Sejumlah warga mengamati aplikasi-aplikasi yang kini ada di dunia maya | ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Inovasi

Dongeng Startup yang tak Selalu Indah

Investor kini mulai mengetatkan kucuran pendanaan untuk usaha rintisan digital.

Era digital saat ini, terus diwarnai oleh jatuh bangunnya berbagai usaha rintisan. Tak bisa dipungkiri, usaha rintisan alias startup merupakan salah satu pemain utama di ekosistem digital.

Guyuran dana signifikan, pertumbuhan serta traksi yang tinggi, dan perubahan perilaku konsumen yang kian digital oriented, juga menandai perputaran dunia baru yang serba digital. Dikutip dari CNBC, Senin (30/5), perusahaan kapitalis ventura secara keseluruhan telah menginvestasikan lebih dari 675 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada perusahaan rintisan di seluruh dunia pada 2021.

Jumlah ini, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Namun, roda kehidupan ternyata berlaju juga di industri rintisan digital. Kini, dengan inflasi yang meroket, kenaikan suku bunga, perang di Eropa, dan ketidakpastian di Cina, mendorong berbagai perusahaan di Silicon Valley merumahkan karyawan. Apple, meskipun mencatatkan pendapatan, namun mengalami penurunan dari tiga triliun dolar AS pada Januari menjadi 2,5 triliun dolar AS pada Senin (9/5). 

Microsoft, Amazon, Tesla, dan Alphabet, semuanya kehilangan lebih dari 20 persen nilainya tahun ini. Sementara, Netflix yang bahkan memiliki model bisnis yang jelas dan mampu men-generate revenue dari para pelanggannya, dilaporkan mengalami penurunan nilai saham hingga 71 persen dalam enam bulan terakhir.

Direktur pelaksana Rainmaker Securities, Greg Martin mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan surutnya industru rintisan digital. “Apa yang terjadi di industri rintisan saat ini, sangat berbeda dari apa yang pernah saya saksikan sebelumnya," ujar Martin, dilansir dari The Washington Post, Ahad (29/5).

Sejauh ini, ia melanjutkan, sebagian besar karena industri teknologi saat ini terlihat sangat berbeda dari 2000. Saat ini, industri ekosistem digital berkembang secara lebih global, dengan perusahaan besar tersebar di AS, Eropa, dan Asia. 

Investor yang terjun ke industri ini pun, tidak hanya perusahaan modal ventura seperti Sequoia dan Benchmark. Tetapi juga pemain utama di pasar keuangan, salah satunya, adalah Tiger Global.

Tak lagi 'Bakar Uang'

Usaha rintisan yang 'booming' beberapa tahun belakangan, memiliki benang merah yang sama. Ada narasi tentang masa depan yang cemerlang di era digital yang saat ini bergulir.

Traksi pengguna pun menjadi tumpuan utama. Salah satu cara yang dilakukan untuk terus mengakuisi pengguna, adalah dengan menawarkan harga promo untuk menambah para pengguna baru.

Beezer Clarkson, mitra di Sapphire Partners yang berinvestasi di perusahaan modal ventura tahap awal mengungkapkan, pola pikir yang selama ini digunakan, akan menjadi tanda yang sangat mengkhawatirkan. "Terutama, jika orang memilih untuk tidak berinovasi ketika memulai perusahaan," ujarnya.

Para investor modal ventura, beberapa di antaranya juga telah berbicara dengan The Washington Post dengan syarat anonim, mengingat faktor sensitivitas investasi mereka. Mereka mengatakan, saat ini para pelaku usaha rintisan perlu memerhatikan “tingkat pembakaran” mereka. Itu merupakan istilah Silicon Valley untuk menyebut jumlah modal investasi yang dibelanjakan.

Lebih berhati-hati dalam membakar uang, menjadi makin esensial karena ke depan diperkirakan akan semakin sulit bagi rintisan untuk mengumpulkan lebih banyak dana dalam putaran pendanaan. "Daripada menarik kembali investasi di startup, investor kini menuntut pelaku usaha lebih kritis, dan menggunakan dana mereka lebih efisien," kata Clarkson.

Hal senada juga disampaikan salah satu pendiri perusahaan ventura Shasta Ventures, Tod Francis. Menurutnya, pada tahun-tahun lalu, sangat mudah bagi para founder usaha rintisan untuk meningkatkan modal. Hal ini, karena pasar lebih menghargai pertumbuhan daripada profitabilitas. "Industri usaha rintisan pun merespons hal ini, dengan merekrut karyawan secara agresif," ujarnya.

Kini, Francis berharap perusahaan rintisan dapat menyesuaikan diri dengan gejolak pasar dengan mengurangi area yang tidak terlalu penting, seperti pemasaran. “Investor akan memberikan nilai lebih dalam model bisnis dan efisiensi modal,” lanjut Francis.

Akhir Pesta di India

Di Asia, India, utamanya Bangalore, menjadi pusat pengembangan usaha rintisan digital. Sayangnya, pandemi dan gelombang besar PHK juga terjadi di industri digital India saat ini.

Dikutip dari Moneycontrol.com, Senin (30/5), ada berbagai hal yang menyebabkan terjadinya ribuan PHK kini terjadi, di antaranya:

1. Pandemi dan situasi ekonomi global yang tak pasti, telah membuat usaha rintisan besar di India, seperti Meesho, Cred, Groww, Unacademy tertunda mengalami penundaan pendanaan dari investor. Hal ini, membuat beban perusahaan berat dan mengurangi karyawan menjadi solusi yang banyak dilakukan.

Untuk Unacademy saja, yang merupakan usaha rintisan berbasis pendidikan telah mem-PHK 1.000 orang karyawannya di tahun ini.

2. Para investor yang berfokus pada usaha rintisan atau yang biasa disebut venture capital di india, saat ini juga memutuskan untuk mengurangi jumlah investasi mereka di tahun ini. Pada 2021, para investor di India, telah menggelontorkan total 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Jumlah ini kemudian menurun ke 8 miliar dolar AS di periode Januari hingga Maret 2022. Namun, jumlah ini kemudian diperkirakan terus menyusut hingga menjadi hanya 3.6 miliar dolar AS untuk kuartal kedua di 2022.

3. Dua raksasa venture capital, yakni SoftBank dan Tiger Global juga memutuskan untuk mengurangi laju pendanaan untuk usaha rintisan di tahun ini. Dampaknya, sepanjang 2022, dikutip dari India Today, sebanyak lebih dari 8.300 karyawan usaha rintisan dari 13 perusahaan kini telah di PHK.

4. Perusahaan kapital ventura Sequoia, juga telah mengirimkan catatan kepada para usaha rintisan yang menerima pendanaan. Dalam catatan tersebut disampaikan, pendanaan untuk usaha rintisan di tahun ini akan semakin sulit didapat. Hal ini tak lepas dari kondisi ekonomi makro secara global dan masa depan keuangan yang tidak pasti di masa depan.

 

 
Investor akan memberikan nilai lebih dalam model bisnis dan efisiensi modal. 
TOD FRANCIS, Pendiri perusahaan ventura Shasta Ventures
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mencicipi 5G di Formula E

Ajang Formula E akan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk menjajal teknologi 5G.

SELENGKAPNYA

Berbincang Soal TKI Hingga Tari Kuda Kepang

Banyak perkara yang tak perlu timbul, tapi timbul karena kurang informasi dan kurang pemahaman.

SELENGKAPNYA

Australia Miliki Dua Menteri Muslim

Anne Aly menjadi menteri pemuda dan Ed Husic menduduki kursi menteri perindustrian.

SELENGKAPNYA