Sejumlah pengelola perusahaan rintisan digital atau startup mengoperasikan program pelayanan di sebuah kantor bersama berbasis jaringan internet (Coworking space) Ngalup.Co di Malang, Jawa Timur, Senin (12/10/2020). Kementerian Koperasi dan UKM menargetka | ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

Inovasi

Ekonomi Inklusif Melalui Teknologi

Layanan produk dan jasa keuangan akan semakin dapat diakses dengan mudah melalui perangkat seluler.

Data Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, OJK, menunjukkan akumulasi pinjaman nasional melalui fintech meningkat menjadi 20,4 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 295,85 triliun pada Desember 2021, dibandingkan dengan Desember 2020 yaitu sebesar 10,75 miliar dolar AS atau sekitar Rp 155,90 triliun.

Pada Rabu (9/2), Standard Chartered Indonesia dan Kredit Pintar Indonesia (Kredit Pintar) mengumumkan kemitraan berupa pendanaan untuk pinjaman konsumen digital melalui platform fintech Kredit Pintar, dengan total limit pendanaan hingga 70 juta dolar AS (Rp 1 triliun). Dalam kesepakatan global tersebut Standard Chartered berkomitmen menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 7,1 selama 10 tahun melalui Atome Financial di beberapa pasar Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. 

Indonesia adalah pasar pertama yang meluncurkan kerja sama ini setelah pengumuman global tersebut. Kolaborasi ini pun semakin memperkuat komitmen Standard Chartered untuk terus bertumbuh melalui kemitraan digital yang inovatif.

Kredit Pintar adalah salah satu platform penyedia layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi terkemuka di Indonesia yang terdaftar, dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kredit Pintar telah beroperasi sejak 2017, dan telah diunduh lebih dari 10 juta unduhan dan nilai kepuasan pelanggan sebesar 4,4 bintang di Google Play Store. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kredit Pintar (@kreditpintar)

Sampai saat ini Kredit Pintar telah mencairkan lebih dari Rp 23,8 triliun pinjaman, dengan satu dari dua konsumen meminjam untuk tujuan modal usaha kecil atau pendidikan. Jumlah pinjaman berkisar dari Rp 600 ribu hingga Rp 20 juta, dengan jangka waktu pinjaman hingga 12 bulan.

Direktur Kredit Pintar Wisely Wijaya, mengatakan, peluncuran kemitraan strategis ini merupakan bukti lebih lanjut atas kepercayaan investor dan nasabah kami kepada Kredit Pintar untuk menggunakan teknologi guna mendorong inklusi keuangan yang berkelanjutan, baik bagi konsumen maupun usaha kecil di Indonesia.

“Kami melihat sinergi yang luar biasa dalam kolaborasi ini dan visi untuk mempercepat akses keuangan kepada masyarakat yang selama ini masih kurang terlayani serta memiliki keterbatasan untuk menjangkau layanan keuangan di Indonesia,” ujarnya. 

Melalui kerja sama strategis ini, Wisely melanjutkan, besar harapan layanan produk dan jasa keuangan akan semakin dapat diakses dengan mudah melalui perangkat seluler. 

Andrew Chia selaku Cluster CEO Indonesia & ASEAN Market Standard Chartered menjelaskan, “Kemitraan ini menegaskan komitmen kami untuk turut serta dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, seraya memberikan kenyamanan dan efisiensi dalam mengakusisi serta melayani nasabah,” ujarnya. 

Senada, Head of Consumer, Private and Business Banking (CPBB) Indonesia, Standard Chartered, Jeffrey Tan, mengatakan, kolaborasi ini sejalan dengan strategi bank untuk mendukung pertumbuhan aset di  segmen retail melalui kemitraan dengan fintech dan perusahaan multifinance digital.

“Kemitraan ini juga mendukung agenda keberlanjutan Standard Chartered untuk meningkatkan partisipasi masyarakat  dengan memberikan akses keuangan kepada masyarakat Indonesia,” ujarnya. 

Ke depannya, Jeffrey melanjutkan, kemitraan dengan Kredit Pintar ini akan membuka jalan untuk  berkolaborasi dengan berbagai mitra untuk menawarkan lebih banyak produk dan solusi keuangan.  

Pendanaan UMKM 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Tjufoo (@tjufoo)

Meski memiliki skala ekonomi yang tidak sebanding dengan perusahaan multinastional, namun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. 

UMKM merupakan kontributor produk domestik bruto (PDB) Nasional terbesar. Sepanjang tahun lalu, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) mencatat jumlah UMKM mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,07 persen atau senilai Rp 8.573,89 triliun. 

Tidak hanya itu, UMKM juga mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang tersedia serta menghimpun hingga 60,42 persen dari total investasi nasional. Demi mendorong daya saing UMKM yang terus meningkat ini, pemerintah mencanangkan program digitalisasi dengan target sebanyak 30 juta pelaku UMKM masuk dalam ekosistem digital pada tahun 2024. 

Meskipun menjadi tantangan yang tidak mudah, program ini harus tetap dilaksanakan, demi perbaikan struktur ekonomi nasional yang didominasi oleh sektor usaha tersebut. "Saat ini rasio kewirausahaan Indonesia mencapai 3,5 persen, target pemerintah ratio kewirausahaan di 2024 bisa tumbuh 3,95 persen,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dalam Peluncuran Tjufoo sebuah startup aggregator brand di Jakarta, pekan lalu. 

Kolaborasi pemerintah dan swasta amat penting untuk bisa mempercepat peningkatan UMKM dan ratio kewirausahaan di Indonesia, maka itu, Tjufoo, kata Teten, diharapkan mampu dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk meningkatkan skala usaha mereka, seperti pemanfaatan dana investasi, mentoring berkelanjutan, dan ekosistem digital. 

Di kesempatan yang sama, Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia Moeldoko menekankan sekalipun pandemi berakhir, kebutuhan masyarakat akan produk dan layanan daring akan tetap atau semakin meningkat. “Fakta ini harus kita perhatikan, bila UMKM ingin bertahan, maka harus menerapkan teknologi digital. Dan itu tidak bisa dihindari,”tegasnya. 

Menurutnya, Tjufoo akan memberikan solusi yang komprehensif secara luas dengan saluran digital maupun lurng, termasuk pemberian dana investasi untuk mengembangan bisnis, mentoring, serta dukungan scalling pengembangan bisnis.

 Untuk menjawab tantangan tersebutlah, Tjufoo hadir di Indonesia. TJ Tham selaku Co-Founder and Chief Executive Officer Tjufoo menyatakan pihaknya, berkomitmen penuh untuk meningkatkan level UMKM Indonesia.

“Sebagai pegiat digital ekosistem, kami menyambut baik upaya pemerintah untuk mendigitalisasi UMKM. Namun situasi pandemi yang menghantam UMKM membuat mereka tak mampu bertahan walau secara perlahan telah go-digital. Kami hadir untuk memperkuat pondasi bisnis UMKM di Indonesia melalui ekosistem digital yang kami bangun,” ujarnya. 

Hingga akhir 2021, Tjufoo telah meningkatkan performa jenama-jenama yang telah bergabung dalam ekosistem digitalnya. Dengan dukungan tim yang berpengalaman serta semua teknologi yang diperlukan oleh UMKM, Tjufoo mendukung jenama untuk memperkuat elemen-elemen penting dalam bisnis, yaitu marketing dan operasional. 

Dari segi marketing, Tjufoo mendukung UMKM untuk membangun infrastruktur dalam memperkuat brand building serta menggencarkan digital optimization mereka. Dengan demikian jenama diharapkan mampu lebih dekat dengan konsumen untuk tujuan bisnis yang lebih besar. 

Dari segi operasional, Tjufoo memberikan dukungan untuk pada kebutuhan internal bisnis dalam mengotomasi pengelolaan tenaga kerja, inventoris, konsumen, merchandising, layanan pengadaan, hingga menyelaraskan seluruh proses operasi agar efektif dan efisien.

 
Sepanjang tahun lalu, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) mencatat jumlah UMKM mencapai 64,2 juta.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat