Tentara Ukraina berlatih menggunakan senjata antitank NLAW buatan Inggris di pingrian Kiev, Rabu (9/3/2022). | AP/Efrem Lukatsky

Internasional

Interpol Khawatir Senjata untuk Ukraina Kesasar

Pengiriman senjata kecil dan berat ke Ukraina dinilai berisiko

PARIS -- Interpol pada Rabu (1/6) menyatakan keprihatinan serius terkait pengiriman senjata kecil dan berat ke Ukraina, yang dapat "kesasar" ke pasar gelap dan berakhir di tangan penjahat. Sekretaris Jenderal Interpol Jurgen Stock mendesak negara-negara yang memasok peralatan militer ke Kiev untuk fokus pada mekanisme pelacakan.

“Ketersediaan senjata yang luas selama konflik saat ini akan menyebabkan proliferasi senjata terlarang di fase pascakonflik,” ujar Stock, dilansir Anadolu Agency, Kamis (2/6).

Stock mengkhawatirkan pencurian senjata dan persenjataan oleh penjahat di pasar gelap Uni Eropa, karena harga senjata di wilayah tersebut lebih tinggi.  Ia mengatakan, senjata militer berat akan tersedia di pasar kriminal.

Negara-negara, termasuk Prancis dan Jerman, bersama dengan Amerika Serikat telah mengirimkan peralatan pertahanan kelas atas. Kiriman itu berupa amunisi artileri dan senjata untuk membantu Ukraina mempertahankan wilayahnya dan melawan pasukan Rusia.

photo
Tentara Angkatan Udara Amerika Serikat dari 436th Aerial Port Squadron menata senjata yang akan dikirimkan ke Rusia melalui Pangkalan Udara Dover, Delaware pada Januari 2022. - (AP/Mauricio Campino/U.S. Air Force)

Stock berkaca pada pengalaman saat angkatan bersenjata AS keluar dari Afghanistan pada 2021 setelah dua dekade perang. Pasukan AS meninggalkan sejumlah besar peralatan militer yang akhirnya jatuh ke tangan Taliban.

Jerman akan memasok rudal antipesawat modern dan sistem radar ke Ukraina. Kanselir Jerman Olaf Scholz pada Rabu mengatakan kepada anggota parlemen bahwa, pemerintahnya telah memutuskan untuk memasok rudal IRIS-T SLM, yang dikembangkan oleh Jerman bersama dengan negara-negara NATO lainnya, ke Ukraina.

Scholz mengatakan, Jerman juga akan memasok Ukraina dengan sistem radar untuk membantu menemukan artileri musuh. Pengumuman itu muncul di tengah klaim bahwa Jerman lambat menyediakan senjata yang dibutuhkan Ukraina untuk mempertahankan diri melawan Rusia.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan, negaranya akan memasok sistem roket ke Ukraina. Dalam sebuah esai yang diterbitkan The New York Times, Biden mengatakan, sistem roket akan memungkinkan Ukraina untuk lebih tepat menyerang target utama.

Rencana pengiriman AS itu dikritik Rusia. Rusia memperingatkan, pengiriman roket tersebut berisiko menimbulkan peningkatan konfrontasi langsung Moskow dengan Washington.

"Kami percaya bahwa Amerika Serikat dengan sengaja menambahkan bahan bakar ke api," ujar Dmitry Peskov, juru bicara Istana Kepresidenan Rusia Kremlin.

Ketika ditanya bagaimana tanggapan Rusia jika Ukraina menggunakan roket yang dipasok AS untuk menyerang wilayah Rusia, Peskov mengatakan, "Jangan bicara tentang skenario terburuk". 

Para pejabat Ukraina telah meminta sekutunya untuk mengirimkan sistem rudal jarak jauh. Saat ini Ukraina mendapatkan dukungan dari puluhan negara dunia termasuk negara berkuasa.

Jual drone

AS berencana untuk menjual empat drone MQ-1C Gray Eagle yang dapat dipersenjatai dengan rudal Hellfire ke Ukraina. Hal ini dikonfirmasi tiga sumber yang mengetahui informasi tersebut. Namun, menurut mereka, penjualan ini mungkin membutuhkan persetujuan Kongres.

photo
Tentara Ukraina berlatih menggunakan senjata peluncur roket Carl Gustaf M4 buatan Swedia di Kharkiv, Ukraina, April 2022. - (AP/Andrew Marienko)

Ukraina telah menggunakan beberapa jenis sistem udara tak berawak jarak pendek yang lebih kecil untuk melawan pasukan Rusia, yang telah melancarkan serangan sejak 24 Februari. Drone yang digunakan antara lain AeroVironment RQ-20 Puma AE, dan Bayraktar-TB2 buatan Turki.

Drone Gray Eagle mewakili lompatan dalam teknologi  karena dapat terbang hingga 30 jam atau lebih, tergantung pada misinya. Drone ini juga dapat mengumpulkan data dalam jumlah besar untuk tujuan intelijen.

Gray Eagles, atau versi Angkatan Darat dari drone Predator yang lebih dikenal luas, juga dapat membawa hingga delapan rudal Hellfire. Penjualan itu signifikan karena menempatkan sistem AS yang canggih dan mampu melakukan beberapa serangan di medan perang untuk melawan Rusia pertama kalinya.

“Umumnya MQ-1C adalah pesawat yang jauh lebih besar dengan berat lepas landas maksimum sekitar tiga kali lipat dari Bayraktar-TB2, dengan keunggulan yang sepadan dalam kapasitas muatan, jangkauan, dan daya tahan,” kata pakar drone, Dan Gettinger dari Vertical Flight Community.

MQ-1C juga kompatibel dengan lebih banyak variasi amunisi daripada Bayraktar-TB2. Drone Bayraktar dilengkapi rudal MAM-L buatan Turki dengan berat 22 kg, atau sekitar setengah berat Hellfire. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Rusia Kembali Tutup Pasokan Gas ke Eropa

Uni Eropa sepakat melakukan embargo parsial terhadap komoditas minyak Rusia.

SELENGKAPNYA

Berbincang Soal TKI Hingga Tari Kuda Kepang

Banyak perkara yang tak perlu timbul, tapi timbul karena kurang informasi dan kurang pemahaman.

SELENGKAPNYA

Australia Miliki Dua Menteri Muslim

Anne Aly menjadi menteri pemuda dan Ed Husic menduduki kursi menteri perindustrian.

SELENGKAPNYA