Jerawat kerap membuat pasiennya terlihat kurang percaya diri dan merasa depresi.  | Pixabay

Geni

Kiat Tepat Atasi Jerawat

Jerawat merusak penampilan.

Hampir setiap orang pasti pernah berjerawat, namun tidak semua dapat menangani kondisi tersebut dengan tepat. Tidak sedikit yang mencoba mengobati jerawatnya sendiri menggunakan produk perawatan kulit yang dijual bebas.

Hal itu pula yang dialami oleh Putri Ashri (22 tahun). ''Sudah coba banyak obat jerawat, tapi masih belum berhasil juga,'' ujar mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri di Depok, Jawa Barat, dengan wajah kesal saat ditemui akhir pekan lalu.

Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin Klinik Pramudia, Anthony Handoko, jerawat seharusnya ditangani sesuai dengan kaidah pengobatan medis. Pasalnya, jerawat atau acne vulgaris masuk ke dalam kategori penyakit.

Jerawat merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri. Penyebabnya adalah gabungan peradangan, produksi kelenjar minyak sebum berlebih, ketidakseimbangan hormon, dan sumbatan kelenjar minyak di kulit.

Dia menyoroti, tidak sedikit masyarakat awam menangani jerawat dengan produk skin care yang dijual bebas. Padahal, seharusnya yang dilakukan adalah skin treatment, bukan 'merawat kulit' dengan skin care. "Skin treatment merupakan pengobatan dengan pemberian obat yang memerlukan resep dokter, baik obat oral maupun obat oles/topikal dan tindakan medis spesialistik," kata Anthony pada webinar yang digelar Klinik Pramudia.

Sebenarnya, Anthony tidak melarang seseorang menggunakan produk perawatan kulit. Justru, dia menyilakan siapa saja mengaplikasikannya untuk menjaga kondisi kulit. Dengan catatan, kulit sudah sehat dan tidak sedang bermasalah.

Jika kulit masih bermasalah, sebaiknya tidak ditangani sendiri dengan skin care yang mengeklaim penyembuhan secara instan. Sementara, persepsi masyarakat yang salah terhadap jerawat membuat penanganannya tidak terarah.

Anthony menyampaikan, belum terdapat angka prevalensi yang pasti dan akurat untuk penyakit jerawat. Tetapi, secara rasional, sangat wajar jerawat dialami orang yang tinggal di daerah tropis, khususnya di Indonesia.

"Terdapat banyak faktor risiko penyakit jerawat, antara lain, gaya hidup, suhu udara, kesehatan mental, tingkat stres, personal hygiene, komitmen pasien dalam berobat, faktor genetik, dan mindset," ucapnya.

 
Terdapat banyak faktor risiko penyakit jerawat, antara lain, gaya hidup, suhu udara, kesehatan mental, tingkat stres.
 
 

Masalah pola pikir klasik yang sering dimiliki pasien adalah khawatir berobat ke dokter kulit lantaran takut "ketergantungan" obat dokter. Menurut Anthony, pola pikir demikian perlu diubah. 

Pasalnya, tidak dikenal adanya kasus ketergantungan dalam pengobatan jerawat secara medis. Ketika kondisi kulit sudah sehat dan jerawat sembuh, pengulangan obat tidak diperlukan.

Dia menjelaskan, pengobatan jerawat secara medis bersifat terukur. Berbeda dengan orang awam yang menggunakan kosmetik, obat bebas, atau skin care dengan cara mengulang aplikasi produk tanpa batas waktu.

Anthony berharap, masyarakat tidak menganggap remeh penyakit jerawat. Walaupun tidak mematikan, apabila dibiarkan, penyakit jerawat dapat mengganggu penampilan, kepercayaan diri, bahkan kesehatan mental.

Secara umum, penanganan jerawat yang benar harus diberikan secara bertahap dalam jangka waktu sedang hingga panjang, bukan dengan pengobatan instan. Pasien juga perlu kooperatif dalam pengobatan tersebut. "Dibutuhkan keterlibatan, komitmen, disiplin, dan kerja sama pasien dalam mengikuti instruksi agar pengobatan dapat berjalan dengan baik, benar, dan tepat," ujar Anthony.

Secara medis, penyakit jerawat dikategorikan berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu kategori ringan, sedang, dan berat. Dari segi lokasi, jerawat dapat muncul di wajah, dada, punggung, dan lengan.

Jika dilihat dari bentuknya, dapat dikategorikan sebagai jerawat kecil, bernanah, serta benjolan yang besar. Apabila jerawat sudah hilang, barulah bisa dilakukan penanganan untuk bekas jerawat.

Waspadai maskne

Selain sejumlah kasus jerawat berdasarkan tingkat keparahan, lokasi, serta bentuk, ada juga jerawat yang muncul akibat mengenakan masker terus-menerus. Jerawat tersebut kerap diistilahkan sebagai maskne.

Maskne berasal dari gabungan kata mask dan acne. Anthony menjelaskan bahwa hal itu sangat mungkin terjadi lantaran masker menutupi sepertiga wajah bagian bawah, termasuk pipi, hidung, dan mulut.

Munculnya jerawat di area yang kontak dengan masker secara berkala dapat disebabkan beberapa hal. Karena produksi minyak berlebih, suhu panas karena tertutup masker, dan napas yang diembuskan terjebak di area tersebut. "Tentu solusinya bukan lantas tidak memakai masker. Tetap pakai masker, tapi lebih menjaga kebersihan. Ganti masker tiga sampai empat kali sehari, tergantung durasi pemakaiannya," ungkap Anthony.

Apabila sudah telanjur muncul jerawat, saran Anthony adalah lekas mengobatinya secara medis. Selain itu, terkait pemakaian masker, sebaiknya tidak terus-menerus agar kulit memiliki waktu rehat. "Saat ada jeda atau sedang sendirian dan situasi aman bisa melepaskan masker sejenak, biarkan kulit bernapas lega," kata Anthony.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Zaid bin Tsabit, Sekretaris Rasulullah nan Cerdas

Zaid menguasai bahasa Ibrani, baik lisan maupun tulisan.

SELENGKAPNYA

Patuhi Ganjil-Genap Mudik di Tol Trans Jawa

Pemudik diminta mematuhi aturan ganjil-genap untuk menghindari kemacetan parah.

SELENGKAPNYA

Erick Thohir Saingi Sandiaga di Bursa Capres 

Erick berada di empat besar dalam kategori menteri dan kementerian yang berkinerja paling baik berdasarkan hasil survei.

SELENGKAPNYA