Warga Muslim membawa poster dalam aksi damai melawan meningkatnya kejahatan terhadap komunitas Muslim di New Delhi, India, Sabtu (16/4/2022). | REUTERS/Anushree Fadnavis

Opini

Senja Kala Propaganda Islamofobia

Kumandang perang terhadap Islamofobia yang dilantunkan PBB membawa secercah harapan.

TAMSIL LINRUNG, Ketua Kelompok DPD di MPR

Propaganda Islamofobia perlahan terbenam. Tergelincir di balik horizon kesadaran jika kampanye Islamofobia itu proyek gagal. Kontraproduktif dengan misi membangun peradaban dunia yang humanis dan bermartabat.

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merespons serius situasi sosial yang menegangkan. Melalui Sidang Umum, 15 Maret ditetapkan Hari Internasional Melawan Islamofobia.

PBB menyerukan penguatan upaya internasional untuk mendukung dialog global yang mempromosikan budaya toleransi dan perdamaian, berlandaskan pada penghargaan terhadap HAM dan keberagaman beragama dan berkeyakinan.

Efektivitas seruan ini memang masih tanda tanya. Pasalnya, Islamofobia telah menjadi proyek politik. Kampanye hitam menebar ketakutan terhadap umat Islam dinikmati di panggung kekuasaan.

 
Efektivitas seruan ini memang masih tanda tanya. Pasalnya, Islamofobia telah menjadi proyek politik. Kampanye hitam menebar ketakutan terhadap umat Islam dinikmati di panggung kekuasaan.
 
 

Preferensi politik salah satu pemicu maraknya Islamofobia yang satu sama lain bersenyawa dengan kebencian rasial. Di AS, ketegangan bermotif latar belakang suku, agama dan ras mendapatkan momentumnya pada era Presiden Donald Trump.

Pada 2017, Trump melansir kebijakan travel ban. Melarang orang-orang dari enam negara Islam masuk ke AS. Jajak pendapat Politico dan Morning Consult mengungkap, 57 persen responden menyatakan kebijakan Trump itu tepat.

Temuan itu dikukuhkan jajak pendapat Reuters dan Ipsos, 33 persen responden merasa lebih aman dengan travel ban tersebut. Kebijakan itu memang tak secara spesifik disebut bentuk ekspresi politik pemerintahan Trump pada Islam, tetapi sarat pesan Islamofobia.

Promosi Islamofobia ini berbuntut panjang. Jadi tunggangan politik populisme. Kampanye global mendiskreditkan Islam juga tumbuh subur dengan memboncengi isu kebebasan berpendapat dan berekspresi. Terutama di Eropa.

John L Esposito dan Karen Armstrong, ilmuwan yang banyak menjadi advokat aspirasi Islam di Barat, menyebutkan, Islamofobia salah satunya timbul sebagai respons fenomena gerakan revivalisme Islam. Merujuk pada kelompok yang membawa bendera purifikasi.

 
Lucu dan ambivalen. Kelompok pengasong Islamofobia kerap membawa-bawa jargon perang terhadap politik identitas. Namun pada saat yang sama, mereka menikmati dan berselancar memanfatkan isu-isu Islamofobia.
 
 

Respons itu lahir dari konstruksi pemberitaan dan opini terus-menerus. Media-media Barat membangun stereotipe, Muslim yang taat berarti radikal. Mereka yang menampakkan simbol keislaman dianggap gandrung melakukan kekerasan dan antiperdamaian.

Melihat perkembangan kontemporer, tesis tentang pemicu Islamofobia tampaknya perlu mendapatkan pengayaan. Fenomena  memupuk Islamofobia dan dijajakan sebagai komoditas politik satu fragmen baru dalam etalase akademis yang menarik digali lebih dalam.

Lucu dan ambivalen. Kelompok pengasong Islamofobia kerap membawa-bawa jargon perang terhadap politik identitas. Namun pada saat yang sama, mereka menikmati dan berselancar memanfatkan isu-isu Islamofobia.

Seni berbohong Paltering ini tampaknya digemari sebagai sajian komplementer fabrikasi distorsi informasi ala pendengung politik. Paltering yang dipopulerkan John F Kennedy School of Government merupakan satu bentuk penipuan berbasis cherry picking.

Memilah informasi atau sebuah fakta untuk menyesatkan dan digunakan secara luas, baik dalam negosiasi maupun propaganda.

 
Memilah informasi atau sebuah fakta untuk menyesatkan dan digunakan secara luas, baik dalam negosiasi maupun propaganda.
 
 

Dalam isu politik identitas, sekelompok petualang politik getol melawan aspirasi yang mereka labeli sebagai populisme Islam. Politik yang berwarna dianggap sebagai ancaman keberagaman cuma karena corak Islam turut mengambil peran.

Jika di internal, kampanye Islamofobia diembuskan dengan narasi terorisme, radikalisme, fundamentalisme, dan sederet jargon lainnya. Di eksternal, kemasannya atas nama toleransi. Penyebaran Islamofobia menumpang pada isu keberagaman.

Masyarakat Indonesia yang heterogen dan telah lama hidup rukun, tiba-tiba dibuat tegang. Dibelah ancaman utopia kelompok intoleran. Sebuah metafora politik yang jahat, mereka ciptakan sendiri melalui propaganda dan opini-opini menyesatkan.

Gejala tidak sehat semakin intens. Ruang-ruang publik disesaki ujaran kebencian. Media sosial jadi arena melontarkan stigma. Pelabelan disematkan kepada orang atau kelompok lain. Pada saat sama, mengglorifikasi diri kelompok paling toleran, terbuka, dan religius.

 
Bukan cuma membelah masyarakat secara politik, melainkan juga memereteli kemewahan kita sebagai bangsa demokratis. Melanggar HAM.
 
 

Ada kelompok dan elite masyarakat tertentu yang diuntungkan secara politik dan ekonomi oleh proyek perang melawan terorisme, radikalisme, dan segala komoditas turunannya. Proyek Islamofobia terang benderang merusak tatanan kebangsaan.

Bukan cuma membelah masyarakat secara politik, melainkan juga memereteli kemewahan kita sebagai bangsa demokratis. Melanggar HAM.

Kumandang perang terhadap Islamofobia yang dilantunkan PBB, membawa secercah harapan. Jika seruan tersebut diimplementasikan secara konsekuen, kerusakan yang ditimbulkan oleh propaganda Islamofobia bisa mulai dipulihkan.

Ketegangan, rasa curiga, dan disharmoni bisa direstorasi. Kita rindu wajah ramah Indonesia. Wajah itu sudah cukup lama tertutup tabir propaganda pendengung. Benalu demokrasi yang kita harapkan terbenam bersama senja kala Islamofobia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Memberantas Islamofobia (2) 

Pemberantasan Islamofobia menemukan momentum baru.

SELENGKAPNYA

Resolusi PBB untuk Menangkal Islamofobia

Resolusi PBB menangkal Islamofobia momentum menyadarkan masyarakat global.

SELENGKAPNYA

Memberantas Islamofobia (1)

Langkah maju bagi kaum Muslim bersama masyarakat dunia memberantas Islamofobia laten di banyak negara.

SELENGKAPNYA