Petugas melakukan pengisian ulang tabung gas di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) Pertamina, Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/6/2020). | M Agung Rajasa/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Kenaikan Harga Elpiji Bebani UMKM

Momen kenaikan harga elpiji nonsubsidi dinilai tidak tepat.

JAKARTA -- Kenaikan harga gas elpiji 12 kg membebani para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Rentang kenaikan harga yang dinilai terlalu besar membuat UMKM terpaksa bakal menaikkan harga jual dagangannya.

Kalangan ibu rumah tangga juga tak setuju dengan kenaikan harga elpiji karena terjadi di saat harga bahan pokok sedang naik. PT Pertamina (Persero) telah resmi mengubah harga jual elpiji nonsubsidi ukuran 12 kg dan 5 kg dengan kisaran Rp 1.600-Rp 2.600 per kg. Berdasarkan laporan di berbagai daerah, harga elpiji 12 kg di tingkat eceran kini berkisar antara Rp 160 ribu-Rp 180 ribu.

Salah seorang pemilik usaha kue di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Farin (25 tahun), mengaku biasa menggunakan elpiji 12 kg di pabrik usaha kue miliknya. Menurutnya, harga yang ditetapkan pemerintah terlalu mahal. Apalagi, harga telur yang menjadi bahan pokok kue juga cenderung naik belakangan ini.

Farin pun terkejut ketika mendengar kabar bahwa harga elpiji ikut mengalami kenaikan, sehingga dia berencana meningkatkan harga produk yang dijualnya, mulai dari roti, pastry, dan kue. “Kemahalan (harga elpiji). Naiknya lumayan banget ya. Mungkin harga pada 2022 bisa jadi ada beberapa yang harus dinaikkan sampai Rp 5.000 untuk menyeimbangkan juga dengan harga bahan pokok yang enggak stabil,” kata Farin, Senin (27/12).

photo
Pedagang menunggu pembeli di kios Bright Gas Nonsubsidi di salah satu ruas jalan di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (1/7/2021). - (ANTARAFOTO/Basri Marzuki)

Menurut dia, kenaikan harga elpiji terjadi di waktu yang tidak tepat. Apalagi, perekonian Indonesia belum pulih sepenuhnya. UMKM pun masih harus berjuang keras untuk bisa bertahan dari tekanan pandemi. “Semuanya naik, padahal ekonomi juga belum bagus," katanya.

Haris, seorang penanggung jawab Resto Spesial Soto Boyolali di Jalan Ciater, Serpong, mengaku telah mendengar informasi kenaikan harga elpiji. Menurut penuturannya, harga elpiji 12 kg per Ahad (26/12) masih normal, yakni Rp 137 ribu. Namun, ia meyakini harga di tingkat penjual segera naik.

“Kemarin harga elpiji 12 kg masih Rp 137 ribu. Kemungkinan naik mulai hari ini, tapi berapa kenaikannya belum tahu," kata Haris, Senin (27/12).

Dengan adanya kenaikan harga elpiji, kata Haris, pihak manajemen bakal menaikkan harga makanan yang dijajakan. Kenaikan ini perlu dilakukan mengingat harga bahan pokok juga merangkak naik. “Selain karena harga elpiji, harga bahan baku juga naik semua, cabai tinggi sekali harganya, telur juga,” tuturnya.

photo
Warga mengantri untuk mengisi gas elpiji tiga kilogram bersubsidi pada gelaran pasar murah di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (29/9/2021). Pengisian gas elpiji tiga kilogram bersubsidi yang dipasarkan sesuai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp18 ribu per tabung tersebut diserbu warga. - (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Seorang ibu rumah tangga di Desa Bantarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Triana Maharani (40 tahun), tidak setuju dengan naiknya harga elpiji 12 kg. Sebab, saat ini harga bahan pokok lain pun belum stabil. Ibu tiga anak ini berharap pemerintah membatalkan kenaikan harga elpiji.

“Setidaknya tunggu ekonomi pulih dulu, jangan naik semua. Kemarin minyak saja baru naik, bahkan kayak ganti harga. Sekarang gas juga harus naik, kaget saya,” ucapnya.

