Joko Santoso, warga Kota Malang menceritakan pengalaman kebutaannya setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca, Kamis (2/12/2021). | Wilda Fizriyani/Republika

Kisah Dalam Negeri

Penglihatan Joko Terus Membaik

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Covid-19 sangat jarang terjadi di Indonesia.

OLEH WILDA FIZRIYANI

Penglihatan Joko Santoso terus membaik. Warga Kota Malang itu sempat mengalami kebutaan total setelah mendapat suntikan vaksin AstraZeneca. Kini, ia harus menjalani terapi obat di Poli Mata dan Poli Neurologi RSUD Saiful Anwar (RSSA) Malang.

Kepala Bidang Pelayanan Medik RSSA, Widodo Mardi Santoso mengatakan, Joko Santoso sempat dirawat inap selama sembilan hari di RSSA sebelum dipulangkan untuk rawat jalan. "Beliau sudah rawat jalan sebanyak sembilan kali," kata Widodo saat ditemui wartawan di RSSA Malang, Selasa (7/12).

Demi menjadi warga negara yang baik, Joko Santoso mengikuti program vaksinasi di lingkungannya pada Jumat, 3 September. Tiba di tempat vaksin, Joko langsung diskrining dan seluruhnya dianggap normal. Ia pun disuntik vaksin AstraZeneca.

Di kediamannya, Joko mulai merasa mual dan muntah dua kali. Istrinya menyuruh Joko mengonsumsi vitamin C. Sekitar pukul 22.00 WIB, Joko merasakan matanya mulai kabur. Dia pun tertidur lalu terbangun pada keesokan harinya.

photo
Tim dokter RSUD Saiful Anwar, Dinas Kesehatan dan Pokja KIPI Kota Malang memberikan keterangan pers mengenai kasus kebutaan yang dialami salah satu warga di Kota Malang, Selasa (7/12/2021). - (Wilda Fizriyani/Republika)

"Sabtu paginya gelap gulita itu. Laporan ke Pak RW dibawa ke RS Refa Husada, dari Refa Husada dirujuk ke RSU sampai sekarang," kata Joko, Kamis (2/12).

Joko bersyukur, pada hari keempat kedua matanya mulai melihat bayangan. Namun, tubuhnya lemas seperti terkena penyakit stroke. Hanya tangan dan kepala yang bisa digerakan.

Saat ini, penglihatannya berangsur membaik hingga 75 persen, hitam putih tanpa warna. Hal terpenting, dia kembali bisa jalan sendiri dan mengasuh anaknya.

Dokter Spesialis Mata di RSSA, Wino Vrieda menjelaskan, pasien datang ke RS dengan keluhan penglihatan hilang secara total. Pihaknya langsung melakukan pemeriksaan secara lengkap termasuk saraf mata dan pembuluh darahnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, pasien didiagnosis mengalami peradangan pada saraf mata atau biasa disebut neuritis optik. 

Setelah didiagnosis, pasien menjalani rawat inap selama beberapa hari untuk menjalani terapi dari tim dokter. Pada perkembangannya, pasien menunjukkan adanya perbaikan penglihatan pada hari keempat. Pasien Joko Santoso sudah mulai bisa melihat bayang-bayang dan terus mengalami perbaikan penglihatan.

 
Hasil pemulihan penglihatan oleh pasien kami harapkan ada evaluasi secara rutin berkala untuk bisa mempertahankan kondisi yang telah membaik.
 
 

Pasien dipulangkan setelah menjalani perawatan selama sembilan hari di RS. Selanjutnya, yang bersangkutan mendapatkan terapi obat dan evaluasi secara rutin berkala di Poli Mata dan juga Poli Neurologi RSSA. 

Pasien menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam menjalani perawatan selama tiga bulan. Menurut Wino, pasien hampir setiap satu dua minggu menjalani perawatan ke Poli mata dan Neurologi. "Hasil pemulihan penglihatan oleh pasien kami harapkan ada evaluasi secara rutin berkala untuk bisa mempertahankan kondisi yang telah membaik," jelas perempuan berhijab ini.

Wino Vrieda mengatakan, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Covid-19 sangat jarang terjadi di Indonesia. Bahkan, sangat jarang ada kasus di luar negeri yang mengalami kebutaan akibat vaksin. 

"Adapun gangguan mata yang dikaitkan dengan kejadian vaksin sebelumnya (AstraZeneca), masih belum bisa pembuktian secara pasti apakah ada keterkaitan dengan vaksin dengan adanya gangguan penglihatan mata," kata Wino.

Menurut Wino, sampai saat ini belum ada literatur yang bisa menyebutkan AstraZeneca sebagai satu-satunya penyebab turunnya penglihatan. "Dan kejadian pada vaksin ataupun tidak pada optik neuritis, secara umum sendiri memang masih bisa karena kondisi  coincident akibat adanya suatu kondisi lain," ujar dia.

Sementara itu, Dokter Spesialis Saraf di RSSA, Rodhian Rakhmatiar menegaskan, diagnosa yang diterima pasien sudah melalui berbagai tahap pemeriksaan. Tak terkecuali pemeriksaaan terhadap ada atau tidaknya penyumbatan dan pembekuan darah di saraf otak atau mata pasien. Hasilnya, tim dokter tidak menemukan tanda-tanda tersebut pada pembuluh darah otak yang mengarah ke mata. 

"Akhirnya dari tim kita sepakat bukan suatu kasus penyumbatan, tapi lebih pada kasus peradangan pada saraf mata, seperti yang disampaikan oleh dokter," ucap dia.

Ketua Pokja KIPI Kota Malang, Ariyani mengatakan, pihaknya telah menerima lengkap terkait kasus yang dialami Joko Santoso. Tenaga kesehatan dan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya sehingga kondisi pasien membaik. Selanjutnya, pihaknya akan terus mengawal kasus ini agar kesehatan mata pasien bisa terus diperbaiki.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang, Husnul Muarif memastikan, pihaknya telah memberikan pendampingan sejak laporan kebutaan masuk. Yang bersangkutan langsung dibantu untuk bisa dirujuk ke IGD RSSA untuk kemudian mendapatkan perawatan.

"Dan insya Allah nanti sesuai dengan jadwal, Tuan JS (Joko Santoso) tanggal 10 untuk kontrol lagi ke Poli Mata RSSA. Ini kita dampingi terus dan kita juga mencatat progresnya," kata Husnul.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat