Kendaraan melintas usai pembukaan penyekatan jalan di kawasan simpang Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumat (1/10/2021). Pengetatan aktivitas masyarakat akan melihat perkembangan kasus Covid-19 di lapangan. | Wihdan Hidayat / Republika

Nasional

Mobilitas Tinggi, Pengetatan Melihat Perkembangan

Pengetatan aktivitas masyarakat akan melihat perkembangan kasus Covid-19 di lapangan.

JAKARTA –  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kembali terjadinya kenaikan mobilitas masyarakat sepanjang September 2021. Kenaikan mobilitas ini seiring dengan adanya sejumlah pelonggaran kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sedang diterapkan pemerintah.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, data mobilitas masyarakat diolah dari data Covid-19 Community Mobility Reports oleh Google. Data mobilitas yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan periode 3-6Januari 2020 di mana Covid-19 belum melanda Indonesia.

Di tempat perdagangan retail dan rekreasi pada September 2021, mobilitas masyarakat tercatat -2,7 persen dari kondisi normal. Angka tersebut menunjukkan perbaikan dari bulan Agustus yang sebesar -12,4 persen.

Adapun pergerakan masyarakat di tempat belanja kebutuhan sehari-hari sudah dalam kondisi normal. Tercatat mobilitasnya mencapai 20,2 persen, naik dari bulan sebelumnya yang hanya 15,5 persen. “Tempat belanja bahkan jauh lebih baik dari kondisi sebelum pandemi,” kata Margo dalam konferensi pers, Jumat (1/10).

Sementara untuk mobilitas di taman tercatat -8,9 persen, naik dari Agustus yang mencapai -15 persen. Begitu pula di tempat transit, di mana mobilitas masyarakat tercatat -28,4 persen dari situasi normal, jauh lebih baik dari mobilitas di tempat transit bulan Agustus yang -37,4 persen.

Di tempat kerja, Margo menyampaikan, data menunjukkan mobilitas para pekerja di tempat kerja tercatat -16,6 persen. Di bulan sebelumnya, mobilitas di tempat kerja masih -22,8 persen.

Adapun untuk kegiatan di rumah tercatat turun dari 9,7 persen di bulan Agustus menjadi 6,5 persen pada bulan September. Penurunan kegiatan di rumah sejalan dengan aktivitas masyarakat yang mulai meningkat di berbagai tempat publik.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, pengetatan aktivitas masyarakat akan melihat perkembangan kasus Covid-19 di lapangan. Aktivitas masyarakat yang saat ini meningkat signifikan terus diwaspadai dan dipantau untuk tetap memastikan Covid-19 terkendali.

“Dalam masa hidup berdampingan dengan Covid-19 ini, pengetatan pelonggaran akan terus dilakukan menyesuaikan dengan data yang riil di lapangan, sehingga sensitivitas terhadap lingkungan sangat diperlukan,” kata Wiku.

Menurut dia, perilaku untuk terus disiplin dan ketat melaksanakan protokol kesehatan menjadi modal utama dalam hidup berdampingan dengan Covid-19. Masyarakat diminta tetap konsisten dan taat melakukan protokol kesehatan hingga menjadi kebiasaan baru yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.

Wiku Adisasmito mengingatkan masyarakat agar mewaspadai terjadinya kenaikan kasus pasca diselenggarakannya kegiatan besar selama pandemi Covid-19 masih terjadi di Indonesia. Ia menekankan agar tren penurunan kasus yang terjadi saat ini harus disikapi dengan bijak dan berhati-hati.

"Tugas besar kita untuk menjaganya agar terus turun harus diupayakan dengan tidak gegabah dalam melakukan kegiatan sosial ekonomi meskipun pelonggaran telah diberlakukan," jelas Wiku saat konferensi pers.

Karena itu, ia meminta agar masyarakat turut belajar dari pola kenaikan kasus yang hampir selalu terjadi pasca diselenggarakannya kegiatan besar. Kenaikan kasus pertama terjadi pada periode Idul Fitri 2020.

Meskipun saat itu berlaku peraturan PSBB dan mudik ditiadakan, namun periode itu tetap meningkatkan kasus hingga 214 persen. Sehingga kasus meningkat dua minggu pasca Idul Fitri dan kenaikannya bertahan selama 7 minggu.

Kemudian, kenaikan kasus yang menjadi puncak pertama Covid-19 di Indonesia terjadi selama November 2020 hingga Januari 2021. Kenaikan ini terjadi akibat event kolektif yang dimulai dari 17 Agustus, Maulid Nabi 28-29 Oktober, serta Natal dan Tahun Baru 2021.

photo
Petugas Dinas Perhubungan mengatur lalu-lintas saat pembukaan penyekatan jalan di kawasan simpang Tugu Pal Putih, Yogyakarta, Jumat (1/10/2021). Hampir tiga bulan kawasan Tugu atau akses Jalan Margo Utomo dilakukan penyekatan. Dengan turunnya status Yogyakarta menjadi PPKM Level 3 penyekatan mulai dicabut. - (Wihdan Hidayat / Republika)

"Adanya rentetan event besar ini juga tidak didukung oleh kebijakan pembatasan yang sesuai di mana saat itu berlaku PSBB transisi. Akibatnya, kenaikan kasus terjadi sebesar 389 persen dan bertahan hingga 13 minggu sebelum akhirnya dapat turun," jelas dia.

Setelah puncak pertama, kasus sempat mengalami penurunan selama 15 minggu sebelum akhirnya melonjak kembali. Lonjakan ini terjadi pasca Idul Fitri 2021, di mana aturan peniadaan mudik telah diberlakukan. Menurut Wiku, peniadaan mudik ini berhasil mencegah sebagian besar masyarakat untuk tidak mudik.

Namun, kegiatan berkumpul bersama keluarga pada satu wilayah yang sama atau wilayah aglomerasi tetap dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Wiku menilai, hal ini terjadi karena masyarakat merasa aman dengan penurunan kasus selama 15 minggu berturut-turut pasca lonjakan pertama.

Selain itu, adanya varian delta yang juga telah menyebar luas di sebagian besar negara, termasuk Indonesia semakin meningkatkan potensi penularan karena tingginya mobilitas pada periode ini. Akibatnya, kasus mengalami kenaikan hingga 880 persen dan bertahan selama 8 minggu.

"Kenaikan di lonjakan kedua ini lebih singkat daripada lonjakan kasus pertama, di mana lonjakan pertama bertahan 13 minggu, sedangkan lonjakan kedua ini bertahan hanya 8 minggu," kata Wiku.

Wiku menilai, kondisi ini dapat terjadi karena kemampuan, kesadaran, dan respon kolektif antara seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah dalam penanganan Covid-19 sehingga lonjakan kasus yang terjadi dapat segera ditangani dengan cepat dan kasus dapat segera turun.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat