Sejumlah penumpang kereta tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Ahad (3/1/2021) lalu. | Prayogi/Republika.

Tajuk

Cukup Baik di Atas Kertas

Kalau situasi menggawat, kita harus bersiap pembatasan mobilitas lagi.

Di atas kertas, penanganan Covid-19 terlihat cukup baik bagi Indonesia. Kalaupun ada kekurangan, masih dari disiplin protokol kesehatan warga dan vaksinasi kelompok lanjut usia yang benar-benar berjalan lambat.

Namun, perkembangan kasus harian, positivity rate, capaian vaksinasi, ketersediaan vaksin, hingga pada pada kesiapan vaksin lokal dan rencana pembelian obat besar-besaran, terlihat menjanjikan.

Yang paling mudah dilihat adalah perkembangan kasus harian. Dalam sebulan jumlahnya terakhir sudah merosot jauh. Perhitungan dari kawan-kawan di KawalCovid19, misalnya memperlihatkan, rata-rata harian kasus Covid-19 per 18-24 Oktober adalah 752 kasus baru dan 36 orang meninggal dunia. Dua indikator ini terus menurun sampai dengan pekan lalu.

Pada rentang 25-31 Oktober misalnya, KawalCovid19 melaporkan rata-rata kasus barunya sudah turun ke 620 dan yang meninggal menjadi 29 orang. Pekan selanjutnya, 1-7 November begitu juga trennya. Rata-rata kasus harian Covid-19 bertengger di 544 kasus baru dan 20 kasus meninggal dunia.

Sepanjang tujuh hari kemarin, per 8-14 November, rata-rata kasus hariannya kembali turun ke 384 kasus baru dan 16 kasus meninggal dunia. Secara positivity rate, Indonesia kini berada di 0,23 persen terus menjauh dari ambang yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

 
Sementara kita tahu di luar sana, warga sudah makin nyaman beraktivitas. Skala pembatasan aktivitas oleh pemerintah di berbagai daerah makin membaik.
 
 

Rasa-rasanya memang too good to be true. Tapi, angka-angka ini paling tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sementara kita tahu di luar sana, warga sudah makin nyaman beraktivitas. Skala pembatasan aktivitas oleh pemerintah di berbagai daerah makin membaik.

Dalam wawancara eksklusif dengan Republika, pekan lalu, Presiden Joko Widodo mengakui, memang ada perbaikan signifikan soal kasus harian Covid-19. Ini utamanya didongkrak oleh pesatnya vaksinasi, yang per harinya sudah berkali-kali menembus dua juta vaksinasi. Namun, Presiden mewanti-wanti kalau para epidemiolog sudah berkomentar serupa, itu harus diwaspadai. Para pakar kesehatan ini, sambung Jokowi, berbicara dengan basis data yang kuat.

Juru bicara Satgas Covid 19 Wiku Adisasmito mencatat: Penanganan Covid-19 Indonesia selalu babak belur usai libur panjang, entah itu libur hari raya keagamaan, libur akhir tahun, dan libur lainnya. Angka kasus langsung meroket naik. Karena itu, pemerintah awas betul soal libur akhir tahun 2021 ini.

Contoh nyatanya sudah ada. Eropa yang lebih dulu vaksinasi dan sudah lebih dari separuh warganya mendapat dua kali suntikan, kini sedang kembali diserang. Bila Indonesia mencatat penurunan kasus per pekan, Eropa justru lonjakan kasus per pekan, mendekati 10 persen. Otoritas medis beberapa negara sudah memberi sinyal bahwa mereka bersiap kembali memasuki masa kelam Covid-19, seperti tahun lalu. Padahal, sudah vaksinasi.

 
Apakah kondisi Covid-19 kita akan seperti situasi Eropa? Semoga tidak. Pemerintah seperti akan tetap dengan kebijakan rem dan gasnya menghadapi libur akhir tahun. 
 
 

Apa yang salah di Eropa? Pertama, situasi di Eropa membuktikan, virus korona memang belum sepenuhnya bisa diketahui oleh ilmuwan dan dokter. Ibarat hewan buas, belum ada pawang yang bisa menaklukkan virus tersebut.

Kedua, dan ini sepertinya yang paling mudah penjelasannya, warga yang euforia tidak lagi menerapkan protokol kesehatan. Ya, warga Eropa ogah mengenakan masker, tidak lagi menjaga jarak, makin sering berpesta dan berkumpul.

Seolah setelah divaksin maka virus Covid-19 itu lenyap. Salah besar. Virus itu masih ada. Masih bergentayangan di mana-mana. Benar pula langkah satgas dan pemerintah dalam sosialisasi terbaru mereka tentang protokol kesehatan: Duetkan vaksin dengan masker. Setelah divaksin tetap memakai masker.

Apakah kondisi Covid-19 kita akan seperti situasi Eropa? Semoga tidak. Pemerintah seperti akan tetap dengan kebijakan rem dan gasnya menghadapi libur akhir tahun. Kita sudah berkali-kali menghadapinya, Kalau situasi menggawat, kita harus bersiap pembatasan mobilitas lagi. Paling tidak dalam pekan terakhir Desember dan pekan awal Januari.

Apalagi yang perlu diberi tahu ke publik? Rasa-rasanya kita semua sudah tahu. Menjelang libur akhir tahun untuk tidak mengundang badai serangan Covid-19, tetap mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari keluar rumah untuk urusan tak perlu, rajin mencuci tangan. Itu saja, bukan?

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat