Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Puasa dan World View

Ibadah puasa mengajarkan agar kita seimbang dalam menyikapi dunia.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

World view artinya cara pandang terhadap dunia. Alquran mengajarjkan bahwa dunia bukan tujuan, melainkan keperluan: “Wabtahgi fii maa taakallahud daaral akhirata wa laa tansa nashiibaka minda dunya” (Kejarlah akhiratmu dan jangan lupa urusan duniamu).

Kata “wa laa tansa” menunjukkan bahwa dunia sebagai keperluan, bukan tujuan yang harus diutamakan. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad mengumpamakan dunia dengan sebuah pohon tempat berteduh: “Maa lii wa liddunya illa karajulin yazhillu tahtasy syajarah, tsumma tarakah” (perumpamaanku dengan dunia seperti seorang yang berteduh di bawah pohon lalu ia meninggalkannya). 

Hadis ini diucapkan Nabi Muhammad saat seorang sahabat menegurnya. Waktu itu Nabi Muhammad baru terbangun dari tempat perbaringannya. Tampak bekas garis tikar di pelipis Nabi Muhammad.

Lalu, sahabat itu mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW lebih berhak dari raja fulan dan bangsawan fulan untuk menikmati kasur yang empuk dan kain yang lembut. Jawaban Rasulullah SAW di atas menggambarkan betapa dia tidak menjadikan dunia sebagai kebanggaan, tetapi dianggap sebagai tempat tinggal sementara yang kemudian pasti akan berpisah dengannya. Ibarat berteduh di bawah pohon yang setelah itu pohon tersebut ditinggalkan.

 
Ibarat berteduh di bawah pohon yang setelah itu pohon tersebut ditinggalkan.
 
 

Dengan berpuasa, seorang hamba merasakan langsung bahwa hawa nafsu terhadap dunia bisa dikendalikan. Bahwa dunia hanyalah jatah sementara untuk menyiapkan akhirat. Karena itu, Allah mengingatkan agar jangan mengutamakan dunia atas akhirat sebab hakikatnya akhirat lebih baik dan lebih kekal: “Bal tu’tsiruunal hayaatad dunya wal akhiratu khairuw wa abqaa” (QS al-A’la:16-17).

Dalam ayat lain ditegaskan bahwa dunia hanyalah permaian dan senda gurau: “Wa mal hayaatud dunyaa illaa la’ibuw walahwun” (QS al-An’am: 32).

Maksudnya dalam mengurus dunia tidak sampai ngoyo, tetapi lakukanlah seperti bermain layang-layang, yaitu “tarik ulur”. Jangan diulur terus sehingga Anda menjadi lemah dan tidak produktif, tetapi jangan ditarik terus sehingga Anda lupa bekal menuju akhirat.

Para ulama menyimpulkan bahwa menyibukkan diri dengan dunia adalah seperti anak-anak kecil yang menyibukkan diri dengan permainan. 

Dalam surah al-Kautsar:1-2, Allah menggambarkan bahwa tidak sedikit orang yang celaka karena bermegah-megahan dengan dunia: “Alhaakumut takaatsur”.

Rasulullah SAW menjelaskan tentang tabiat harta: “Maa akalta fa afnaita, au labista fa ablaita au tashddaqta fa amdhaita” (apa yang kamu makan habis, atau kamu pakai rusak atau kamu sedekahkan maka menjadi abadi) (HR Muslim).

Ibadah puasa mengajarkan agar kita seimbang dalam menyikapi dunia, tidak terlalu rakus sehingga menjadi bakhil dan tidak terlalu boros sehingga menjadi bangkrut.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Adab Bermedsos

Seharusnya media sosial itu memudahkan, merekatkan, mendekatkan, dan membuat orang produktif.

SELENGKAPNYA

Ummu Waraqah, Imam Perempuan Pertama

Catatan-catatan Alquran yang direkam Ummu Waraqah jadi rujukan Zaid bin Tsabit.

SELENGKAPNYA

Merawat Prinsip Hidup

Prinsip-prinsip hidup itu bersifat universal, sehingga sering kali tumpang tindih.

SELENGKAPNYA