Presiden Joko Widodo meninjau sebuah kendaraan listrik dan alat pengisi daya baterainya saat meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Proyek pemban | ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres/Agus Supa

Ekonomi

PLN Buktikan Mobil Listrik Hemat 

Menggunakan mobil listrik ternyata banyak manfaatnya.

JAKARTA  — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melakukan uji jalan mobil listrik untuk membuktikan penghematan yang bisa didapatkan masyarakat. Touring mobil listrik ini dilakukan jajaran direksi PLN di Bandung, Sabtu (13/11).

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo tak menyangka, dengan menggunakan mobil listrik ternyata banyak manfaatnya. Dari sisi penghematan, ketika dihitung, pengendara mobil listrik hanya perlu merogoh kocek Rp 10 ribu untuk menempuh jarak 72 kilometer (km).

"Hitungannya kan 1 kilowatt hour (kWh) itu bisa dapat 10 km ya, kita sudah jajal 72 km. Artinya, pelanggan hanya perlu Rp 10 ribu untuk menempuh 72 km," kata Darmawan dalam keterangan yang diterima Republika di Jakarta, Ahad (14/11).

Darmawan membandingkan dengan bahan bakar minyak (BBM) yang harus merogoh kocek sekitar Rp 60 ribu dengan asumsi harga BBM Rp 9.000 per liter untuk jarak tempuh 72 km.

"Selain lebih hemat, saya juga merasakan sendiri kok. Tarikannya ini lebih kencang ya daripada mobil biasa. Bahasa kerennya akselerasi mesinnya lebih bagus dan tidak bising. Tidak ada suara mobil listrik ini, senyap. Bagus sekali,” ujar Darmawan.

Darmawan menilai, penggunaan mobil listrik banyak membawa manfaat jika dilakukan secara masif. Pertama, kata dia, cita-cita negara mengurangi emisi karbon bisa terasa lebih cepat. 

Darmawan menjabarkan, dengan berat jenis bensin sekitar 0,8, berarti satu liter bensin beratnya 800 gram. Kandungan karbonnya sekitar 90 persen, tapi bukan berarti total karbon yang dihasilkan adalah 700 gram.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PLN (pln_id)

 

“Ada namanya oksidasi karena kalau mobil internal combustion engine nanti ada yang namanya combustion. Satu mol karbon ditambah dua mol oksigen, coba hitung dari periodic table oksigennya butuh 1,6 kg, jadi ada 2,4 kg emisi CO2 untuk satu liter bensin,” kata Darmawan.

Sementara, dengan mobil listrik, per kwh listrik PLN hanya menghasilkan emisi karbon sebanyak 0,85 kilogram saja. "Artinya, penggunaan mobil listrik lebih ramah lingkungan kan," kata Darmawan menambahkan.

Selain itu, penggunaan mobil listrik bahkan bisa mengurangi beban impor minyak mentah. Saat ini, Darmawan menyebutkan, kebutuhan BBM per hari mencapai 1,3 hingga 1,5 juta barel per hari. Padahal, produksi minyak nasional hanya 700 ribu barel per hari.

Dengan menggunakan mobil listrik, lanjut Darmawan, pemerintah bisa mengurangi beban current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan yang terus tergerus dengan impor minyak mentah. 

"Tingginya angka impor ini berdampak pada pengurangan pertumbuhan ekonomi kita. Maka, dengan penggunaan mobil listrik selain bisa menyeimbangkan CAD juga bisa mendorong pertumbuhan perekonomian kita,” kata Darmawan.

Langkah PLN menjajal mobil listrik ini untuk memastikan kepada pelanggan tak ragu menggunakan kendaraan listrik. Selain terbukti lebih hemat dan ramah lingkungan, PLN dalam mempercepat penetrasi pasar kendaraan listrik juga menyediakan infrastruktur pendukung kendaraan listrik.

Saat ini, sudah ada 47 unit stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang beroperasi di seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun nanti, akan ada 67 unit SPKLU yang beroperasi lagi. 

Selain itu, PLN juga menghadirkan produk Home Charging Services yang disiapkan untuk memberikan kemudahan bagi konsumen dalam mendapatkan fasilitas dan layanan pendukung dalam penggunaan KBLBB. Produk Home Charging Services merupakan produk layanan satu pintu bagi pelanggan yang melakukan transaksi pembelian KBLBB di penyedia KBLBB yang bekerja sama dengan PLN.

Hasil riset dari berbagai lembaga menunjukkan, penjualan mobil listrik naik 46 persen pada 2020. Hal ini berbanding terbalik dengan mobil konvensional yang justru penjualannya menurun hingga 14 persen.

Berdasarkan peta jalan yang disusun Kementerian ESDM, potensi jumlah kendaraan listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 2,2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik dengan 31.859 unit SPKLU. Jumlah kendaraan listrik ini diharapkan bisa menekan impor BBM sekitar enam juta kiloliter pada tahun tersebut. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat