Carry On-Stories In The Time of Corona | Youtube

Geni

Carry On-Stories In The Time of Corona

Carry On-Stories In The Time of Corona mengangkat kisah enam orang dengan enam pekerjaan yang mencoba bertahan selama pandemi.

Kaus lusuh Hidayat tertutup rapat oleh jaket hijau khas ojek daring. Sambil menyisir rambut, Dayat bercerita tentang kedua anak dan juga nasibnya setelah dia di-PHK oleh perusahaan tempat dia bekerja dulu, tepatnya pada awal pandemi, Maret 2020. 

Dayat dulu bekerja di sebuah percetakan. Saat awal pandemi, pemerintah melarang adanya pesta pernikahan. “Tak ada order untuk mencetak undangan, jadi perusahaan tak memiliki pendapatan,” ujar Dayat dalam seri dokumenter "Carry On-Stories In The Time of Corona" episode pertama berjudul Bulanan Jadi Harian.

Adegan demi adegan dengan mulus ditangkap oleh sutradara fotografi, Reyhan Aliy. Saat Dayat bercerita, Reyhan tampak fokus mengambil detail-detail objek dari sudut pandang yang nyata yang mengesankan suasana yang juga nyata. Hal itu menimbulkan efek tersendiri bagi penonton.

Pada akhirnya, rasa keprihatinan menjadi begitu nyata. Reyhan memiliki niat dan tujuan tulus ketika mencetuskan ide untuk menampilkan enam sosok “spesial” dalam dokumenternya itu. Dia ingin mengekspos sosok-sosok yang menginspirasi yang harus jatuh dan bangun akibat terdampak pandemi Covid-19. 

Mengajak Datascrip, Reyhan tergerak untuk mendokumentasikan siapa pun yang terdampak pandemi Covid-19, namun tak terlihat oleh mata masyarakat. Dia tak menyangka, usulannya langsung diterima. 

Menurut Canon Business Unit Director PT Datascrip, Monica Aryasetiawan, pandemi membuat keresahan semua orang, bukan hanya pekerja kantor. “Mungkin semua sisi kehidupan, itu yang membuat tercetus ide untuk mengangkat kegelisahan kami, kegelisahan Reyhan sebagai pekerja seni atas adanya pandemi ini,” ujarnya saat konferensi pers peluncuran seri dokumenter berjudul “Carry On-Stories In The Time of Corona”, pada Kamis (11/11).

Dia optimistis Reyhan bisa menangkap momentum-momentum tak hanya yang sedih, tapi juga momentum yang menjadi kebangkitan dari masyarakat. “Karena, kita tidak bisa selalu berkeluh kesah atau menyerah, harus bangkit. Itu pesan yang kami ambil dari film dokumenter ini,” kata Monica. 

“Carry On-Stories In The Time of Corona” bisa ditonton melalui saluran Youtube Canon Indonesia. Ada enam episode yang mengulas enam pekerjaan yang terdampak pandemi Covid-19.

Setelah mendapatkan beberapa sosok yang potensial, dia dan timnya mendatangi langsung sosok-sosok tersebut. Reyhan yang juga salah satu EOS Creator Indonesia dan juga founder Carito Films Creative House ini sempat mengalami kendala. Salah satu hal yang sulit adalah membujuk talent bergabung dan tak malu ketika isu mereka mulai diangkat. 

“Waktu itu saya bilang, kami tidak akan mendiskreditkan. Kamu tidak negatif, kamu positif. Saya mau memotivasi kita semua melalui dokumenter ini,” kata Reyhan.

Melalui kisah-kisah mereka, Reyhan mengaku mendapatkan banyak pelajaran hidup. Itu yang membuat dia semangat saat mengambil gambar dengan menggunakan perangkat kamera Canon EOS R6, yaitu sebuah kamera mirrorless full-frame. Saat mungkin ketika proses mengambil gambar, dia harus merombak naskah asli. Hal itu terjadi karena apa yang ditemukan di lapangan ternyata lebih menarik untuk diceritakan dibandingkan ide-idenya sendiri. 

Syuting pun berjalan selama dua bulan, tepatnya mulai September 2021 sampai November 2021. Dia tak menggunakan perangkat lain selain kamera untuk mengambil gambar. Semua footages dilakukan hanya dengan tangan, tanpa bantuan tripod.

Pada episode dua, akan ditayangkan Geladi dari Kamar, kisah ini menceritakan seorang aktor teater yang mendadak kehilangan panggung ketika pandemi Covid 19 datang. Oleh sebab itu, dia harus memutar otak untuk mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. 

Pada episode tiga yang berjudul Guru Selamanya mengisahkan tentang seorang guru honorer yang berlokasi di Cikalongkulon bernama Deni. Deni merupakan sosok  yang tak kenal lelah mengajarkan pada muridnya berbagai pelajaran hidup. Kesederhanaan dan ketulusan untuk tetap berjuang di tengah keterbatasan yang ada.

Episode-episode selanjutnya akan diisi oleh Perawat Sejak Pikiran, Jadi Ayah Sepenuhnya, dan Goyang Tulang Punggung.

Bukan Hanya Hiburan 

Film bukan sekadar sumber hiburan semata. Kehadiran film di tengah masyarakat memiliki daya untuk mengabadikan budaya, menyoroti isu sosial, hingga menyentuh hati dan menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu. 

Sayangnya, industri perfilman Indonesia yang sedang melaju cepat sempat terhalang oleh situasi pandemi Covid-19. Peran besar film juga dirasakan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dalam hal pembangunan, misalnya, Anies menilai film memiliki peran signifikan dalam membangun sebuah kota yang maju. Menurut Anies,  membangun kota tidak hanya berkaitan dengan infrastruktur keras yang bisa disentuh atau difoto.

Bagian terpenting lain dari sebuah pembangunan adalah membangun budaya dan adabnya. Bagi Anies, salah satu cara untuk bisa membangun budaya dan adab adalah dengan memajukan perfilman.

Anies juga menilai film memiliki daya gerak yang luar biasa karena bisa menjadi sebuah tontonan sekaligus tuntunan. Film juga bisa menjadi jembatan untuk membuka perspektif baru dan bahwa membawa penontonnya kepada alur pemikiran yang baru.

 
Saya rasa kita semua punya pengalaman menonton film yang berkesan.
 
 

"Saya rasa kita semua punya pengalaman menonton film yang berkesan, film yang bahkan saat kita pulang (dari menonton), kita ingin seperti aktor yang kita tonton,” ujarnya dalam pembukaan Jakarta Film Week 2021 yang digelar di CGV Grand Indonesia, Kamis (18/11).

Pandemi sempat membuat langkah industri perfilman di Indonesia terhambat. Untuk beberapa saat, bioskop yang menjadi rumah bagi banyak film harus berhenti beroperasi sejenak. 

Menurut Direktur Festival Jakarta Film Week 2021, Rina Damayanti, pandemi memukul banyak sektor industri dan usaha, termasuk sektor perfilman. Namun, para sineas Indonesia berhasil membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bertahan, bahkan berkembang pada masa menantang ini. "Sejarah mencatat, di tengah pandemi, sineas Indonesia tetap terus berkarya, bahkan mendapatkan penghargaan bergengsi di festival internasional," ujar Rina.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat