Seorang wisudawati mengikuti acara wisuda Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah secara daring dari kediamannya di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (28/8/2021). | ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal

Opini

Pendidikan Indonesia 2045

Bidang pendidikan tetap harus juga menghadirkan peran teknologi, supaya pendidikan Indonesia semakin maju.

FUNGKI FEBIANTONI, Dosen Universitas Negeri Yogyakarta

Berbicara 2045, pasti akan membahas bonus demografi. Pada tahun itu, demografi masyarakat Indonesia naik signifikan terutama pada usia produktif, yaitu bisa disebut usia remaja sampai dewasa jumlahnya sangat banyak.

Untuk itu, perlu persiapan sehingga bonus demografi memberikan keuntungan. Apabila usia produktif tak dipersiapkan akan menambah beban negara, misalnya, fakta saat ini banyak anak muda usia produktif masih menjadi pengangguran bahkan di kalangan sarjana.

Ini menjadi catatan karena lebih banyak masalah pengangguran di usia produktif pada masa depan. Salah satu bidang utama yang bertanggung jawab adalah pendidikan, harus menyiapkan usia produktif untuk memiliki kompetensi dan pengetahuan.

Pada 2019, ada peristiwa penting, yaitu dipilihnya Nadiem Makarim sebagai menteri pendidikan dengan latar belakang bukan dari bidang pendidikan, melainkan teknologi. Ini catatan penting dalam sejarah pendidikan.

 
Pada 2019, ada peristiwa penting, yaitu dipilihnya Nadiem Makarim sebagai menteri pendidikan dengan latar belakang bukan dari bidang pendidikan, melainkan teknologi. Ini catatan penting dalam sejarah pendidikan.
 
 

Dalam hal ini, perlu digali pesan dan kaitannya dengan 2045. Pertama, dipilihnya Nadiem merupakan simbol teknologi akan masuk dan berperan dalam pendidikan. Selama ini peran teknologi kurang, selain infrastrukturnya belum memadai, SDM-nya belum siap.

Kedua, harus ada kemudahan mengakses pendidikan karena prinsip teknologi adalah kemudahan dan mempermudah, seperti mobil memberikan kemudahan untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya dengan jarak cukup jauh.

Berangkat dari dua hal di atas, pemilihan menteri pendidikan berlatar belakang teknologi penting karena ini menjadi awal bagi bidang pendidikan tumbuh dan berkembang. Buktinya, saat pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia.

Iklim proses pendidikan berubah total, proses pembelajaran tatap muka di kelas tidak bisa dilakukan. Cara mengajar guru berubah dan sarana prasana pendidikan seakan tidak berfungsi lagi. Akhirnya, yang dapat membantu proses pendidikan adalah teknologi.

Proses pembelajaran berjalan walaupun secara daring, yaitu melalui Zoom ataupun Whatsapp. Meski demikian, teknologi pembelajaran tersebut bukan atas karena dipilihnya Nadiem sebagai menteri pendidikan.

 
Artinya, bidang pendidikan tetap harus juga menghadirkan peran teknologi, supaya pendidikan Indonesia semakin maju. Atau bisa diartikan, pandemi Covid-19 ini menjadi ujian pertama pentingnya teknologi.
 
 

Jika melihat faktanya, Nadiem baru dipilih dan hampir bersamaan lalu terjadi pandemi Covid-19. Artinya, dipilihnya Nadiem atau entah siapa pun, pasti juga menggunakan media teknologi, seperti Zoom dan Whatsapp tadi karena sudah ada sebelumnya.

Artinya, bidang pendidikan tetap harus juga menghadirkan peran teknologi, supaya pendidikan Indonesia semakin maju. Atau bisa diartikan, pandemi Covid-19 ini menjadi ujian pertama pentingnya teknologi.

Dengan ini, masyarakat Indonesia harus menerima dulu langkah awal ini bahwa teknologi penting bagi pendidikan. Lalu, apa kaitannya dengan bonus demografi 2045?

Saat semua legawa menerima teknologi berperan dalam pendidikan, langkah keduanya adalah masterplan pendidikan dapat dilakukan, yaitu pertama, tahun per tahun ada dana anggaran untuk pembangunan infrastruktur jaringan internet di seluruh Indonesia.

Tidak perlu sekaligus dibangunnya, tetapi setiap tahunnya ada progres. Langkah ketiga, menganggarkan pula untuk SDM, yaitu pelatihan kompetensi guru untuk menyiapkan pembelajaran berbasis teknologi.

Artinya, guru tidak boleh gagap teknologi lagi, penguasaan aplikasi-aplikasi belajar itu sudah harus menjadi makanan sehari-hari.

 
Artinya, guru tidak boleh gagap teknologi lagi, penguasaan aplikasi-aplikasi belajar itu sudah harus menjadi makanan sehari-hari.
 
 

Maka itu, jika hal tersebut dapat dilakukan bukan tidak mungkin kualitas dan kompetensi SDM di usia produktif pada 2045 mampu menghadapi zamannya. Karena akses belajar mudah dan setiap anak dearah mana pun dapat menerima materi dan belajar dengan mudah.

Artinya, kesempatannya sama, baik di kota maupun di desa karena ditunjang pembangunan infrastruktur jaringan internet yang tersebar di seluruh Indonesia. Sehingga pada kondisi normal di masa depan jika pandemi Covid-19 terkendali, anak yang dekat sekolah dapat belajar di sekolah, anak yang jauh dari sekolah bisa mengakses pembelajaran dengan media teknologi karena jaringan internet tersedia.

Nantinya, ada sistem campur dalam menunjang proses pembelajaran, yaitu langsung tatap muka atau tidak langsung melalui teknologi.

Dengan sistem ini, bukan tidak mungkin kompetensi keterampilan anak akan jauh lebih meningkat karena belajarnya tidak harus datang ke sekolah, pembelajaran di sekolah dapat diikuti bersamaan dengan pelatihan keterampilan di tempat lain.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat