Wisatawan berjalan-jalan di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Selasa (2/11/2021). Berdasarkan pengalaman, peningkatan mobilitas membuat masyarakat mengabaikan protokol kesehatan. | Wihdan Hidayat / Republika

Tajuk

Akhir Tahun, Prokes Jangan Kendur!

Berdasarkan pengalaman, peningkatan mobilitas membuat masyarakat mengabaikan protokol kesehatan.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 meminta destinasi wisata dibuka terbatas pada waktu libur Natal dan tahun baru. Pembatasan pembukaan tempat wisata itu untuk mengantisipasi peningkatan mobilitas masyarakat.

Berdasarkan pengalaman masa libur panjang sebelumnya, peningkatan mobilitas membuat masyarakat mengabaikan protokol kesehatan. Kondisi ini mengakibatkan penularan virus korona. 

Seusai libur panjang Lebaran tahun ini dan tahun lalu, kasus positif harian Covid-19 bertambah selepas periode liburan. Hal serupa terjadi saat libur Natal dan tahun baru pada tahun lalu. Penambahan kasus positif Covid-19 kerap terjadi pascamomen liburan.

Apalagi, masyarakat kita sudah lebih dari 1,5 tahun mengalami penjarakan sosial dan fisik. Ketika saat ini pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagian besar wilayah, membuat euforia warga.

 

 
Berdasarkan pengalaman masa libur panjang sebelumnya, peningkatan mobilitas membuat masyarakat mengabaikan protokol kesehatan. Kondisi ini mengakibatkan penularan virus korona.
 
 

 

Sejatinya, tak menimbulkan masalah jika kepergian masyarakat ke destinasi wisata itu tertib pada protokol kesehatan. Masker tetap dikenakan, jarak dijaga dalam suatu kerumunan. Namun, kondisi patuh pada prokes ini tak sepenuhnya diterapkan.

Euforia yang terjadi seakan pandemi Covid-19 sudah berakhir. Padahal, negara tetangga, seperti Singapura sedang mengalami lonjakan kasus positif Covid-19, demikian pula sejumlah negara Eropa.

Irlandia, sebagai contoh, mencatatkan 3.726 kasus Covid-19 per Selasa (2/11). Ini kasus tertinggi sejak lonjakan terakhir pada Januari 2021. Catatan kasus positif ini juga kenaikan signifikan bila dibandingkan data per Juni 2021.

Padahal, pada Juni lalu, rata-rata kasus positif di angka 300-400 kasus. Kondisi serupa dialami Belanda. Jumlah infeksi terus menunjukkan peningkatan. Otoritas Belanda kembali menerapkan pembatasan perjalanan dan anjuran pemakaian masker.

Sebelumnya, Belanda mengizinkan perjalanan dengan persyaratan menunjukkan kartu telah divaksin.  Vaksinasi digencarkan, tapi prokes seperti pemakaian masker dikendurkan, membuahkan penyebaran Covid-19. Serangan gelombang ketiga mengancam.

Persebaran Covid-19 di wilayah Eropa dan beberapa negara tetangga, tentu mengkhawatirkan. Waswas bahwa kita bakal mengalami serangan gelombang ketiga sebagaimana mereka alami merupakan kekhawatiran yang wajar.

Kecemasan ini mengingat pada saat bersamaan pemerintah membuat pelonggaran perjalanan bagi wisatawan dari luar negeri. Kendati begitu,  wisatawan asing tersebut mesti menjalani proses karantina yang ketat.

 
Persebaran Covid-19 di wilayah Eropa dan beberapa negara tetangga, tentu mengkhawatirkan. Waswas bahwa kita bakal mengalami serangan gelombang ketiga sebagaimana mereka alami merupakan kekhawatiran yang wajar.
 
 

Namun, sistem yang sangat bagus jika tak diiringi petugas yang taat aturan memungkinkan kebocoran. Faktor manusia sebagai pelaksana, tak bisa disepelekan. Pelajaran berharga mesti kita ambil dalam kasus kaburnya selebgram, yang semestinya menjalani masa karantina selepas dari perjalanan ke luar negeri.

Tak heran bila sebagian pihak mengkhawatirkan libur Natal dan tahun baru  mendatang bisa menjadi lubang bagi persebaran Covid-19, mengingat tingkat kedisiplinan masyarakat terhadap prokes yang tak konsisten.

Para pemangku kepentingan mesti menyiapkan langkah sekaligus eksekusi program konkret, yang dapat mencegah gelombang ketiga serangan Covid-19 sebagai dampak dari libur panjang akhir tahun.

Edukasi dan pemahaman masyarakat terhadap ancaman peningkatan kasus positif kala libur panjang Natal dan tahun baru  mesti dibuatkan. Apalagi, libur akhir tahun ini sudah jelas kapan waktunya. Tidak ada lagi kelengahan dalam mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19, mengingat hitung mundur menuju libur akhir tahun ini begitu nyata.

Kita tidak bisa memastikan, apakah virus bermutasi yang memungkinkan penularan kian cepat atau tidak. Untuk itu, vaksinasi untuk menciptakan kekebalan masyarakat dari penyebaran Covid-19 harus diteruskan. Namun, disiplin prokes jangan kendur. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat