Penyintas penembakan Masjid Al Noor, Temel Atacocugu melayangkan salam perdamaian selepas melengkapi jalan kaki dari Dunedin ke Christchurch, Selandia Baru, Selasa (15/3/2022). Aksi itu untuk memeringati tahun ketiga peristiwa penembakan. | George Heard/New Zealand Herald via AP

Kisah Mancanegara

Menelusuri Jalan Luka 360 Kilometer Demi Perdamaian

Atacocugu menelusur kembali perjalanan 360 kilometer ke dua masjid Christchurch.

OLEH DWINA AGUSTIN

Luka-luka akibat tembakan sembilan kali menjadi pengingat bagi Temel Atacocugu. Tekadnya kali ini adalah menyelesaikan perjalanan selama dua minggu dengan berjalan kaki dan bersepeda.

Upaya itu menjadi caranya memperbaiki peristiwa yang telah membunuh 51 Muslim yang gugur akibat pembunuhan di dua masjid Christchurch, pada 15 Maret 2019.

Atacocugu melakukan penelusuran kembali perjalanan 360 kilometer dari seorang pria bersenjata yang berasal dari Dunedin ke dua masjid Christchurch. Sang pelaku adalah pria asal Australia bernama Brenton Tarrant.

Meski nama si pelaku diketahui, namun di Selandia Baru namanya tak pernah disebutkan di hadapan umum. Warga Selandia Baru menilai, tindakan itu sangat keji. Maka, namanya bahkan tak layak untuk disebutkan.

"Saya ingin memperbaiki kerusakan ini. Karena tiga tahun lalu, dia memulai perjalanan itu dengan kebencian," ujarnya, mengacu pada si pelaku penembakan.

Pria berusia 47 tahun itu mengatakan, ia ingin mendoakan rute tersebut. Ia juga mengumpulkan uang untuk amal di sepanjang jalan.

photo
Penyintas penembakan Masjid Al Noor, Temel Atacocugu melakukan sujud syukur di depan masjid itu selepas melengkapi jalan kaki dari Dunedin ke Christchurch, Selandia Baru, Selasa (15/3/2022). Aksi itu untuk memeringati tahun ketiga peristiwa penembakan. - (George Heard/New Zealand Herald via AP)

Meski, dalam perjalanan tidak selalu berjalan dengan lancar. Atacocugu sempat mengalami lecet parah setelah cuaca berubah dari panas di suatu hari menjadi hujan di hari berikutnya usai menempuh sekitar setengah perjalanan.

Atacocugu juga mengalami keracunan darah yang misterius. Akhirnya, ia  menghabiskan beberapa hari di rumah sakit setempat. Kondisi ini yang membuat rencana awalnya untuk menempuh dengan jalan kaki berganti menggunakan sepeda.

"Poin terbaiknya adalah bertemu banyak orang baik dan mendapatkan dukungan besar dari mereka. Titik terendahnya adalah berada di ruang gawat darurat. Namun, saya tidak akan menyerah. Saya langsung naik sepeda setelah keluar (dari rumah sakit)," ujar Atacocugu.

Memanfaatkan laju sepeda membantu Atacocugu menebus waktu yang hilang. Pada Selasa (15/3), dia bergabung dengan sekitar 50 pendukung sekitar saat berjalan di jalan menuju salah satu tempat penembakan, masjid Al Noor. Dia tepat menginjakkan kaki pukul 13:40 waktu setempat. Itu adalah waktu yang tepat saat dirinya tertembak saat shalat Jumat di sana, dua tahun silam.

"Saya menyampaikan pesan, yang sangat emosional. Saya sangat senang. Sangat melegakan karena saya bisa menyelesaikan misi ini," kata Atacocugu.

photo
Penyintas penembakan Masjid Al Noor, Temel Atacocugu melaksanakan shalat di masjid itu selepas melengkapi jalan kaki dari Dunedin ke Christchurch, Selandia Baru, Selasa (15/3/2022). Aksi itu untuk memeringati tahun ketiga peristiwa penembakan. - (George Heard/New Zealand Herald via AP)

Selama serangan itu, Atacocugu ditembak di mulut, lengan kiri, dan kedua kaki. Dia mengatakan bahwa sering merasakan sakit dari luka-luka itu selama berjalan dan bersepeda. Dia berencana untuk memulihkan diri dengan tidur nyenyak, mungkin ditambah dengan sauna dan spa.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kepada anggota parlemen bahwa setelah serangan itu, komunitas Muslim telah menunjukkan keberanian, persatuan, dan tekad. "15 Maret adalah tanggal dalam sejarah kolektif nasional kita, saat kita belajar tentang yang paling buruk dan paling baik dari kemanusiaan," katanya.

Sebuah halaman donasi daring menunjukkan bahwa pada Selasa, Atacocugu telah mengumpulkan sekitar 64.000 dolar Selandia Baru. Dana itu akan diserahkan kepada tiga badan amal untuk anak-anak. "Seantero Selandia Baru bersatu. Teroris itu nol," ujar Atacocugu. 

Pada 2020, si pelaku penembakan mengaku bersalah atas 51 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan, dan satu dakwaan terorisme setelah melakukan serangan. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pembalap MotoGP Mengaspal di Jakarta

Para pembalap akan terlebih dulu disambut oleh Presiden Joko Widodo.

SELENGKAPNYA

Larangan Berhijab yang Merenggut Identitas Aliya

Muslim India khawatir hak mereka terpinggirkan sebagai minoritas.

SELENGKAPNYA

Kemenag: Ada Tiga Aktor Sertifikasi Halal

MUI menilai penetapan logo halal perlu melibatkan aspirasi berbagai pihak.

SELENGKAPNYA