Murid perempuan dan guru berunjuk rasa di dalam sekolah swasta menuntut hak mendapat pendidikan di Kabul, Afghanistan, Selasa (5/10/2021). | AP/Ahmad Halabisaz

Internasional

Warga Afghanistan Berbondong Membuat Paspor

Ratusan warga Afghanistan berbondong-bondong datang ke kantor imigrasi untuk membuat paspor.

KABUL -- Ratusan warga Afghanistan berbondong-bondong datang ke kantor imigrasi untuk membuat paspor di Kabul pada Rabu (6/10). Mereka memadati kantor imigrasi sehari setelah pejabat Taliban mengumumkan akan kembali menerbitkan paspor.

Para pejabat Taliban mengatakan,  layanan pembuatan paspor mulai dibuka pada Sabtu (9/10). Sebelumnya, penerbitan paspor ditangguhkan sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus lalu.

Seorang warga Afghanistan, Mahir Rasooli menemui banyak kendala ketika hendak membuat paspor. Dia mengatakan, sistem pembuatan paspor tidak berfungsi dan tidak ada petugas yang memberikan arahan.

"Saya datang untuk mendapatkan paspor. Tapi, seperti yang Anda lihat di sini, ada banyak masalah, sistemnya tidak berfungsi. Tidak ada pejabat yang menjawab pertanyaan kami di sini untuk memberi tahu kami kapan harus datang. Orang-orang bingung," ujar Rasooli.

Prospek ekonomi yang suram mendorong Rasooli untuk membuat paspor dan pergi melintasi negara lain. Dia ingin memiliki masa depan yang baik untuk anak-anaknya. “Tidak ada pekerjaan dan situasi ekonomi tidak terlalu baik, jadi saya ingin memiliki masa depan yang baik untuk anak-anak saya,” kata Rasooli.

Pejabat Taliban sebelumnya telah mengumumkan bahwa pembuatan paspor akan dimulai pada Sabtu pekan ini. Pembuatan paspor hanya ditujukan bagi warga yang sudah mengajukan aplikasi sebelumnya.

photo
Sofia menenangkan anaknya, Abdul (2 tahun) yang mengalami malnutrisi di RS Anak Indira Gandhi di Kabul, Afghanistan, Selasa (5/10/2021). - (AP/Felipe Dana)

Kerumunan warga berdesakan di depan penghalang beton besar, sambil mengacungkan dokumen kepada seorang pejabat yang berdiri di atasnya. Pejabat itu mendesak mereka untuk pulang  dan kembali ke kantor pengajuan paspor pada Sabtu.

"Saya ke sini untuk mendapatkan paspor, tapi sayangnya saya tidak bisa. Saya tidak tahu apa yang harus kita lakukan dalam kondisi ini," ujar seorang warga, Ahmad Shakib Sidiqi. 

Sidiqi mengatakan, dia membutuhkan paspor untuk menemani anggota keluarganya mendapatkan perawatan medis ke Pakistan. Keluarganya harus pergi ke Pakistan karena sistem perawatan medis di Afghanistan semakin buruk.

“Kami harus meninggalkan Afghanistan. Ini adalah situasi yang buruk di Afghanistan, tidak ada pekerjaan di sini. Ini bukan kondisi yang baik bagi kita untuk menjalankan hidup," kata Sidiqi. Kemiskinan dan kelaparan telah memburuk sejak Taliban mengambil alih Afghanistan. Negara tersebut sebelumnya yang telah menderita kekeringan dan pandemi Covid-19.

PBB mengatakan, setengah juta warga Afghanistan telah mengungsi dalam beberapa bulan terakhir. Jumlah itu akan bertambah jika layanan kesehatan, sekolah, dan ekonomi memburuk. PBB juga mengatakan sekitar 3,2 juta balita di Afghanistan diprediksi menderita kekurangan gizi akut pada akhir tahun ini. Tanpa perawatan dan tindakan segera, setidaknya satu juta di antaranya berisiko meninggal.

Hal itu diungkap setelah perwakilan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) di Afghanistan, Hervé Ludovic De Lys, dan Direktur Program Pangan Dunia (WFP) di Afghanistan, Marry-Ellen McGroarty, mengunjungi kota Herat pada Selasa (5/10). Mereka bertemu sejumlah ibu rumah tangga, salah satunya Jahan Bibi.

Bibi tak dapat lagi menyusui putrinya yang berusia 18 bulan. Saat ini anaknya tengah dirawat di Rumah Sakit Wilayah Herat karena mengalami kekurangan gizi akut. “Kami tak punya makanan di rumah. Kami menjual segalanya untuk membeli makanan, tapi saya hampir tidak makan apa-apa. Saya lemah dan saya tidak punya susu untuk anak saya,” katanya saat berbicara dengan De Lys dan McGroarty, dikutip laman UN News.

De Lys mengungkapkan, semakin banyak keluarga di Afghanistan yang berjuang menyediakan makanan. Kesehatan gizi ibu dan anak-anak semakin buruk dari hari ke hari. “Anak-anak semakin sakit dan keluarga mereka semakin tidak bisa mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Wabah campak dan diare akut yang menyebar dengan cepat hanya akan memperburuk situasi,” ucapnya.

Menurut survei WFP, sebanyak 95 persen rumah tangga di Afghanistan tidak mengonsumsi cukup makanan. Orang dewasa makan lebih sedikit atau bahkan tak makan agar anak-anak mereka bisa makan lebih banyak.

“Kecuali kita turun tangan sekarang, malnutrisi hanya akan menjadi lebih parah. Komunitas internasional harus mengeluarkan dana yang mereka janjikan beberapa minggu lalu, atau dampaknya tidak dapat diubah,” ujar McGroarty.

Sejak awal tahun 2021, WFP telah memberikan bantuan pangan dan gizi untuk menyelamatkan hidup 8,7 juta orang di Afghanistan. Bantuan itu termasuk pengobatan dan pencegahan gizi buruk bagi hampir 400 ribu ibu hamil dan menyusui serta 790 ribu balita.

Hampir empat juta orang dicapai pada bulan September saja. Selain itu, tahun ini, lebih dari 210 ribu anak dengan malnutrisi akut parah diberikan perawatan menyelamatkan jiwa melalui layanan yang didukung UNICEF. Makanan terapeutik siap pakai untuk lebih dari 42 ribu anak dan susu terapeutik untuk 5.200 anak, juga dikirimkan ke mitra UNICEF, dalam delapan pekan terakhir.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat