Jurnalis mengambil gambar menggunakan gawai infografis Hepatitis akut di RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS), Pasteur, Kota Bandung, Senin (9/5/2022). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Nasional

Prokes Pembelajaran Tatap Muka Harus Ditingkatkan

Sekolah diminta ikut terlibat mencegah kasus hepatitis akut anak.

JAKARTA -- Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mendesak pemerintah membuat surat edaran terkait kasus hepatitis akut yang menyerang anak. P2G meminta penguatan protokol kesehatan (prokes) di saat anak mulai kembali melakukan pertemuan tatap muka (PTM).

"Kami mendesak Kemdikbudristek dan pemda membuat surat edaran sebagai pengingat, agar sekolah-sekolah meningkatkan disiplin protokol kesehatan, mencegah Covid-19 yang masih pandemi termasuk mencegah penularan hepatitis terhadap anak," ujar Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, Rabu (11/5).

Munculnya kasus hepatitis misterius yang menyerang anak itu sudah sepatutnya menjadi perhatian serius Kemdikbudristek, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, pemda, dan sekolah. Pencegahan kasus hepatitis misterius itu hendaknya menjadi perhatian lebih.

"Khususnya bagi anak usia play group atau day care, PAUD/TK, dan SD/MI. Harus menjadi kesadaran kolektif, khususnya bagi guru, siswa, dan orang tua," ungkap dia.

Kepala Bidang Advokasi P2G, Iman Zanatul Haeri, menambahkan, surat edaran mengenai penyakit tersebut dapat ditujukan kepada sekolah, guru, siswa, orang tua, dan warga sekolah lainnya. Hal itu perlu dilakukan agar warga sekolah memiliki pemahaman yang baik, khususnya terkait kasus hepatitis misterius anak.

"Apa saja indikasi gejala, faktor penyebab, langkah pencegahan, serta kiat hidup bersih demi menjaga anak agar tidak tertular," kata Iman.

Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbudristek Jumeri mengaku sudah meminta satuan pendidikan untuk memperbaiki prokes untuk menghadapi penyakit hepatitis akut di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai. Penerapan prokes tersebut masih mengacu pada Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri terakhir. "Sesuai SKB terbaru level I-III PTM 100 persen," ujarnya.

Jumeri menerangkan, pihaknya sudah berdiskusi dengan Kementerian Kesehatan tentang penyakit hepatitis akut. Karena itu, satuan-satuan pendidikan diminta memperbaiki prokes di tempat masing-masing.

photo
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) meninjau salah satu laboratorium di RSUP Dr Hasan Sadikin (RSHS), Pasteur, Kota Bandung, Senin (9/5/2022). Peninjauan tersebut untuk memantau serta memastikan kesiapan RSHS dalam melakukan penyaringan (screening) dan penanganan penyakit Hepatitis akut yang telah dinyatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kasus luar biasa (KLB). Hingga saat ini, belum ditemukan kasus Hepatitis akut di Provinsi Jawa Barat. - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

Masih suspek

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Brian Sriprahastuti mengatakan, 15 kasus hepatitis akut di Indonesia belum bisa dikategorikan sebagai hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya. "Karena masih menunggu pemeriksaan, kemungkinan Hepatitis E dan adenovirus. Semua masih dugaan atau suspek," kata Brian, dikutip dari siaran, Rabu (11/5).

Menurutnya, dari 15 kasus yang dilaporkan tersebut, 11 kasus sudah diperiksa dan hasilnya bukan hepatitis ABCD. "Tapi belum diperiksa untuk hepatitis E dan adenovirusnya, karena menunggu reagen," tambah dia.

Dari Jakarta dilaporkan, Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria mengatakan, sejauh ini sudah ada 21 kasus dugaan kasus hepatitis akut misterius di DKI Jakarta. Semua kasusnya masih didalami secara epidemiologi.

“Iya, yang 21 itu di Jakarta semua. Termasuk yang korban meninggal sudah tiga. Kita berharap yang meninggal tidak bertambah lagi,” kata Riza.

DKI juga belum akan membentuk satuan tugas khusus hepatitis akut. Menurut dia, Jakarta masih akan menunggu kebijakan dari Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan.

