Film Ngeri Ngeri Sedap | Erdy Nasrul/Republika

Geni

Ngeri Ngeri Sedap: Asam-Manis Kisah Keluarga Batak

Ngeri Ngeri Sedap merupakan wujud rasa iri terhadap karya Ernest Prakasa Cek Toko Sebelah (2016).

Pak Domu (Arswendy Bening Swara) dan Mak Domu (Tika Panggabean) yang tinggal bersama Sarma (Gita Bhebhita) ingin sekali tiga anaknya yang sudah lama merantau pulang. 

Pak Domu ingin anak-anaknya, yakni Domu (Boris Bokir), Gabe (Lolox), dan Sahat (Indra Jegel) menghadiri acara adat di daerahnya. Namun, mereka menolak pulang karena hubungan yang tidak harmonis dengan Pak Domu. 

Pak Domu dan Mak Domu akhirnya berpura-pura bertengkar dan ingin bercerai demi mendapatkan perhatian dari anak-anaknya.

Film garapan rumah produksi Imajinari bersama Visionari Film Fund berjudul Ngeri Ngeri Sedap ini akan tayang mulai 2 Juni 2022. Film arahan sutradara dan penulis naskah Bene Dion Rajagukguk itu mengangkat kisah keluarga dengan kultur Batak. 

Mengangkat dinamika dalam keluarga dengan empat orang anak, Ngeri Ngeri Sedap akan menyajikan berbagai macam permasalahan dari sudut pandang anak dan orang tua. Meski dibalut dengan kultur Batak, film ini tetap bisa dinikmati secara luas.

Menurut Bene, ada banyak faktor yang melatarbelakangi adanya cerita filmnya. Salah satu yang utama, Bene ingin menyampaikan keresahan dan kritik terhadap budaya Batak. 

“Ada curhatan, kritik terhadap budaya, dukungan ke budaya, memberi warna ke film Indonesia,” kata Bene dalam acara konferensi pers dan press sreening film Ngeri Ngeri Sedap di Epicentrum XXI, Jakarta, Rabu (25/5).

Film berlatar keluarga ini merupakan wujud rasa iri terhadap karya Ernest Prakasa Cek Toko Sebelah (2016) yang berlatar keluarga Cina. Bene memiliki keinginan membuat film serupa dengan latar belakang budaya Batak yang memiliki pemain Batak juga. 

Meski demikian, Bene mengakui, agenda tersembunyi dari film ini adalah untuk ayahnya. Dari segi cerita, Bene berharap, kisah utuh film ini dapat menyentuh hati para penonton dan mengingatkan kembali untuk menjaga hangatnya hubungan dengan keluarga.

Proses syuting berlangsung selama 14 hari di tepi Danau Toba, tepatnya ada di Kabupaten Toba dan Kabupaten Samosir, Sumatra Utara. Tak ada kesulitan selama proses syuting di rumah dan sekitarnya. Kesulitan muncul ketika pengambilan gambar di Bukit Holbung Samosir. Untuk mencapai titik itu, kru dan pemain harus mendaki dua bukit.

Terkait adanya budaya yang disisipkan dalam film Ngeri Ngeri Sedap, Bene banyak melibatkan pemain asli Batak yang lahir dan besar di Sumatra Utara. Dirinya juga menghubungi dan berkonsultasi dengan kenalannya yang mengerti budaya Batak.

Produser film Ngeri Ngeri Sedap Dipa Andika menjelaskan, cerita tentang film ini sudah ada sejak delapan tahun lalu. Pandemi membuat tim produksi memutuskan mengangkat cerita ini ke layar lebar dengan Bene sebagai sutradara dan penulis. 

“Cukup mulus (pembuatannya) karena ceritanya memang sudah tahu lama, jadi revisi enggak banyak,” kata Dipa.

Aktor Arswendy Bening Swara menyebut, film Ngeri Ngeri Sedap sangat terkait dengan kondisi anak-anak zaman sekarang. “Yang patut dilihat, ini pesan moral yang relate (terkait) sama kondisi anak sekarang. Ini diwujudkan oleh Ngeri Ngeri Sedap,” ujar Arswendy.

Terkait budaya Batak yang disisipkan dalam film, Arswendy lebih menyoroti tentang pesan moral yang diusung film itu. “Ini memang mengangkat budaya Batak, tapi buat saya, ini pesan moralnya sangat universal buat di seluruh Indonesia, buat budaya lain,” kata dia.

Dia cukup gugup ketika beradu akting dengan Tika Panggabean. Untungnya, Arswendy banyak memiliki kesempatan membangun interaksi emosional dengan Tika. 

Selain mengulik dari teks dan sutradara, Arswendy berpendapat, Tika adalah lawan main yang sangat kooperatif. 

Tika rupanya sudah lama memiliki cita-cita bergabung dengan proyek yang memiliki latar belakang budaya Batak. “Yang saya langsung bilang iya karena ini syutingnya di kampung Batak. Jadi, semua yang dicita-citakan ada di film ini,” ujar Tika.

Aktris kelahiran 3 Oktober 1970 itu selalu memiliki kerinduan setiap melihat film yang berlatar belakang budaya Batak. Dia selalu bertanya-tanya ihwal kapan bisa terlibat dalam film serupa.

Akhirnya, ketika Bene mengajaknya bergabung dengan proyek Ngeri Ngeri Sedap, Tika langsung setuju. Selain karena berlatar Batak, film itu juga mengangkat konflik keluarga.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pemimpin Asia Sepakat Pererat Hubungan

Selain penguatan kerja sama ekonomi, negara-negara Asia bertekad terus menjaga stabilitas perdamaian.

SELENGKAPNYA

Kemenag: Calhaj Tes PCR Sebelum ke Asrama Haji

Selama di asrama haji, kondisi kesehatan jamaah akan langsung diamati dan dikontrol petugas dari dinas kesehatan setempat.

SELENGKAPNYA

Relasi Pertamina dengan Fiskal Kita

Relasi Pertamina dengan fiskal tentu tidak bisa hanya dilihat dari bisnis hulu migas saja.

SELENGKAPNYA