Pekerja melihat layar pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/4/2022). | ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.

Tajuk

Bersiap Hadapi Kejutan Global

Kita berharap kejutan global tersebut berdampak minimalis terhadap perekonomian kita.

Perekonomian global tidak lagi dalam kondisi baik-baik saja. Sejumlah indikator makroekonomi menunjukkan beberapa negara di ambang pukulan krisis ekonomi. Dampak krisis akibat pandemi Covid-19 belum juga kembali pulih, datang bahaya laten krisis berikutnya.

Ancaman krisis ekonomi ini dipicu beragam faktor. Di antaranya, kenaikan harga komoditas pangan, meroketnya harga bahan bakar minyak dan gas, serta sektor lainnya. Kondisi ini dipicu melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan inflasi tinggi.

Situasi ini yang menyebabkan kekhawatiran risiko resesi ekonomi berkepanjangan. Operasi militer Rusia ke Ukraina menjadi gong ruwetnya perekonomian global setelah selama dua tahun, perdagangan internasional babak belur akibat pandemi Covid-19.

Harga komoditas pangan meninggi karena pasokan energi terhambat. Ukraina sebagai pemasok gandum dan pupuk ke sejumlah negara, distribusinya terhambat. Rusia tak bisa mengekspor komoditas pangan ataupun produk sektor energi karena sanksi AS dan negara-negara Eropa.

 
Harga komoditas pangan meninggi karena pasokan energi terhambat.
 
 

Hukum ekonomi pun berlaku. Ketika pasokan seret, kebutuhan masyarakat terhadap produk tersebut tinggi, harganya melambung. Kebutuhan pokok terkait rumah tangga ataupun korporasi karenanya kian mahal di pasaran.

Perdagangan antarnegara yang seret membuat rantai pasokan terdisrupsi. Tekanan pada inflasi tak terelakkan. Kondisi saling mengunci, membuat perdagangan internasional tak bergerak. Lagi-lagi, rakyat sebagai konsumen akhir jadi korban.

Komoditas yang mereka butuhkan sulit ditemukan di pasar. Kalaupun ada, mesti ditebus dengan harga mahal.

Dampak perang Rusia-Ukraina jelas memengaruhi pertumbuhan ekonomi global, sekaligus mendongkrak inflasi. Fundamental perekonomian global  ataupun regional bakal terjerembap jika perang berkepanjangan.

AS, salah satu negara yang mengalami kejutan ini. Tingkat inflasinya terus melambung hingga di atas delapan persen. Rekor inflasi tertinggi dalam empat dekade sejak 1982.

 
Dampak perang Rusia-Ukraina jelas memengaruhi pertumbuhan ekonomi global, sekaligus mendongkrak inflasi. 
 
 

Lonjakan harga konsumen bisa memicu daya beli masyarakat sehingga menurunkan pertumbuhan ekonomi. Apalagi, langkah Bank Sentral AS, the Federal Reserve, yang ancang-ancang menaikkan lagi suku bunga hingga lebih dari 25 basis poin.

Kondisi ini memperketat tekanan perekonomian nasional AS, tapi juga membuat dana-dana asing di luar AS pada kabur. Ancaman terjadinya net outflow dana-dana asing di negara berkembang bukan mustahil terjadi.

Inflasi AS yang 8,5 persen per Maret 2022, kejutan bagi Paman Sam. Sejumlah analis ekonomi bahkan memprediksi tingkat inflasi ini bakal terus meningkat. Harga sejumlah barang kebutuhan pokok di AS dilaporkan naik. Berikutnya, kejutan resesi yang akan menghampiri.

AS hanyalah salah satu negara maju yang tertekan. Cina, Uni Eropa, hingga Jepang di Asia bakal merasakan setruman dampak krisis global ini. Tekanan inflasi akibat kuncian perang Rusia-Ukraina secara perlahan merembet.

Inflasi dari harga grosir di Jepang dilaporkan, mendekati level tertinggi per Maret 2022. Biaya bahan mentah yang naik, membuat harga produk jasa dan barang meninggi. Tingkat inflasi di Uni Eropa juga melonjak 7,5 persen pada Maret 2022.

 
Tentu, kita berharap kejutan global tersebut berdampak minimalis terhadap perekonomian kita.
 
 

Analis memprediksi, capaian ini bukan puncak inflasi. Biro Statistik Nasional Cina mencatat, inflasi indeks harga produsen juga naik ke level 8,3 persen per Maret 2022. Kenaikan harga minyak mentah dunia sebagai dampak perang Rusia-Ukraina mendorong ini terjadi.

Tentu, kita berharap kejutan global tersebut berdampak minimalis terhadap perekonomian kita. Komite Stabilitas Sistem keuangan (KSSK) mengeklaim, telah mengantisipasi risiko kenaikan inflasi ke sistem keuangan nasional.

Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan akan memperkuat sinergi dalam menjaga stabilitas keuangan.

Otoritas fiskal dan moneter perlu merumuskan respons kebijakan terkoordinasi dan bersinergi dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi dari kejutan global. Pemerintah pusat dan daerah mesti menjaga stabilitas dan dinamika perekonomian nasional. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Julaibib: Dicibir Manusia, Dimuliakan Allah

Julaibib yang sering dihina manusia, tapi dimuliakan derajatnya di sisi Allah.

SELENGKAPNYA

Puasa dan SDM Unggul

Orang yang berilmu tapi tidak dipandu iman, risikonya sangat besar.

SELENGKAPNYA

Resolusi PBB untuk Menangkal Islamofobia

Resolusi PBB menangkal Islamofobia momentum menyadarkan masyarakat global.

SELENGKAPNYA