Riza melanjutkan, hepatitis akut misterius itu bukan hanya menjadi masalah Jakarta, melainkan nasional dan global. Oleh sebab itu, DKI, kata dia, akan membantu melakukan  pengawasan monitoring evaluasi tiap hari.

“Di Jakarta sendiri kami lewat Dinkes sudah menginstruksikan jajaran, rumah sakit dan puskesmas untuk melaporkan semua perkembangan yang ada. Ketua DPD Gerindra itu mengaku belum mengetahui rentang usia pasien dan korban meninggal akibat dugaan hepatitis misterius itu. N zainur mahsir ramadhan ed: indira rezkisari

Bisa menginfeksi dewasa

Penyebab hepatitis akut pada anak usia di bawah 16 tahun masih misteri. Kepala Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Titi Sundari, mengatakan tidak tertutup kemungkinan hepatitis akut bisa menyerang dewasa.

Pernyataan Titi mengutip data WHO mengenai kasus-kasus hepatitis akut misterius yang ada di dunia terjadi pada anak usia sebulan hingga 16 tahun. "Hepatitis akut ada di dunia sampai 16 tahun. Tetapi orang dewasa bisa juga tertular virus ini, itu bisa mengenai semua usia," ujarnya, Rabu (11/5).

Apalagi jika orang dewasa secara epidemiologi memiliki kontak dengan pasien yang sakit maka bisa tertular hepatitis akut. Artinya, orang dewasa ini memiliki kemungkinan tertular virus karena melakukan kontak dengan pasien.

Ia meminta masyarakat tidak panik dengan kondisi saat ini. Orang tua dan sekolah harus berperan mengedukasi anak bahwa penularan hepatis akut misterius adalah secara oral atau lewat tangan yang kotor atau tangan yang terkontaminasi feses, atau tertular dari pasien yang sakit.

Untuk itu, ia meminta anak-anak perlu diberikan edukasi untuk selalu menjaga kebersihan, kedua sering-sering mencuci tangan. Dari pihak sekolah, ia meminta wajib disediakan westafel, sabun, handuk untuk mengeringkan tangan.

Kemudian orang tua mungkin sebaiknya membawakan bekal sekolah dan memastikan bekal yang dibawa sudah dimasak dengan baik, sehingga aman dari risiko penularan virus. Selanjutnya memberikan edukasi bahwa jangan memakai alat makan bersama-sama atau satu piring berdua.

Termasuk menghindari kontak dengan teman sakit supaya terhindar dari penularan. Terakhir jangan lupa untuk meminta putra putrinya supaya tidak jajan sembarangan. Karena penularannya bisa melalui tangan kotor yang sudah terkontaminasi tangan atau feses yang secara mudah bisa tersebar saat salaman.

Ingatkan pula anak untuk melakukan cuci tangan dengan sabun. Bila menggunakan penyanitasi tangan (hand sanitizer) pilih dengan kandungan alkohol di atas 60 persen.

Orang tua pun harus bisa mengenali gejala hepatitis akut sejak dini. "Yang penting yang harus diperhatikan adalah kenali gejalanya sejak dini. Jangan membawa anak dalam kondisi tidak sadar, kejang, atau dalam kondisi dalam sangat lemas karena artinya kondisinya sudah fatal," ujarnya.

Pentingnya mengenali gejalanya secara dini supaya bisa segera dilakukan perawatan medis. Kasus hepatitis akut yang ditemukan sejak dini dan dilakukan perawatan memiliki peluang hidup pasien lebih tinggi.

Hingga kini belum ada kepastian penyebab hepatitis akut. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kemungkinan besar akibat Adenovirus 41. Tapi ada juga kasus yang tidak disebabkan Adenovirus 41.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Hadapi Wolves, Manchester City Dibayangi Cedera Pemain

Mungkin Manager Manchester City Pep Guardiola hanya akan punya tiga bek bugar untuk perjalanan ke Wolves.

SELENGKAPNYA

Ancaman Pembongkaran di Shaheen Bagh

Langkah itu dinilai upaya terbaru untuk melecehkan dan meminggirkan Muslim di India.

SELENGKAPNYA

Pemindahan ASN ke IKN tak Libatkan KASN 

Pemindahan ASN ke IKN diharapkan menjadi momentum perubahan untuk peningkatan kualitas birokrasi.

SELENGKAPNYA