Foto mikroskopiklansiran Central Disease Control (CDC) Amerika Serikat yang menunjukkna virion cacar monyet. | Cynthia S. Goldsmith, Russell Regner/CDC via

Nasional

Pemerintah tidak Tanggung Biaya Perawatan Cacar Monyet

Status cacar monyet diperkirakan tidak akan menjadi pandemi

JAKARTA –  Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan biaya pengobatan penyakit cacar monyet (monkeypox) tidak ditanggung pemerintah negara Indonesia. Alasannya karena cacar monyet bukanlah penyakit yang berstatus pandemi.

"Selama belum diumumkan sebagai pandemi maka pembiayaannya melalui skema yang sudah ada.  Apakah itu peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan atau kepesertaan di asuransi lain, ditanggung perusahaannya, atau bahkan bayar sendiri," kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril, Ahad (29/5). Jika nantinya cacar monyet ditetapkan menjadi pandemi, sama seperti Covid-19 maka biaya pengobatannya adalah kewajiban pemerintah.

Kemenkes meminta masyarakat tidak panik menghadapi cacar monyet karena Indonesia sudah berpengalaman dalam menghadapi Covid-19. "Indonesia telah memiliki pengalaman (menghadapi) Covid-19, jadi tidak perlu panik karena sudah mempunyai fasilitas kesehatan yang cukup untuk menangani ini (cacar monyet)," kata Syahril.

photo
Petugas menggunakan mesin thermal scanner untuk memantau suhu tubuh penumpang dari Kuala Lumpur yang telah mendarat di Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/5/2019). Bandara Husein Sastranegara mulai memasang alat thermal scanner di pintu kedatangan penumpang internasional guna memantau penumpang dari Singapura dan Malaysia yang berpotensi terjangkit virus cacar monyet (monkeypox). - (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Kemenkes tetap waspada mengikuti perkembangan negara-negara yang sudah melaporkan kasus cacar monyet. Termasuk melakukan pengawasan di pintu masuk negara. Karena penyakit ini adalah zoonosis yang disebabkan oleh hewan, Kementerian Pertanian yang membawahi hewan maupun kantor kesehatan pelabuhan (KKP) di bandara juga digandeng untuk mengantisipasi kemungkinan masuknya cacar monyet di Tanah Air. 

Selain itu, dia menambahkan, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan fasilitas kesehatan rujukan menyiapkan langkah-langkah kewaspadaan apabila terjadi kasus penyakit ini. Pemerintah juga menyiapkan pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk cacar monyet yaitu laboratorium Balitbangkes. Laboratorium ini, dia menambahkan, nantinya bisa melakukan pemeriksaan sampel cacar monyet dengan tes  polymerase chain reaction (PCR).

"Ini sudah kami siapkan untuk kewaspadaan diri. Apabila ada kasus cacar monyet, Insya Allah bisa ditangani dengan baik," ujarnya.

Jika ada masyarakat yang menunjukkan kondisi gejala panas tinggi, sakit kepala luar biasa, benjolan di leher, termasuk ketiak dan selangkangan maka ini bisa jadi gejala awal cacar monyet. Ia menambahkan, lama gejala awal bisa berlangsung hingga enam hari. Kalau berlanjut, kemudian muncul ruam-ruam atau luka atau lesi yang ada gelembung di wajah, tubuh, dan tangan.

"Jadi, kita (pemerintah Indonesia) harus memberi peringatan untuk warga negara kita setelah pulang dari negara yang melaporkan kasus cacar monyet," ujarnya. 

Epidemiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Windhu Purnomo memperkirakan status cacar monyet tidak akan menjadi pandemi karena vaksin untuk penyakit ini sudah ada. "Kemungkinan cacar monyet jadi pandemi seperti Covid-19 sepertinya tidak. Alasannya karena sudah ada vaksinnya, jadi tak perlu ada penelitian untuk mencari vaksinnya," ujar Windhu, Ahad (29/5).

Ia menambahkan, sebenarnya cacar monyet sudah lama ada di dunia, yaitu sejak 1970-an di Afrika Tengah dan di Indonesia sudah eradikasi penyakit ini sejak 1980 lalu. Artinya, dia menambahkan, masyarakat Indonesia yang berusia diatas 45 tahun ke atas sudah aman karena sebelumnya telah mendapatkan vaksinasi cacar.

Ia menjelaskan, vaksin cacar juga bisa digunakan untuk melawan monkeypox. Kendati demikian, ia menambahkan, masyarakat yang belum mendapatkan vaksin cacar memiliki risiko tertular penyakit ini. Ia mengakui, sebenarnya semua penyakit menular berpotensi menjadi kejadian luar biasa (KLB) atau wabah atau pandemi. "Sekarang tergantung kondisi agen penyebab penyakit menular itu, entah virus, bakteri, parasit. Semua itu punya potensi (menjadi pandemi)," katanya.

Namun, dia melanjutkan, karena vaksin cacar sudah tersedia maka kemungkinan cacar monyet jadi pandemi seperti Covid-19 sepertinya mustahil terjadi. Kendati demikian, ia meminta kalau status cacar monyet benar jadi wabah maka semua masyarakat divaksinasi. Terutama mereka yang belum divaksin cacar bisa disuntik sekali seumur hidupnya untuk melawan cacar monyet.

Selain itu, Windhu meminta pemerintah Indonesia menjaga pintu masuk perbatasan untuk mencegah masuknya penyakit ini. Kemudian, kalau ada suspek cacar monyet langsung dikarantina dan isolasi.

Selain itu, Windhu meminta untuk sementara hentikan masuknya hewan masuk terutama primata monyet, binatang pengerat. "Sementara jangan impor binatang seperti ini. Hewan-hewan yang lain juga tetap harus dikarantina," ujarnya.

Windhu meminta masyarakat juga melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dengan melakukan upaya-upaya ini, ia optimistis cacar monyet tidak akan menjadi pandemi. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

El Real Pertegas Dominasi di Benua Biru 

Keberhasilan El Real tak terlepas dari tangan dingin pelatih Carlo Ancelotti.

SELENGKAPNYA

Kamala Harris Dorong Pengetatan Aturan Senjata

Pemerintah AS akan mencari solusi untuk menangani masalah kekerasan dengan senjata api.

SELENGKAPNYA

Mem-booster Etos Kerja

Menjaga konsistensi etos kerja bagi seorang Muslim harus terus diupayakan.

SELENGKAPNYA