Berdasarkan pantauan Republika, beberapa pangkalan di wilayah Kebayoran Lama dan Grogol, Jakarta, harga gas tabung 12 kg dibanderol Rp 163 ribu dari sebelumnya Rp 155 ribu. Sedangkan untuk gas tabung 5,5 kg dibanderol Rp 76 ribu dari sebelumnya Rp 68.500 per tabung. Di daerah lainnya, seperti di Tasikmalaya, Jawa Barat, tabung 12 kg seharga Rp 163 ribu.

Harga gas elpiji tentu berbeda di setiap daerah. Di Bangka Belitung, misalnya, harga tabung 12 kg berkisar Rp 160 ribu-Rp 170 ribu. Jika kenaikan harga sudah berlaku, maka harganya bisa berkisar Rp 180 ribu-Rp 190 ribu per tabung. "Harga eceran di warung kalau yang 12 kg itu sekarang Rp 170 ribu," ujar Enny salah satu warga di Pangkal Pinang, Ahad (26/12).

Corporate Secretary Sub Holding Commercial & Trading Pertamina Irto Ginting menjelaskan, penyesuaian harga elpiji terakhir kali dilakukan Pertamina pada 2017. Saat ini, Pertamina menaikkan 7,5 persen harga elpiji nonsubsidi tersebut.

"Pertamina menyesuaikan harga elpiji nonsubsidi untuk merespons tren peningkatan harga contract price aramco (CPA) elpiji yang terus meningkat sepanjang 2021," ujar Irto, Ahad (26/12).

Irto memerinci, CP Aramco pada November telah meningkat sampai 847 dolar AS per metrik ton. Harga ini naik 74 persen lebih tinggi dibandingkan harga empat tahun lalu. Untuk itu, Pertamina menetapkan acuan harga.

"Besaran penyesuaian harga elpiji nonsubsidi yang porsi konsumsi nasionalnya sebesar 7,5 persen berkisar Rp 1.600 - Rp 2.600 per kg. Perbedaan ini untuk mendukung penyeragaman harga elpiji ke depan serta menciptakan fairness harga antar daerah," ujar Irto.

Irto memastikan kenaikan harga ini hanya terjadi di elpiji di luar subsidi. Adapun elpiji subsidi 3 kg tak ada penyesuaian harga. "Harga yang subsidi tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah," tambah Irto.

Irto memastikan bahwa Pertamina tetap akan menjamin stok dan distribusi elpiji di seluruh Indonesia.  

Jaga Pasokan Elpiji Bersubsidi 

Pemerintah diingatkan untuk mewaspadai dampak kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi 12 kg dan 5,5 kg. Salah satu dampak tersebut adalah fenomena masyarakat untuk ramai-ramai beralih ke gas elpiji 3 kg atau gas melon yang merupakan barang subsidi. 

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Muhammad Faisal menilai, peralihan tersebut sangat mungkin terjadi. Sebab, kenaikan harga elpiji 12 kg dan 5,5 kg akan mengurangi daya beli masyarakat. 

"Selain potensi menggerus daya beli masyarakat, tentunya masalah suplai dari gas melon sebagai imbas dari shifting akibat kenaikan harga elpiji 12 dan 5,5 kg. Ini sesuatu yang perlu diantisipasi," ujar Faisal kepada Republika, Senin (27/12).

photo
Pekerja menata tabung elpiji 3 kilogram yang kosong untuk diisi kembali di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) milik Mayangkara Group di Kota Bitar, Jawa Timur, Jumat (16/7/2021). - (ANTARA FOTO/IRFAN ANSHORI)

Faisal mengatakan, masyarakat yang biasanya membeli elpiji nonsubsidi, bisa saja beralih ke elpiji subsidi. Sebab, kondisi perekonomian belum pulih sepenuhnya dari tekanan pandemi. Selain itu, sistem distribusi elpiji belum menggunakan mekanisme subsidi tertutup. 

Dengan demikian, menurut dia, masyarakat akan cenderung mencari harga yang lebih murah. Apalagi, dia mengatakan, momentum kenaikan elpiji 12 kg dan 5,5 kg berbarengan dengan harga telur, minyak goreng, dan harga cabai 

Kondisi tersebut, menurut dia, berpotensi membuat subsidi elpiji gas melon jebol. Oleh karena itu, perlu ada langkah antisipasi dari Pertamina ataupun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam merespons kebijakan yang dikeluarkan.

