Warga berwisata ke Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. | Republika/Mahmud Muhyidin

Opini

Bisnis Dekarbonisasi di Kebun Raya

Sepatutnya, menjaga kebun raya sebagai pusat konservasi mendapat prioritas.

HERY HAERUDIN; Pekerja Riset Energi di BUMN, Anggota Dewan Pakar IABIE

Ketika kecil, saya bisa menyaksikan kawanan kelelawar besar setiap sore dan pagi menutup sebagian langit di atas Kota Bogor, Jawa Barat. Bayang-bayang hitam bergerak ke berbagai arah pada sore hari dan menuju Kebun Raya Bogor pada pagi hari.

Kawanan itu, oleh warga Bogor disebut kalong (Pterocarpus edulis). Namun, anak-anak di Bogor saat ini, tidak bisa lagi menyaksikan kawanan kalong bergerak ke berbagai arah di langit Kota Bogor saat sore hari.

Kebun dan tanaman buah di kaki Gunung Salak, Gunung Pangrango, dan Gunung Gede yang menjadi sasaran kawanan kalong, mungkin sebagian sudah hilang dan berganti menjadi bangunan. Kebun Raya Bogor sebagai ”rumah” kalong kian diimpit hiruk-pikuk lalu lintas.

Sekarang, di sekeliling Kebun Raya malah sudah berdiri banyak hotel. Pada akhir 1980-an, kegaduhan muncul ketika satu pusat perbelanjaan dibangun dekat salah satu pintu gerbang Kebun Raya.

Penyebabnya, konon akar pepohonan di Kebun Raya sudah jauh menyeberangi jalan di sekitarnya sehingga pembangunan gedung tinggi bisa merusak ujung-ujung akar mereka.

 

 
Sekarang, di sekeliling Kebun Raya malah sudah berdiri banyak hotel. Pada akhir 1980-an, kegaduhan muncul ketika satu pusat perbelanjaan dibangun dekat salah satu pintu gerbang Kebun Raya.
 
 

 

Kalong sekarang sudah hilang, entah karena bising dan polusi atau juga karena kebun buah di sekitar sudah tidak ada lagi. Atau bahkan, kombinasi keduanya. Ini seolah pertanda dari alam yang semestinya disikapi warga Bogor, khususnya.

Konservasi dan dekarbonisasi

Selain milik warga Bogor, Kebun Raya Bogor dan koleksinya milik dunia. Kebun raya merupakan kebun konservasi untuk berbagai tanaman langka, bahkan tempat mula tanaman sawit ditanam dan dibibitkembangkan sebelum jadi industri besar penyumbang devisa.

Sebagai kebun konservasi, lingkungan Kebun Raya perlu dijaga untuk menjaga habitat, serta iklim dalam kebun terjaga. Mungkin masih banyak koleksi tanaman lain di Kebun Raya yang dalam 30-50 tahun mendatang, bahkan berpotensi menyaingi komoditas minyak sawit.

Pemanfaatan Kebun Raya Bogor untuk keperluan edukasi atau bahkan wisata, sebaiknya ditempatkan pada prioritas terakhir jika kita masih menjadikan Kebun Raya Bogor dan beberapa kebun raya lainnya sebagai pusat konservasi.

Banyak koleksi tanaman yang mungkin saat ini bahkan sulit ditemukan di habitat aslinya di hutan Kalimantan dan Sumatra, akan dengan lebih mudah ditemukan dan dipelajari pengembangannya di sana.

Dalam perspektif perlindungan lingkungan untuk menghadapi perubahan iklim, hutan dan penghutanan kembali (reforestasi) menjadi salah satu usaha paling efisien dalam dekarbonisasi.

Untuk Indonesia, bahkan skema terkait perlindungan hutan dan pemanfaatannya menjadi salah satu kekuatan di kancah global dalam diplomasi terkait perubahan iklim.

 
Dalam perspektif perlindungan lingkungan untuk menghadapi perubahan iklim, hutan dan penghutanan kembali (reforestasi) menjadi salah satu usaha paling efisien dalam dekarbonisasi.
 
 

Konferensi Perubahan Iklim PBB di Glasgow, Skotlandia, November 2021, bisa menjadi momentum Indonesia menunjukkan upaya dekarbonisasi. Sepatutnya, menjaga kebun raya sebagai pusat konservasi mendapat prioritas.

Perusahaan teknologi bahkan menjadikan isu dekarbonisasi dan perdagangan karbon sebagai pendapatan. Hingga Juni 2021, Tesla meraup penerimaan dari carbon credit 354 juta dolar AS. Sekitar 273 miliar dolar AS kredit diperdagangkan secara global tahun lalu.

Menjadikan kebun raya sebagai tempat wisata, yang dikaitkan dengan usaha penyediaan dana untuk perawatan dan pengembangannya, boleh saja dilakukan.

Namun, model bisnis dikembangkan perlu secara kreatif memanfaatkan isu terkini terkait dekarbonisasi, carbon pricing, dan lainnya. Karena itu, jumlah pengunjung semestinya bukan menjadi ukuran atau target dalam memperoleh pendapatan.

Demikian juga, dengan jendela waktu bagi pengunjung untuk bisa menikmati kebun raya sebaiknya dibatasi, agar lingkungan terjaga sesuai iklim mikro yang dibutuhkan oleh berbagai tanaman yang menjadi koleksi.

Pembatasan waktu berkunjung juga ditujukan untuk memulihkan kondisi alaminya. Pada malam hari, semestinya kawasan kebun raya tertutup bagi siapa pun.

 
Perawatan kebun raya sebagai pusat konservasi selaras dengan usaha Indonesia memenuhi target net zero emission dan dekarbonisasi pada masa depan.
 
 

Sebagai penutup, kehilangan kalong dari pandangan pada pagi dan sore hari di langit Kota Bogor semestinya menjadi indikator besar untuk perubahan iklim dan lingkungan yang terjadi.

Perawatan kebun raya sebagai pusat konservasi selaras dengan usaha Indonesia memenuhi target net zero emission dan dekarbonisasi pada masa depan.

Potensi ekonomi dari berbagai koleksinya yang saat ini mungkin masih dalam fase riset dan pengembangan harus dirawat. Menjaga keberlangsungan koleksi ini untuk dirawat dan bisa dimanfaatkan pada masa mendatang, menjadi kebutuhan bersama.

Untuk itu, perlu dibuka kemungkinan kontribusi pihak luar, terutama perusahaan-perusahaan, dihargai sebagai bagian dari bukti nyata climate action dan diperhitungkan sebagai kredit dalam usaha dekarbonisasi perusahaannya.

Mungkin Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai induk dari setidaknya empat kebun raya di Indonesia, dapat merumuskan mekanisme perdagangan karbon yang dikaitkan dengan riset dan konservasi tanaman di Indonesia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat