Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Alquran dan Palestina (Bagian 2)

Sejak dini wawasan tentang negeri Syam sudah Allah buka kepada Rasulullah SAW.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Perjalanan dagang ke Syam yang Nabi Muhammad SAW lakukan adalah cara Allah untuk menyambungkan Nabi dengan keberkahan negeri itu sekaligus untuk menunjukkan bahwa risalah kenabian telah Allah turunkan kepada nabi-nabi sebelumnya di wilayah tersebut.

Maka, tidak mustahil maklumat tentang datangnya nabi terakhir minimal sudah sampai kepada sebagian penduduk di negeri Syam tersebut. Terutama kaum Yahudi yang masih memegang kitab Taurat, sekalipun dengan segala cara mereka berusaha menutupi kebenaran yang terkandung di dalamnya: “minalladziina haaduu yuharrifuunal kalima ‘an mawadhi’ihii (di antara orang-orang Yahudi ada yang mengubah firman-Nya dari tempatnya yang asli)” (QS an-Nisa:46).

Pertemuan Nabi Muhammad kecil --sebelum diangkat jadi nabi-- dengan pendeta Buhaira saat perjalanan pertama ke Syam bersama pamannya Abu Thalib adalah bukti hakikat tersebut. Buhaira menemukan dari Rasulullah —yang ketika itu masih berumur 12 tahun— tanda-tanda yang sangat mengagumkan.

Di antaranya, awan yang selalu mengikutinya di mana Rasulullah berjalan dan berhenti. Bagi Buhaira, itu hanya terjadi kepada seorang nabi.

Lalu Buhaira menemukan di punggung Nabi Muhammad ada stempel kenabian yang persis sama seperti apa yang disebutkan dalam kitab Taurat. Buhaira meminta kepada paman Nabi, yakni Abu Thalib, agar segera kembali, khawatir ada perlakuan tidak baik kepadanya dari orang Yahudi. Itulah mengapa seusai perniagaannya, Abu Thalib langsung kembali ke Makkah.

 
Pendeta Buhaira menemukan di punggung Nabi Muhammad ada stempel kenabian yang persis sama seperti apa yang disebutkan dalam kitab Taurat.
 
 

Jadi, sejak dini wawasan tentang negeri Syam sudah Allah buka kepada Rasulullah SAW. Semakin kuat ketika perjalanan Isra Mi’raj, Rasulullah SAW dimampirkan terlebih dahulu di Masjid al-Aqsha sebelum naik ke langit. Hal itu untuk menegaskan hubungan sejarah antara Masjid al-Aqsha dan umat Islam.

Ditambah lagi, pada malam “isra” tersebut, Rasulullah SAW dipertemukan dengan semua nabi dan rasul untuk penyerahan estafet risalah dari nabi-nabi sebelumnya. Menariknya, mengapa itu terjadi di Masjid al-Aqsha? Lagi-lagi kita harus paham bahwa itu untuk menegaskan keagungan Masjid al-Aqsha yang harus dijaga oleh umat Islam.

Semua itu telah direkam dalam surah al-Isra’. Karena itu, pembahasan pokok surah al-Isra’ adalah tentang peralihan risalah dari nabi-nabi sebelumnya kepada Rasululah SAW.

Lihatlah ayat kedua, langsung kita mendapatkan pembahasan mengenai kitab suci yang diberikan kepada Nabi Musa: "Wa aatainaa musal kitaaba (Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat)." Suatu isyarat bahwa peristiwa isra-nya Rasulullah SAW ke Masjidil Aqsha adalah dalam rangka estafet risalah. 

Lalu ayat berikutnya menjawab pertanyaan bagaiamana kitab suci tersebut sampai kepada nabi-nabi yang lain? Allah menjelaskan bahwa itu dibawa generasi yang bersama Nabi Nuh: “Dzurriyata man hamalnaa ma’a nuuhin (yaitu anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama Nabi Nuh)" (QS al-Isra: 3).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Alquran dan Palestina (Bagian 1)

Palestina mempunyai keistimewaan tersediri karena di dalamnya ada Masjid al-Aqsha.

SELENGKAPNYA