Ilustrasi Deepfake | socialmediasafety.org

Opini

Menyiasati Efek Negatif Deepfake

Diperkirakan, deepfake menjadi tren dunia bisnis meski tetap harus menjunjung etika.

JUSUF IRIANTO; Guru Besar Manajemen SDM Departemen Administrasi Publik Fisip Universitas Airlangga, Pengurus MUI Jawa Timur

Meski tak membatalkan, berbohong dapat menggerus pahala puasa. Namun, kini kebohongan justru kian meluas dalam bentuk “asli tapi palsu” (aspal) berbasis teknologi.

Istilah aspal yang beberapa waktu lalu sempat populer, kini bermetamorfosis lebih modern akibat kemajuan teknologi artificial intelligence (AI).

Pada awal 2022, warga dikejutkan video cabul diduga diperankan seorang artis. Polisi segera menyelidiki dan memastikan video itu aspal, meniru suara, gerakan tubuh, dan ekspresi wajah. Artis tersebut dianggap korban deepfake.

Deepfake merupakan rekayasa audio, video, atau visual berbasis AI. Sebagai fenomena, deepfake mewarnai kehidupan sosial berskala masif berbentuk, misalnya, penggunaan filter foto/video di media sosial (medsos) hingga menyerupai aslinya.

 
Dalam perkembangannya, terjadi penyalahgunaan deepfake. Rekayasa gambar/suara bertujuan meraih keuntungan pribadi, tetapi mengabaikan norma. 
 
 

Dalam perkembangannya, terjadi penyalahgunaan deepfake. Rekayasa gambar/suara bertujuan meraih keuntungan pribadi, tetapi mengabaikan norma. Pada 2017, kali pertama deepfake dipakai membuat produk pornografi.

Pengguna bernama “deepfakes” menciptakan forum guna bertukar fitur antaranggota. Akibatnya, beredar banyak video porno aspal bertujuan keji, yakni balas dendam merusak kehormatan. Deepfake merusak reputasi, bahkan pembunuhan karakter.

Tak sekadar artis, selebritas, dan figur publik, deepfake pun menyasar tokoh politik. Sebab, ekspresi gambar wajah atau suara tokoh politik sangat powerful memengaruhi opini publik.

Dunia dibanjiri hoaks dan gambar palsu. Sebagian orang takjub melihat tayangan yang sulit dibedakan dengan figur aslinya. Ada pula kekhawatiran efek negatif hasil rekayasa untuk menipu. Padahal, ada pula sisi terang deepfake yang tak sekadar tayangan video.

Meski aspal, ternyata bisa untuk pengembangan konten atraktif dan menguntungkan. Dengan deepfake, perusahaan televisi misalnya, dapat menyiarkan laporan on the spot atau breaking news melibatkan selebritas aspal sehingga atraktif bagi pemirsa.

 
Terlepas reduksi makna dan konotasi negatif, sejumlah pihak berharap deepfake tak dikaitkan dengan kebohongan. 
 
 

Terlepas reduksi makna dan konotasi negatif, sejumlah pihak berharap deepfake tak dikaitkan dengan kebohongan. AI yang mampu menghasilkan video deepfake harus diakui sebagai kemajuan zaman bernilai tambah komersial.

Karena itu, secara eufimistis atau metaforis istilah deepfake direkomendasikan untuk diubah menjadi AI-generated video. Sebagian kalangan menyebutnya media sintesis, menghindari makna negatif rekayasa.

Para saudagar tak ragu menggunakan AI untuk kepentingan bisnis. Berbagai sektor bisnis dan kemasyarakatan berancang memanfaatkannya untuk keberhasilan bisnis entertainment, penyiaran, pendidikan, atau pelatihan.

Mengutip situs BBC, video sintesis kali pertama diadopsi Synthesia, perusahaan di London, Inggris, untuk membuat video program pelatihan berbasis AI. Teknologi ini juga dimanfaatkan berbagai perusahaan periklanan dan konsultan bisnis.

Selama ini, program pengembangan SDM dinilai sangat mahal dan mengurangi jam kerja produktif. Dengan konten kreatif yang mudah diakses, pelatihan SDM tak hanya efektif, tapi juga efisien.

Perusahaan kian kompetitif sebab dapat menyusun konten dalam berbagai bahasa pada satu format video, sehingga mudah dipahami semua kalangan.

 
Perusahaan kian kompetitif sebab dapat menyusun konten dalam berbagai bahasa pada satu format video, sehingga mudah dipahami semua kalangan.
 
 

Diperkirakan, deepfake menjadi tren dunia bisnis meski tetap harus menjunjung etika. Tak hanya soal benar atau salah, unsur etika juga dijunjung menegaskan kepemilikan atas hak cipta. Demikian pula, etika penggunaan wajah figur yang telah tiada.

Dengan teknologi deepfake memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan kerabat yang telah meninggal meski aspal. Jangan sampai pula karya berkategori deepfake memicu misleading informasi sehingga merusak tatanan sosial.

Unggahan konten harus mengandung kebenaran agar masyarakat tetap memercayai konten dari internet. Siasat lain menghadapi deepfake, pemberian label sebagai teknik termudah memastikan video, termasuk kategori aspal atau sebaliknya.

Masyarakat tak perlu takut kemajuan teknologi asal tetap prudent. Asa pada pemerintah, membuat regulasi preventif menghindari efek negatif deepfake. Warga mesti diproteksi dari ancaman berupa suara, video, atau visual aspal.

Tak sekadar perlindungan, pemerintah juga diharapkan intensif membangun literasi digital masyarakat agar tak mudah tertipu. Literasi ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran sosial secara berkelanjutan.

Pembelajaran harus dilakukan sepanjang hayat dikandung badan, seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Julaibib: Dicibir Manusia, Dimuliakan Allah

Julaibib yang sering dihina manusia, tapi dimuliakan derajatnya di sisi Allah.

SELENGKAPNYA

Puasa dan SDM Unggul

Orang yang berilmu tapi tidak dipandu iman, risikonya sangat besar.

SELENGKAPNYA

Resolusi PBB untuk Menangkal Islamofobia

Resolusi PBB menangkal Islamofobia momentum menyadarkan masyarakat global.

SELENGKAPNYA