Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan melakukan pertemuan di Istanbul, 2019 lalu. | Kantor Kepresidenan Turki

Internasional

Erdogan Bertelepon dengan Putin

Ukraina menuding Rusia ingin menerapkan skenario ala Korea.

ANKARA -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan pembicaraan melalui telepon pada Ahad (27/3), dan sepakat untuk mengatur putaran pembicaraan berikutnya antara delegasi Rusia dan Ukraina di Istanbul.

"Dalam pembicaraan itu, para presiden membahas perkembangan terakhir dalam perang Rusia-Ukraina dan proses negosiasi. Presiden Erdogan dan Presiden Putin sepakat untuk mengatur pertemuan berikutnya antara delegasi Rusia dan Ukraina di Istanbul," kata pernyataan Kantor Kepresidenan Turki, dilansir kantor berita TASS, Senin (28/3).

Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa, Turki akan melanjutkan upaya mediasi untuk membangun perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Kantor Kepresidenan Turki mengatakan, Presiden Erdogan menekankan perlunya mencapai gencatan senjata dan perdamaian antara Rusia dan Ukraina secepat mungkin, dan meningkatkan situasi kemanusiaan di kawasan itu.

"Presiden Erdogan menambahkan bahwa Turki akan terus memberikan kontribusinya untuk proses ini," ujar pernyataan Kantor Kepresidenan Turki.

photo
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kiri), dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pertemuan di Kiev, Kamis (3/2/2022). - (AP/Ukrainian Presidential Press Off)

Sementara itu, pembantu presiden Rusia, Vladimir Medinsky, mengatakan di saluran Telegram bahwa putaran reguler pembicaraan secara virtual dengan Ukraina diadakan pada Ahad. Rusia dan Ukraina sepakat untuk bertemu tatap muka pada 29-30 Maret.

Putaran pertama pembicaraan Rusia-Ukraina diadakan di wilayah Gomel, Belarusia, pada 28 Februari. Pembicaraan berlangsung selama lima jam. Kemudian pembicaraan putaran kedua diadakan pada 3 Maret di Belovezhskaya Pushcha, Belarus. 

Delegasi Rusia dan Ukraina kembali bertemu untuk pembicaraan putaran ketiga pada 7 Maret, di wilayah Brest, Belarus. Putaran dialog lebih banyak diadakan dalam format virtual.

Skenario ala Korea

Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan, Rusia sedang mempertimbangkan "skenario Korea" untuk Ukraina. Rusia akan membelah negara itu menjadi dua setelah gagal merebut ibu kota Kiev dan menggulingkan pemerintahnya.

Budanov mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin akan mencoba untuk menetapkan garis pemisah antara wilayah yang tidak diduduki dan yang diduduki di Ukraina. Menurut Budanov, konsep Rusia ini seperti pemisahan Korea Utara dan Korea Selatan. 

“Ini adalah upaya untuk menciptakan Korea Utara dan Selatan di Ukraina. Dia (Putin) tidak dalam posisi untuk menguasai seluruh negeri (Ukraina)," kata Budanov, dilansir Aljazirah, Senin (28/3).

Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata daripada perjanjian damai. Konflik ini berujung pada pembagian semenanjung dengan perbatasan yang tidak bisa ditembus. Perbatasan kedua Korea adalah area seluas 4 kilometer dengan panjang 248 kilometer yang dikenal sebagai Zona Demiliterisasi (DMZ).

Operasi militer Rusia di Ukraina telah berlangsung selama lebih dari empat pekan. Dalam operasi militer itu, Rusia telah gagal untuk merebut kota besar Ukraina. Pada Jumat (25/3), Moskow memberi isyarat bahwa mereka mengurangi ambisinya dan fokus mengamankan wilayah Donbas di Ukraina timur. Wilayah Donbas dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia. Pasukan di Donbas telah memerangi  tentara Ukraina selama delapan tahun terakhir.

photo
Warga berkumpul menyaksikan puing-puing benda tak dikenal selepas ledakan di Kiev, Ukraina, Kamis (24/3/2022). - ( EPA-EFE/MIKHAIL PALINCHAK)

"Para penjajah akan mencoba untuk menyatukan wilayah yang diduduki menjadi satu entitas kuasi-negara, yang akan menentang Ukraina merdeka. Kami sudah melihat upaya untuk menciptakan otoritas 'paralel' di wilayah pendudukan dan memaksa orang untuk menyerahkan mata uang Ukraina," kata Budanov.

Budanov juga mengatakan, Rusia mencoba memasang koridor darat ke Krimea. Tetapi rencana itu sejauh ini terhalang oleh kegagalan Rusia merebut kota pelabuhan, Mariupol. Kota Mariupol  telah dikepung oleh pasukan Rusia selama lebih dari tiga minggu dan menghadapi pemboman tanpa henti. Pihak berwenang Mariupol pekan lalu menolak ultimatum dari pasukan Rusia untuk meletakkan senjata mereka.

Seorang pemimpin lokal di Republik Rakyat Luhansk yang memisahkan diri dari Ukraina mengatakan, wilayah tersebut dapat segera mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia, seperti yang terjadi di Krimea setelah Rusia merebut Semenanjung Ukraina pada 2014. Rakyat Krimea memilih untuk memutuskan hubungan dengan Ukraina dan bergabung dengan Rusia.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Oleg Nikolenko mengatakan, pihaknya menolak pembicaraan tentang referendum di Ukraina timur. "Semua referendum palsu di wilayah yang diduduki sementara adalah batal demi hukum, dan tidak akan memiliki validitas hukum," kata Nikolenko kepada kantor berita Reuters.

photo
Warga melintasi api yang membumbung usai serangan Rusia ke wilayah Kharkiv, Ukraina, Jumat (25/3/2022). - (AP/Felipe Dana)

Ukraina Kembali Ekspor Jagung

Para pedagang Ukraina kembali mengekspor pasokan jagung Ukraina ke Eropa pertama kali sejak invasi Rusia 24 Februari lalu. Menurut konsultan pertanian APK-Inform pada Ahad (27/3), pengiriman tersebut dilakukan melalui jalur kereta api karena pelabuhan laut negara itu tetap diblokir.

"Pengiriman pertama beberapa ribu ton jagung telah diekspor melintasi perbatasan darat barat Ukraina," kata APK-Inform dalam laporannya.

Pedagang dan pejabat pertanian mengatakan, Ukraina masih memiliki stok biji-bijian dalam jumlah besar. Ukraina mulai mengekspor dengan menggunakan kereta api melalui perbatasan baratnya, meski masih ada sejumlah kendala.

Ukraina adalah penanam dan pengekspor biji-bijian utama global dan hampir semua ekspornya selama ini dikirim melalui pelabuhan di Laut Hitam. Ekspor biji-bijian bulanan Ukraina melebihi lima juta ton sebelum perang. Otoritas transportasi Ukraina mengatakan, sebanyak 600 ribu ton biji-bijian per bulan dapat diekspor dengan kereta api dari Ukraina ke Eropa.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Perang Rusia-Ukraina, Anda Pro Siapa?

Pemihakan Anda dan saya tak berpengaruh pada jalannya perang Rusia-Ukraina..

SELENGKAPNYA

140 Negara Adopsi Resolusi Kritik Rusia

Cina kali ini abstain bersama 37 negara lain dalam resolusi yang mengritik Rusia.

SELENGKAPNYA

Putin Telepon Erdogan

Putin menyampaikan lima tuntutan terkait Ukraina.

SELENGKAPNYA