Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Khazanah

Kisah Seorang Pejuang Iman

Betapa bersih hati Ibn Najjar sebagai pejuang iman.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Seorang penduduk kampung menjadi penting karena direkam kisahnya oleh Allah SWT dalam Alquran.

Para ulama tafsir menyebutkan namanya Ibn Najjar, sekalipun Alquran hanya menyebutkan dengan istilah “rajulun” (seorang laki-laki) dalam bentuk “nakirah” (implisit) untuk menunjukkan keagungannya. Bahwa orang tersebut bukan sembarang orang, melainkan ia mempunyai kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. 

Alquran meggammbarkan perjuangannya dengan sangat dramatis dalam surah Yasin: 20-27. Dikatakan bahwa ia bergegas dari ujung kota “aqshal madiitanti”, ini menunjukkan bahwa ia datang dari jarak yang sangat jauh dengan penuh semangat.

Kata “yas’aa” memberikan kesan bahwa ia bersungguh-sungguh untuk mengajak kaumnya beriman kepada Allah SWT. Ajakan yang ia serukan “ittabi’ul mursaliin” (ikutilah para rasul). Bahwa ia datang bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk keselamatan kaumnya agar mereka beriman kepada para rasul yang Allah utus.

Ditegaskan juga bahwa para rasul itu datang dengan penuh keikhlasan, bukan untuk menguasai harta mereka seperti yang mereka sangkakan “ittabi’uu man laa yas’alukum ajran wa hum muhtaduun”. 

Ibn Najjar memberikan alasan bahwa para rasul itu hanya mengajak beriman kepada Allah pencipta seluruh manusia. Sudah barang tentu aku wajib beriman kepada yang menciptakan aku, kata Ibn Najjar: “wama liya laa a’budulladzii fatharani” (apa alasanku untuk tidak menyembah Tuhan yang menciptakanku)?

Apalagi aku pasti kelak akan menghadap kepada-Nya, untuk mempertanggungjawabkan semua amalku. Katanya lebih lanjut: “wa ilahi turja’uun”. Sebuah pernyataan yang sangat kuat, memberikan entakan bahwa tidak ada alasan keculi harus beriman kepada Allah Sang Pencipta.

 
Apalagi aku pasti kelak akan menghadap kepada-Nya, untuk mempertanggungjawabkan semua amalku.
 
 

Di puncak kesaksian tersebut, Ibn Najjar dengan lantang berkata kepada kaumnya: “innii aamantu birabbikum fasma’uuni” (Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu, maka dengarkanlah).

Ini untuk menunjukkan bahwa ia sendiri telah melaksanakan apa yang ia serukan. Seakan ia mengatakan: saksikan aku telah beriman, ayo kamu semua ikut beriman agar kita semua selamat. Namun sayang kaumnya seketika membunuhnya. Ibn Najjar langsung mati syahid.

Dalam kematiannya, Allah SWT langsung menyambutnya masuk surga “qiilad khulil jannah” (ayo masuklah surga). Di dalam surga Ibn Najjar melihat betapa agung kemuliaan yang Allah berikan kepadanya.

Seketika ia teringat kondisi kaumnya di dunia yang masih belum beriman. Dengan penuh kesedihan ia masih berharap agar kaumnya beriman, supaya kelak bisa bersamanya di di surga, “yaa laita qaumiy ya’lamuun” (alangkah indahnya jika kaumku mengetahui apa yang aku alami berupa ampunan dan kemulian yang aku dapatkan).

Betapa bersih hati Ibn Najjar sebagai pejuang iman.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat