Kader PKK mengukur berat badan balita di Posyandu Angger 2, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (25/10/2021). Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui kader PKK melakukan pendeteksian dini dan memberikan nutrisi untuk mengejar target Jabar Zero New Stunting | ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha

Bodetabek

Dinkes Depok Beri Vitamin A ke Balita, Banten Cegah Stunting

Pemkot Depok dan Pemprov Banten menargetkan semua balita tumbuh sehat, terhindar dari stunting

DEPOK -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok terus berupaya mewujudkan generasi sehat di wilayahnya. Salah program rutin yang diagendakan adalah pelaksanaan Bulan Vitamin A setiap Februari dan Agustus.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Depok, Zakiah, menjelaskan, pelaksanaan Bulan Vitamin A pada Februari 2022, digelar untuk menyasar sekitar 114.483 balita usia 6-59 bulan. Dia mengatakan, pemberian vitamin A untuk usia 6-11 bulan akan diberikan kepada 13.107 balita. Sedangkan untuk usia 12-59 bulan diberikan kepada 101.376 balita.

Menurut Zakiah, pemberian vitamin A bertujuan untuk menjaga kesehatan mata dan kekebalan tubuh balita. "Target kami seluruh anak mendapatkan vitamin A untuk menambah kekebalan tubuh mereka," ujar Zakiah di Balai Kota Depok, akhir pekan kemarin.

Dia menyatakan, vitamin A atau retinol memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh anak. Pasalnya, vitamin A terlibat dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit, antibodi, juga integritas sel epitel pelapis tubuh. "Vitamin A juga bisa mencegah rabun senja, xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan," kata Zakiah.

Dia menerangkan, pemberian vitamin A yang dilakukan petugas dosisnya sudah disesuaikan dengan usia anak. Adapun bagi anak usia 6-11 dosisnya 100 ribu IU dengan tanda warna biru. Sedangkan, pemberian vitamin A bagi anak usia 1-5 tahun dosisnya 200 ribu IU dengan tanda warna merah.

"Ada dua jenis dosis dengan dua tanda yaitu merah dan biru. Jadi pemberian vitamin A harus sesuai dengan usia anak," kata Zakiah. 

Cegah stunting

Pemerintah Provinsi Banten mengkampanyekan pemenuhan gizi bagi keluarga terutama anak dalam upaya mencegah stunting dan juga obesitas. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten Aan Muawanah mengatakan, permasalahan gizi sangat erat kaitannya dengan pangan yang dikonsumsi, sehingga diperlukannya asupan pangan yang cukup untuk dapat menyelesaikan permasalahan gizi.

"Gizi sangat erat kaitannya dengan pangan yang dikonsumsi, program penganekaragaman konsumsi pangan yang di dalamnya bagaimana mengkonsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman diedukasikan, dipromosikan kepada semua unsur lapisan masyarakat mulai dari anak sekolah, ibu-ibu PKK, masyarakat umumnya dan komunitas-komunitas lain," kata Aan Muawanah dalam Peringatan hari Gizi Nasional ke-62 bersama DPD Perstuan Ahli Gizi (Persagi) Provinsi Banten di Pasar Tani Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), di Serang pekan lalu.

Terdapat beberapa program yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi asupan gizi bagi keluarganya maupun masyarakat sekitar. Di antaranya melalui program pemanfaatan lahan pekarangan, yakni pekarangan pangan lestari (P2L) sehingga bagaimana dapat memanfaatkan lahan pekarangan. "Selain itu juga mempersiapkan santri-santri di pondok pesantren untuk memahami dan terampil dalam budidaya tanaman terutama sayuran," katanya.

Selain itu, perlunya dilakukan intervensi secara langsung kepada daerah-daerah yang terdapat penderita stunting, sehingga dapat dilakukan pencegahan kepada generasi berikutnya. "Penekanan angka stunting melalui intervensi bantuan pangan bergizi, beras berfortifikasi dan program pemanfaatan lahan pekarangan dalam bentuk bantuan bibit tanaman sayuran beserta sarananya," katanya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga ikut serta terus berupaya dalam menekan angka stunting dan obesitas di Provinsi Banten, di antaranya dengan memberikan edukasi dan konsultasi oleh ahli-ahli gizi yang ada di Dinas Ketahanan Pangan. Sedangkan, terkait indeks ketahanan pangan di Provinsi Banten baik secara nasional, neraca antara ketersediaan dan kebutuhan relatif stabil, meskipun untuk beberapa komoditas masih didatangkan dari provinsi lain namun hal tersebut tidak terkendala.

"Harga komoditas strategis pangan juga relatif stabil, andaipun ada kenaikan harga itu masih dalam kondisi terjangkau daya belinya oleh masyarakat, beras juga harga dan stoknya mencukupi untuk kebutuhan masyarakat Banten, dan surplus," Aam menjelaskan.

Sementara, Ketua DPD Petsagi Provinsi Banten, Tiara Lutfi mengatakan, terjadinya stunting lantaran terdapat beberapa faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan permasalahan gizi pada balita baik itu stunting maupun kekurangan gizi yang menjadi penyebab langsung diantaranya kurangnya asupan makanan yang bergizi dan penyakit infeksi.

"Penyebab tidak langsung, karena pola asuh, kemudian faktor yang mendasar ada faktor ekonomi, ketidaktahuan keluarga menyediakan pangan yang beragam bergizi berimbang, kemudian juga akses ke pelayanan kesehatan yang rendah itu juga menjadi salah satu faktor, ketersediaan pangan, kebersihan itu menjadi faktor tidak langsung terjadinya stunting dan obesitas," katanya.

Untuk menekan angka stunting dan obesitas, pihaknya mengajak semua sektor baik Pemerintah dan non-Pemerintah serta semua lini untuk bekerjasama bagaimana dapat mencegah stunting dengan membuat masyarakat di Provinsi Banten menjadi keluarga yang sadar gizi."Sadar gizi adalah dimana seorang ibu yang menjadi peran penting bisa mengenal dan mencegah permasalahan gizi di anggota keluarganya, saya yakin dengan terbentuknya keluarga yang sadar gizi dengan upaya perbaikannya, permasalahan gizi di Provinsi Banten khususnya bisa terselesaikan," katanya.

Dalam Peringatan Hari Gizi Nasional ke 62 tahun dengan mengusung tema Bersama-sama Aksi Cegah Stunting dan Obesitas ini, Pemprov Banten bersama dengan DPD Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Provinsi Banten menggelar kegiatan pelayanan gizi yang meliputi dari pemeriksaan gizi, pemeriksaan penyakit tidak menular dan konsultasi gizi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat