Usaha Rintisan | Freepik.com

Inovasi

Gotong-royong Ekosistem Digital Indonesia

Diperlukan proses yang tak sebentar untuk melahirkan usaha rintisan berkualitas. 

Membangun ekosistem yang subur untuk industri usaha rintisan, memerlukan waktu dan kontribusi dari berbagai pemangku kepentingan. Saat ini, di Indonesia, berbagai program inkubasi untuk usaha rintisan pun telah digelar. 

Baik oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan informartika (Kominfo), maupun pihak swasta. Pada Senin (15/11), program inkubasi intensif Startup Studio Indonesia (SSI) Batch ketiga yang diadakan oleh Kominfo RI telah memasuki sesi Founder’s Camp dan 1-on-1 Coaching. 

Dalam sesi yang akan berlangsung selama empat bulan ini, 15 usaha rintusan yang berada di tahap awal dan terpilih, berkesempatan dibina dan dilatih langsung oleh para coach yang terdiri dari pendiri dan praktisi usaha rintisan terkemuka.

Di antaranya, Aviandri Hidayat selaku Vice President of Product Mekari, Dimas Harry Priawan, yang merupakan Co-Founder Dekoruma), dan Maria Sahara dari Group Product Manager Xendit. 

photo
Usaha rintisan (Ilustrasi) - (Pixabay)

Hal utama yang akan dilatih dalam sesi coaching ini adalah upaya penyempurnaan produk dan model bisnis, serta peningkatan loyalitas atau retensi pengguna, sebelum usaha rintisan masuk tahap ekspansi pasar. Fase ini biasa disebut juga dengan product-market fit, istilah di mana perusahaan rintisan berupaya mempersolid tawaran produk digitalnya. 

Tujuannya, agar dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan pengguna. “Untuk memilih tim coach terbaik se-Indonesia, kami melihat rekam jejak para pendiri dan praktisi startup yang perusahaannya sudah berhasil mencapai tahap product market fit. Kami juga mempertimbangkan keahlian, spesialisasi, dan peran mereka dalam membawa usaha rintisannya, hingga ada di titik sekarang,” ungkap Italo Gani selaku Managing Partner Impactto, sekaligus Advisor program SSI.

Menurutnya, dengan menjunjung konsep ‘more brainstorming, less classes’, Startup Studio Indonesia menitikberatkan pada pembekalan ilmu dan wawasan praktis melalui sesi coaching, alih-alih hanya secara teoretikal. Tim SSI juga secara berkala melakukan penilaian terhadap jajaran coach, untuk memastikan bahwa ilmu-ilmu yang dibagikan dapat berdampak langsung dan menyelesaikan tantangan yang dihadapi masing-masing peserta. 

Berbagi Perspektif

photo
Usaha rintisan (Ilustrasi) - (Pexels/Anthony Shkraba)

Proses 1-on-1 Coaching dimulai dengan sesi diagnosa, dimana peserta SSI Batch tiga akan mendiskusikan tantangan-tantangan yang selama ini dihadapi. Setelah itu, tim SSI akan memasangkan peserta tersebut dengan coach yang paling cocok. 

Kurikulum yang didapat pun akan bersifat terpersonalisasi. Dengan begitu, SSI bisa menjadi program inkubasi intensif yang benar-benar efektif, karena menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan para peserta.

Co-Founder Dekoruma, Dimas Harry Priawan menjelaskan, di awal mengembangkan Dekoruma, ia kerap mendapatkan banyak sekali nasihat dan masukan bermanfaat dari teman-teman. “Tanpa mereka, mungkin kami akan menghadapi banyak permasalahan yang sebenarnya bisa dicegah. Karena itu, sekarang adalah saat bagi kami untuk berkontribusi dan membantu generasi startup berikutnya agar bisa menjadi lebih baik lagi,” ungkap Dimas. 

Senada, Group Product Manager Xendit, Maria Sahara menjelaskan, terkadang dalam perjalanan mengembangkan usaha rintisan, kita membutuhkan pihak eksternal untuk memberikan perspektif baru. “Semoga dengan sesi coaching ini, saya juga bisa sharing pengalaman untuk membantu para founders dalam menyelesaikan tantangan yang sedang mereka hadapi,” ujarnya.

Selain itu, Maria juga menyarankan para penggerak usaha rintisan untuk terus melakukan uji coba terhadap aplikasi mereka, aplikasi kompetitor, atau alternatif lain yang ada di pasaran. Hal ini penting supaya para pelaku usaha rintisan bisa lebih familiar dan merencanakan solusi apa yang bisa diperbaiki atau dikembangkan seiring berjalannya waktu.

Program SSI hadir untuk memperkuat dan melengkapi program Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital dan Nexticorn yang telah lebih dulu diluncurkan oleh Kominfo RI. Melalui program ini, Kominfo menargetkan untuk mencetak 150 startup digital yang mampu mengembangkan skala bisnisnya. 

Baik dari segi jumlah pengguna, jumlah pendapatan, penyerapan tenaga kerja, maupun pendanaan dari Venture Capital pada tahun 2024 mendatang.

 
Walaupun banyak pendiri usaha rintisan memulai perusahaannya dengan visi atau mimpi besar, mereka harus memiliki rencana eksekusi yang jelas dan spesifik agar bisa benar- benar mewujudkan perubahan yang diinginkan.
 
MARIA SAHARA, Group Product Manager Xendit
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat