Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Alquran dan Palestina (Bagian 4)

Mengapa Masjid al-Aqsha mendapatkan kedudukan yang istimewa seperti Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid an-Nabawi di Madinah?

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Mengapa Masjid al-Aqsha mendapatkan kedudukan yang istimewa seperti Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid an-Nabawi di Madinah? Mengapa Rasulullah SAW merekomendasikan hanya ketiga masjid tersebut yang boleh secara khusus melakukan safar untuk beribadah?

Yang dilarang dalam hadis adalah melakukan "safar" secara khusus ke masjid tertentu untuk menegakkan shalat, seakan hanya masjid itu tempat shalat. Adapaun melakukan ibadah tanpa safar khusus boleh di masjid mana pun. Sebab, masjid adalah tempat yang paling mulia untuk melakukan ibadah di muka bumi.

Contohnya, Rasulullah SAW yang telah melakukan ibadah setiap hari Sabtu di Masjid Quba, baik dalam keadaan berjalan atau mengendarai kendaraan. Lalu Nabi SAW bersabda: "Man tathahhara fii baitihii tsumma ataa masjid qubaa fashaallaa fiihi rak’ataiini kaana ka’umrah (Siapa yang bersuci di rumahnya lalu datang ke Masjid Quba dan melakukan shalat dua rakaat maka akan dapat pahala seperti melaksanakan umrah)".

Bagi Nabi SAW ketika itu tidak safar ke Masjid Quba. Sebab, jarak yang Nabi SAW tempuh hanya dari sekitar Masjid Nabawi. Adapun orang-orang sekarang yang shalat ke Masjid Quba, safarnya adalah ke Masjid Nabawi lalu pergi ke Masjid Quba untuk melaksnakan shakat dua rakaat. Jadi safarnya ke Masjid Nabawi sebagaimana yang Nabi SAW anjurkan.  

Imam Ibn Hajar al-Asqalaani dalam kitabnya Fathul Bari ketika menjelaskan rahasia kedudukan Masjid al-Aqsha mengatakan: Masjid al-Aqsha merupakan masjid para Nabi, di dalamnya pernah berkumpul semua nabi dan rasul pada malam isra.

 
Masjid al-Aqsha merupakan masjid para Nabi, di dalamnya pernah berkumpul semua nabi dan rasul pada malam isra.
 
 

Tidak hanya itu, umat terdahulu telah berkiblat ke Masjid al-Aqsha. Oleh karena itu, kiblat pertama umat Islam adalah Masjid al-Aqsha, sebelum kemudian berkiblat ke Kabah "baitullah".

Jadi ikatan umat Islam dengan Masjid al-Aqsha bukan semata ikatan masjid, melainkan di dalamnya ada risalah kenabian yang menyambung kepada nabi terdahulu. Begitu juga ada hubungan ibadah sehingga tempat itu menjadi tujuan umat Islam di mana saja untuk melaksanakan ibadah shalat.

Dalam sebuah hadis, Nabi SAW menjelaskan bahwa melaksanakan shalat di Masjid al-Aqsha sama pahalanya dengan shalat 500 kali di masjid lain selain Masjid al-Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah. Sebab, melaksanakan shalat di Masjid al-Haram sama pahalanya dengan melaksanakan shalat 100 ribu kali di masjid lain.

Adapun melaksanakan shalat di Masjid Nabawi sama dengan malaksanakan shalat 1.000 kali dibanding dengan shalat di masjid-masjid lainnya. Nabi SAW bersabda dari Jabir bin Abdillah: “Shalaatun fil masjidil haram mi’atu alfi shlaatin, wa shalaatun fii masjidii alfu shlaatin, wa fii baitil maqdis khamsumi’ati shalaatin”.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Alquran dan Palestina (Bagian 5/Habis)

Keagungan Masjid al-Aqsha bukan hanya berhubungan dengan besarnya pahala shalat di sana.

SELENGKAPNYA

Alquran dan Palestina (Bagian 3)

Persoalan Masjid al-Aqsha bukan hanya tanggung jawab penduduk Palestina, tapi semua umat Islam.

SELENGKAPNYA

Alquran dan Palestina (Bagian 2)

Sejak dini wawasan tentang negeri Syam sudah Allah buka kepada Rasulullah SAW.

SELENGKAPNYA