belum usai. 
 
 

 

Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (2/6) menyebut, soal dampaknya. Transmisi inflasi imbas lonjakan harga gandum dunia di tengah eskalasi perang Rusia-Ukraina dirasakan Indonesia. Ini sudah dirasakan pada perdagangan besar di level industri sebagai produsen.

Kepala BPS, Margo Yuwono, mengatakan, inflasi pada produk gandum terlihat dari indeks harga perdagangan besar di sektor industri. Tepung terigu dan mi kering instan, yang merupakan produk turunan gandum, menyumbang inflasi pada harga perdagangan besar 0,01 persen.

Terlepas dari besar kecil pengaruh tetap saja kita merasakan dampak dari konflik ini. Jika semakin berlarut, pasti dampak buruknya juga semakin besar dan setiap negara dunia mesti mengeluarkan biaya ekonomi lebih besar.

Di sisi lain, tampaknya konflik bersenjata bakal lebih luas karena seruan Ukraina untuk memperoleh bantuan senjata dalam melawan kekuatan militer Rusia mendapat ‘gayung bersambut’ dari negara-negara besar, yang selama ini mendukung Ukraina.

 

 
Terlepas dari besar kecil pengaruh tetap saja kita merasakan dampak dari konflik ini. Jika semakin berlarut, pasti dampak buruknya juga semakin besar dan setiap negara dunia mesti mengeluarkan biaya ekonomi lebih besar.
 
 

 

Mengutip Associated Press, 2 Juni 2022, Jerman menyatakan akan menyediakan rudal antipesawat serta sistem antiradar teranyar dan AS pun mengumumkan, bakal menyediakan empat sistem roket jarak menengah canggih dan amunisi.

Turki menjual pula pesawat nirawak Bayraktar TB2 ke Ukraina, yang kemudian menurut Reuters, 8 April 2022, dikeluhkan Rusia. Namun, pejabat Turki menegaskan, transaksi penjualan pesawat nirawak itu dilakukan perusahaan dengan negara bukan antarnegara.

Dengan pasokan peralatan militer ini, baik sengaja maupun tidak disengaja, perang di Ukraina menjelma menjadi ruang pamer kecanggihan senjata semua yang terlibat di dalamnya. Ujungnya, penjualan senjata.

Kita telah melihat perang di Suriah jadi ajang adu keandalan militer negara yang secara langsung pro Presiden Bashar al Assad ataupun lewat kelompok bersenjata yang ingin rezim berganti.

 
Dengan pasokan peralatan militer ini, baik sengaja maupun tidak disengaja, perang di Ukraina menjelma menjadi ruang pamer kecanggihan senjata semua yang terlibat di dalamnya.
 
 

Menurut laman Aljazirah, 6 April 2016, harian The Kommersant yang mengutip orang dalam Kremlin dan pengamat militer ada ‘’marketing effect’’ dari perang di Suriah, yang diperkirakan, mendongkrak penjualan senjata Rusia hingga tujuh miliar dolar AS. Dalam konteks ini, Aljazair, misalnya, membeli selusin Sukhoi (Su)-32, versi ekspor SU-34 yang terbukti efektif di Suriah.

Untuk mengakhiri penderitaan warga, kehancuran infrastruktur di Ukraina, dampak ekonominya bagi dunia, dibutuhkan kerendahan hati setiap pemimpin negara besar yang terlibat dalam perang ini, untuk segera mengakhiri semua konflik dan saling boikot ekonomi.

Jangan sampai, ambisi memperluas pengaruh suatu atau sekelompok negara dalam konflik di Ukraina, meluluhlantakkan pemulihan ekonomi yang baru seumur jagung, seiring melandainya pandemi Covid-19. Nanti, dunia ini sudahlah jatuh tertimpa tangga pula. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Dinasti-Dinasti Kecil di Andalusia Mengawali Era Taifa

Era Taifa bermula sejak runtuhnya pengaruh Umayyah di Iberia abad ke-11.

SELENGKAPNYA

Era Taifa di Andalusia

Pudarnya pengaruh Kekhalifahan Umayyah di Spanyol abad ke-11 mengawali babak sejarah kelam.

SELENGKAPNYA

Pertimbangkan Detail Investasi

Di saat memasuki masa endemi, risiko kesehatan tetap perlu diperhatikan. 

SELENGKAPNYA