
Ekonomi
Mengintip Untung-Rugi Saham Dwiwarna di BSI
BSI juga dapat mendorong adanya anak usaha yang bergerak di bidang modal ventura syariah.
OLEH LIDA PUSPANINGTYAS
Pemerintah akan melakukan penyertaan modal negara melalui saham seri A Dwiwarna kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Upaya itu dilakukan untuk mendorong perkembangan bisnis bank syariah terbesar di Indonesia.
Pengamat ekonomi syariah dari IPB University, Irfan Syauqi Beik, menyampaikan, kebijakan ini akan memberikan dua sinyal yang kuat kepada pasar. "Pertama, semua layanan bank syariah milik pemerintah akan dikonsentrasikan sepenuhnya pada BSI," kata Irfan kepada Republika, Senin (28/2).
Kemudian, menurut Irfan, kebijakan itu memberikan bukti terhadap komitmen pemerintah untuk terus memperkuat BSI dan menjadikannya sebagai bank Buku IV. Apabila hal itu telah terwujud, Irfan mengatakan, BSI harus terus berkolaborasi dengan perusahaan lain, seperti tekfin syariah, multifinance syariah, asuransi syariah, dan lain-lain.
"Sehingga, keberadaan BSI bisa juga ikut mendongkrak industri keuangan syariah lainnya," katanya.
Selain berkolaborasi, BSI juga bisa mengembangkan anak usaha. Irfan menilai, pentingnya BSI untuk memiliki perusahaan sekuritas atau manajer investasi sendiri. Keberadaan anak usaha ini bisa ikut membantu pengelolaan sebagian dana yang dimilikinya. BSI juga dapat mendorong adanya anak usaha yang bergerak di bidang modal ventura syariah.
Menurut Irfan, keberadaan BSI yang semakin kuat tidak berarti melemahkan bank syariah yang lain. Ia mencermati, adanya hal unik yang terjadi di industri perbankan syariah, yakni tidak ada keinginan untuk mengalahkan sesama bank syariah.
"Rasanya itu tidak ada. Yang ada adalah keinginan untuk bersama-sama memperbesar porsi pangsa pasar industri perbankan syariah terhadap perbankan nasional yang masih di kisaran 6,5 persen saat ini," katanya.
Selain adanya penambahan saham Dwiwarna, BSI juga menyiapkan sejumlah langkah strategis, seperti akuisisi BTN Syariah dan rights issue. Pengamat ekonomi syariah Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan, penguatan itu dapat membuat BSI mendapatkan akses lebih luas ke sumber-sumber pendanaan murah. Dengan demikian, BSI bisa memberikan produk atau jasa yang lebih murah ke konsumen.
Selain itu, dengan status BUMN, BSI memiliki kemudahan untuk mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak. Terutama dengan pihak di luar negeri karena BSI perlu meningkatkan exposure globalnya.
Sementara itu, dampak negatif yang menjadi risiko adalah berkurangnya keleluasaan gerak BSI. Pemerintah akan punya andil lebih besar dalam pemilihan dewan direksi dan dewan komisaris dengan statusnya sebagai bank BUMN.
"Ada risiko pemilihan akan menjadi jauh lebih politis sehingga mekanisme fit and proper test harus ditingkatkan untuk memitigasi risiko tersebut," katanya.
Performa keuangan juga harus tetap terjaga dengan baik. Saat ini, BSI memiliki performa keuangan yang baik dan sehat. Ia mengingatkan, BSI jangan sampai lengah dalam menjalankan bisnisnya hingga terjerembap menjadi BUMN yang merugi.
"BSI dengan modal sebesar itu juga harus meningkatkan peran sosialnya," katanya.

Fauziah menekankan, perbankan syariah saat ini masih terlalu fokus ke peran komersial. Padahal, salah satu fungsi unik perbankan syariah adalah peran sosialnya dalam memajukan umat.
Dengan semakin berkembangnya BSI, maka perbankan syariah lain perlu menaikkan daya saing. Menurut Fauziah, bank syariah lain juga perlu menambah modalnya sehingga bisa meningkatkan daya saing.
"Marketshare perbankan syariah ini masih kecil. Jadi, daripada sibuk memikirkan bersaing antarbank syariah, lebih baik fokus memikirkan untuk bersaing dengan bank konvensional," katanya.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.