"Perlu kontrol agar shifting dapat diminimalkan karena mengakibatkan ketidaktepatan sasaran penggunaan gas elpiji bersubsidi," ujar Faisal.

Faisal menambahkan, kenaikan harga elpiji akan memberatkan masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah dan kelompok UMKM rumahan yang memakai elpiji 12 kg untuk modal usahanya. Menurut dia, kenaikan elpiji juga bakal mendorong inflasi. 

Selain harga elpiji, kenaikan juga terjadi pada beberapa komoditas bahan pokok. Harga minyak goreng saat ini terpantau sebesar Rp 20 ribu per liter dari semula Rp 11 ribu -Rp 12 ribu per liter. Berdasarkan pantauan Republika di salah satu swalayan di bilangan Jakarta Selatan, harga minyak goreng ukuran 2 liter masih dibanderol dengan harga termurah Rp 39 ribu hingga Rp 42 ribu. 

photo
Sejumlah warga meletakkan tabung elpiji tiga kilogram ke barisan antrean di Desa Langaleso, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (23/8/2021). Warga mengeluhkan distribusi elpiji bersubsidi ke wilayah itu terganggu setelah enam warga desa setempat meninggal dan 41 lainnya dinyatakan positif Covid-19 serta menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. - (ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.)

Tak hanya minyak goreng, harga telur sejak awal Desember pun melambung. Saat ini, harga eceran tertinggi telur di wilayah DKI ada yang mencapai Rp 31 ribu per kg dari biasanya Rp 19 ribu per kg. Sedangkan harga cabai rawit, seperti di Pasar Kebayoran Lama dan Pasar Palmerah, tercatat mencapai Rp 95 ribu- Rp 100 ribu per kg. 

Corporate Secretary Sub Holding Commercial & Trading Pertamina, Irto Ginting menegaskan, Pertamina akan terus memantau stok dan penyaluran elpiji bersubsidi. Selain itu, Pertamina juga terus mengedukasi masyarakat untuk tidak mengonsumsi elpiji bersubsidi bagi masyarakat yang mampu.

"Kami mengimbau agar pengguna LPG nonsubsidi tidak beralih ke LPG subsidi. Kami akan terus melakukan monitoring stok dan penyaluran LPG kepada masyarakat," ujar Irto kepada Republika, Senin (27/12).

PT Pertamina (Persero) resmi mengubah harga jual elpiji nonsubsidi. Kenaikan harga elpiji 12 kg dan 5 kg ini berkisar antara Rp 1.600 - Rp 2.600 per kg. Irto memastikan kenaikan harga ini hanya terjadi untuk produk elpiji nonsubsidi. 

Nahari (48 tahun), seorang pemilik warung di wilayah Kalasan, Kabupaten Sleman, mengaku telah menjual gas 12 kg dengan harga Rp 170 ribu per tabung. Sedangkan untuk tabung 5,5 kg yang semula dibanderol Rp 70 ribu per tabung, saat ini naik menjadi Rp 78 ribu per tabung. 

"Dari pangkalan sudah naik. Gas 5,5 kg itu jadi Rp 75 ribu, yang 12 kg jadi Rp 168 ribu. Jadi kita naikkan juga," kata Nahari. 

Sementara itu, di wilayah Madukismo, Bantul, Niniek (52) seorang ibu rumah tangga mengatakan, ia biasanya membeli gas 12 kg seharga Rp 160 ribu per tabung. Sedangkan untuk yang 5,5 kg Rp 72 ribu per tabung. "Tapi kemarin memang sudah naik, saya beli itu yang 5,5 kg sudah 76.500 per tabung," ujar Niniek.

Adapun warga Mentok, Kabupaten Bangka, bernama Puspa (52) menyebut harga elpiji 12 kg di daerahnya kini sebesar Rp 172 ribu per tabung. Namun, menurut dia, harga bisa mencapai Rp 180 ribu jika stok sedang menipis. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat