Seorang bocah bersiap mengikuti tes usap Covid-19 massal di Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (10/1/2022). Tes usap yang dilakukan kepada 500 warga Krukut tersebut menindaklanjuti ditemukannya 36 kasus COVID-19 di wilayah itu di | ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.

Nasional

Vaksinasi tak Mengurangi Risiko Tertular Omikron

Gejala Covid-19 varian omikron dinlai lebih ringan dari varian delta

JAKARTA -- Meledaknya kasus omikron di berbagai negara membuat masyarakat perlu waspada, sebab vaksinasi tak saja tak cukup untuk mengurangi risiko tertular. Penanganan omikron masih sama dengan varian Covid-19 lainnya, vaksinasi dan protokol kesehatan masih paling efektif untuk mencegah penularan omikron lebih lanjut.

Para peneliti masih melakukan studi mendalam tentang omikron. Sejauh ini telah ditemukan bahwa omikron memiliki lebih dari 50 mutasi dengan lebih dari 30 mutasi pada spike protein.

Gejala varian omikron sejauh ini ringan dan dapat diobati secara mandiri di rumah. Gejala "ringan" yang dimaksud adalah kelelahan, nyeri tubuh, dan sakit kepala selama dua hari.

Pasien tidak kehilangan penciuman atau rasa dan tidak ada penurunan kadar oksigen, tidak seperti pada varian delta. Namun, data tersebut hanya diperoleh dari pasien berusia 40 tahun atau lebih muda. Belum ada laporan yang komprehensif mengenai gejala yang dialami pasien lanjut usia.

Fakta lain dari omikron adalah berpotensi lima kali lebih menular daripada varian delta, berpotensi menyerang penyintas yang telah terinfeksi varian lain.

Selain itu, dilaporkan di Covid19.go.id (per 3 Januari 2022) bahwa omikron telah terdeteksi di 132 negara dan diperkirakan akan terus menyebar dengan cepat.

Jika mengalami satu atau lebih gejala di atas, jangan ragu untuk segera melakukan pemeriksaan. Khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi terpapar, misalnya yang baru saja bepergian ke luar daerah atau ke luar negeri sebaiknya melakukan pemeriksaan secara rutin.

Dengan protokol pengujian reguler, mereka yang dites positif dapat diidentifikasi lebih cepat dan memulai pemulihan mereka lebih cepat, yang dapat mengurangi kecepatan penyebaran infeksi.

"Jangan meremehkan ancaman yang mengintai varian terbaru omikron Covid-19. Kami mengimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Jangan menunggu sampai gejala memburuk, segera berkonsultasi dengan dokter di telemedisin yang tersedia setiap saat," ujar Dr Adhiatma Gunawan, head of Medical Good Doctor Technology Indonesia dalam siaran resminya, Rabu.

Amerika Serikat yang telah menyelesaikan cakupan vaksinasi dosis lengkap 61 persen dari populasinya, masih mengalami peningkatan kasus positif dan angka kematian Covid-19. Tren yang sama juga dialami Norwegia dengan cakupan vaksinasi mencapai 71 persen, bahkan Korea Selatan dengan cakupan vaksinasi sangat tinggi mencapai 92 persen.

Data tersebut menunjukkan bahwa cakupan vaksinasi yang tinggi tidak dapat sepenuhnya mencegah penularan tanpa protokol kesehatan yang ketat.

Gregory Poland MD, kepala Kelompok Penelitian Vaksin Mayo Clinic mengatakan, pihaknya sudah meneliti virus ini selama dua tahun dan sekarang yang menjadi perhatian adalah varian kelima.

"Hal ini akan terus terjadi sampai kami dapat meyakinkan publik dan ini adalah bukti nyata bahwa kita harus memakai masker di dalam ruangan, sampai kita divaksinasi dan di-booster, hal ini akan terus terjadi," kata Poland.

WHO juga merekomendasikan bahwa langkah paling efektif yang dapat dilakukan individu untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 adalah dengan menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain, memakai masker yang pas, buka jendela untuk meningkatkan ventilasi, hindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai, menjaga tangan tetap bersih, batuk atau bersin ditutupi siku yang ditekuk atau tisu dan divaksinasi.

7 juta kasus baru

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, ada lebih dari tujuh juta kasus baru varian omikron Covid-19 di seluruh Eropa pada pekan pertama Januari. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat hanya dalam dua pekan saja.

Direktur WHO Eropa Dr Hans Kluge mengatakan pada Selasa (11/1/2022) menyatakan, 26 negara di wilayahnya melaporkan lebih dari 1 persen populasi terinfeksi Covid-19 setiap pekan. Dia memperingatkan tentang kemungkinan tidak ada peluang bagi negara-negara untuk mencegah, sistem kesehatan bisa kewalahan.

Kluge mengutip perkiraan dari Institute of Health Metrics di University of Washington yang memproyeksikan setengah dari populasi di Eropa Barat akan terinfeksi Covid-19 dalam enam hingga delapan pekan ke depan. "Omikron bergerak lebih cepat dan lebih lebar dari varian (sebelumnya) yang telah kita lihat," katanya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kementerian Kesehatan RI (kemenkes_ri)

Direktur WHO Eropa ini pun menyerukan negara-negara untuk mengamanatkan penggunaan masker di dalam ruangan dan memprioritaskan vaksinasi, termasuk dosis booster. Pemberian ini untuk populasi berisiko, termasuk petugas kesehatan dan orang tua.

Markas besar WHO di Jenewa sebelumnya telah memohon kepada negara-negara kaya untuk tidak menawarkan dosis booster dan menyumbangkannya ke negara-negara miskin. Negara miskin menjadi kelompok rentan yang masih memiliki cakupan vaksinasi rendah.

Kluge sangat prihatin ketika omikron bergerak ke timur melintasi benua Eropa, varian tersebut akan memakan korban yang jauh lebih tinggi di negara-negara dengan tingkat cakupan vaksinasi lebih rendah. Di Denmark, dia mencatat, tingkat rawat inap virus korona enam kali lebih tinggi pada orang yang tidak divaksinasi dibandingkan dengan kelompok yang telah menerima suntikan vaksin.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat