Layar telepon genggam menunjukkan logo aplikasi Tiktok. | EPA-EFE/HAYOUNG JEON

Kisah Mancanegara

Vladdy Daddy, Please Jangan Perang

Pengguna media sosial meninggalkan ribuan komentar pada unggahan akun tidak resmi Putin.

OLEH LINTAR SATRIA

Remaja dan dewasa muda beralih ke TikTok dan Instagram untuk meredakan ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Beberapa akun bahkan menuliskan meme dan menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin dengan panggilan "Vladdy Daddy".

Pengguna media sosial meninggalkan ribuan komentar pada unggahan akun tidak resmi Putin. Pada Selasa (15/2), Reuters melaporkan tren meme atau lelucon yang berkembang di media sosial terkait ketegangan ini.

Seorang anak berusia 12 tahun dari Slovakia yang bernama Hanka belajar membuat meme melalui TikTok. Di salah satu akun yang memakai nama Putin, ia mengunggah "Vladdy Daddy, please jangan perang".

"Saya dan teman saya bermain uji nyali dan mereka menantang saya untuk mengetik kata-kata itu," kata Hanka yang hanya memberikan nama depannya.

Sebetulnya, sebutan panggilan "Vladdy Daddy" memiliki konotasi seksual. Vladdy diambil dari nama depan Putin, yakni Vladimir. Daddy diambil dari "Sugar Daddy" yang dikaitkan dengan pria mapan dewasa yang berpasangan dengan perempuan muda.

Sementara itu, juru bicara Meta Platforms, perusahaan induk Instagram dan Facebook, mengatakan tidak mengetahui kebenaran adanya akun resmi Putin di dua platform media sosial itu.

Media sosial lain yang paling populer di Rusia adalah TikTok. Berdasarkan data perusahaan penelitian Media Scope, TikTok digunakan lebih dari 40 juta pengguna setiap bulannya. TikTok tidak merespons permintaan komentar mengenai dugaan bahwa ada perilaku terkoordinasi seputar tren isu Ukraina di platform mereka.

Beberapa tahun terakhir, TikTok meledak di seluruh dunia. Awalnya, aplikasi miliki perusahaan Cina itu lebih dikenal dengan tantangan viral dan tari-tarian. Namun, kini TikTok juga menjadi tempat konten-konten politik.

"Sangat menarik bagaimana cara TikTok menghubungan audiens muda dengan politik dan peristiwa dunia," kata peneliti di Centre for Information, Inggris, Nina Jankowicz.

Mahasiswi Fordham University di New York, Myca Hinton, mendapatkan banyak penonton dari videonya yang menjelaskan krisis Ukraina. "Saya pikir TikTok jelas memiliki peran besar tempat kami mendapatkan informasi atau tempat kami memformulasikan pendapat kami karena ini merupakan aplikasi semua orang," kata Hinton, pemilik akun @mycahinton.

photo
Tentara Ukraina memasang foto Presiden Rusia Vladimir Putin yang dipenuhi lubang peluru di garis depan di Luhansk, Selasa (1/2/2022).

Video-video yang menjelaskan krisis Ukraina dalam bahasa Rusia juga mendapatkan banyak penonton. Video-video dalam bahasa itu juga menunjukkan pergerakan peralatan militer Rusia.

Maxim, salah satu pengguna TikTok yang memiliki 29 ribu pengikut dan menggunakan nama akun @novosileckij, mendapatkan 1 juta penonton dalam video yang menjelaskan keraguannya Rusia akan menginvasi Ukraina.

Para peneliti yang mengumpulkan data dari open source menggunakan video TikTok untuk melacak peralatan militer Rusia. Salah satunya peneliti Atlantic Council's Digital Forensic Research Lab, Michael Sheldon. Ia mengatakan, ini pertama kalinya ia menggunakan aplikasi TikTok untuk mencari sumber utama penelitiannya. 

Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar soal penggunaan video TikTok dari warga sekitar untuk melacak penumpukan pasukan Rusia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat