Polisi menyemprotkan air untuk membubarkan para pengunjuk rasa yang tergabung dari berbagai elemen mahasiswa di Kota Jayapura, Papua, Selasa (10/5/2022). | ANTARA FOTO/Gusti Tanati

Nasional

SMRC: Kebebasan Sipil di Indonesia Memburuk

Ada beberapa indikator yang menunjukan kebebasan sipil mengalami pelemahan.

JAKARTA -- Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru bertepatan peringatan 24 tahun Reformasi. Hasilnya, kebebasan sipil di Indonesia semakin memburuk.

Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, berdasarkan data lima tahun terakhir sejak September 2017 sampai Maret 2022, persentase warga yang mengaku puas atau cukup puas terhadap kondisi kebebasan berpendapat pada April 2019 berada di angka 79 persen. Namun setelah Pemilu 2019, mengalami penurunan cukup tajam, dari 79 persen pada April 2019 menjadi 56 persen pada Juni 2020, dan 63 persen pada Maret 2022.

"Sebaliknya, yang menyatakan kurang atau tidak puas mengalami kenaikan, dari 18 persen pada April 2019 menjadi 33 persen pada Maret 2022," kata Saiful dalam keterangannya, Sabtu (21/5).

Saiful menjelaskan, ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa kebebasan sipil mengalami pelemahan. Kebebasan berkumpul atau berserikat mengalami penurunan sejak setelah Pemilu 2019, dari 86 persen pada survei April 2019 menjadi 59 persen pada September 2020 dan 68 persen pada Maret 2022.

Sementara yang menyatakan sebaliknya, kurang atau tidak puas, mengalami lonjakan dari 9 persen pada April 2019 menjadi 37 persen setahun setelahnya dan pada Maret 2022 menjadi 27 persen. "Penurunan ini belum menunjukkan gejala normal atau membaik kembali," ujarnya.

Dirinya menyebut beberapa contoh yang terkait dengan penurunan indikator demokrasi ini, antara lain, pembunuhan anggota laskar FPI, partai yang hendak diambil alih oleh aparat negara, pembubaran FPI dan HTI.

"Saya tidak setuju dengan cita-cita HTI, juga perjuangan FPI, tapi membubarkan dan melarang mereka secara norma demokrasi itu tidak benar," ucapnya.

Kemudian persepsi masyarakat takut terhadap penangkapan semena-mena oleh aparat hukum juga mengalami kenaikan. Yang mengatakan selalu atau sering naik dari 24 persen pada Juli 2014 menjadi 38 persen pada Mei 2019 dan 43 persen pada survei Maret 2022.

Sementara tren masyarakat takut ikut berorganisasi juga memburuk walaupun tidak setajam indikator sebelumnya. Indikator ini memburuk dari 81 persen yang menyatakan jarang atau tidak pernah pada 2009 menjadi 64 persen pada Maret 2022. "Kalau tidak naik, minimal stabil di angka 80-an," ucapnya.

Adappun yang menyatakan masyarakat sering atau selalu takut ikut organisasi mengalami kenaikan dari 14 persen pada 2014 menjadi 25 persen pada 2022.

Masalah kebebeasan sipil sebelumnya juga pernah disiunggung peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Zainul Rahman yang menilai, saat ini, ruang kebebasan sipil di Indonesia semakin sempit. Menurutnya, hal itu terjadi lantaran adanya regresi demokrasi di Nusantara.

 
Orang semakin takut bersuara sehingga masyarakat sipil juga semakin lemah di dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan.
Peneliti Pukat UGM Zainul Rahman
 

"Orang semakin takut bersuara sehingga masyarakat sipil juga semakin lemah di dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan," kata Zainul Rahman di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan, ketakutan itu muncul menyusul adanya represi melalui undang-undang (UU) ITE dan maraknya serangan digital terhadap masyarakat sipil serta aktivis-aktivis. Dia mengatakan, UU ITE itu merebut ruang kebebasan sipil karena konstitusi tersebut kerap memakan korban dari pihak yang lebih lemah.

"Semakin sempitnya ruang kebebasan itu semakin melemahkan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan," katanya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Lahirnya Kekhalifahan Baru di Kordoba

Abdurrahman III memaklumkan dirinya sebagai khalifah Umayyah di Kordoba.

SELENGKAPNYA

Sejarah Awal Kekhalifahan Kordoba

Munculnya Daulah Abbasiyah bukanlah akhir bagi Bani Umayyah. Di Eropa, mereka menjadi khalifah baru.

SELENGKAPNYA

Masjid Kapsarc, Wajah Futuristik Saudi

Masjid Kapsarc dipuji sebagai bangunan ramah lingkungan dan hemat energi.

SELENGKAPNYA