Paparan tentang Orang Tua Berkarya | Youtube

Bodetabek

'Orang Tua Berkarya' dari Hasil Manfaatkan Barang Sisa

'Orang Tua Berkarya' merupakan kegiatan tahunan bagi wali murid di Erudio Indonesia.

Sebuah lukisan dengan kombinasi warna merah, kuning, biru, hijau, oranye, hitam, dan emas dipamerkan secara virtual. Lukisan berbentuk wajah manusia itu bernama It’s Ok. Dengan warna yang beragam, sang pelukis Ina Hasyim menggambarkan pemikiran, perbedaan tujuan, dan penyampaian.

Dia juga sekaligus menyampaikan makna dukungan terhadap anak-anaknya, yang berani mengambil keputusan besar, untuk masuk ke Sekolah Erudio Indonesia. Sekolah setingkat SMA ini berlokasi di Gunung Sindur Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

It’s okay to be differet, don’t worry because you’re happy now,” ujar Ina dalam perhelatan pameran virtual Orang Tua Berkarya, berjudul ‘Tumbuh Kembang’ yang diselenggarakan oleh Sekolah Erudio Indonesia melalui Youtube pada Ahad (5/9).

Ina merupakan salah satu dari 17 orang tua siswa Sekolah Erudio Indonesia, yang mengikuti pameran Orang Tua Berkarya tahun ini. Ina yang berprofesi sebagai dokter gigi, ini mengaku terkejut ketika diminta untuk membuat sebuah karya seni untuk pameran virtual tersebut.

Dengan latar belakang kisah anaknya yang memutuskan menempuh pendidikan di Sekolah Erudio Indonesia, Ina menuangkan pemikirannya melalui warna dan desain di atas kanvas 30 x 40 sentimeter (cm). Kemudian, karya itu dipresentasikan bersama orang tua murid yang lain.

Orang Tua Berkarya merupakan kegiatan tahunan bagi wali murid di Erudio Indonesia. Para orang tua siswa ditantang untuk membuat proyek atau karya seni. Sekolah Erudio Indonesia dulunya dikenal sebagai Erudio School of Art dan Erudio School of Science, Erudio Indonesia.

Kurator Orang Tua Berkarya tahun ini, Nin Djani merupakan penulis dan pekerja kreatif lintas seni di Jakarta. Nin menyampaikan, proyek Orang Tua Berkarya tahun ini menbutuhkan waktu delapan pekan. Selama itu, sebanyak 17 orang tua siswa menjalani dinamika proses pameran. Mulai dari pencarian gagasan, produksi karya, hingga persiapan mempresentasikannya pada publik.

“Pada akhirnya rangkaian proses ini bukan merupakan usaha meng-karbit-kan, justru sebaliknya, pameran ini menjadi sebuah eksplorasi serta transisi. Sebuah perjalanan tumbuh orang tua dalam memahami buah hati dan dunia seni tempat mereka berada,” ujar Nin menjelaskan.

Selain lukisan It’s Ok milik Ina, ada juga sejumlah orang tua yang memanfaatkan barang bekas, seperti sampah plastik dan sampah tekstil. Salah satunya, Lulu Dayina, yang mengusung karya Plastic Bag Art Recycled.

Memanfaatkan kantong plastik di rumah, Lulu mengepang barang sisa tersebut untuk dibentuk menjadi sebuah tas. Dia mengaku, mendapat ide tersebut melalui Pinterest.

“Ini sangat membantu menjaga bumi kita dan makhluk hidup di bumi. Tidak hanya kantong plastik, tapi masih banyak plastik-plastik dalam bentuk lain yang bisa kita manfaatkan agar tidak terbuang di tempat yang salah,” ucap Lulu.

Sama halnya dengan Lulu, Rico dan Firgiza membuat karya bernama Melindungi Bumi dengan Kreasi. Keduanya ingin mengangkat masalah sampah, khususnya plastik, yang saat ini sudah menjadi salah satu isu di seluruh penjuru dunia.

Ketika Lulu membuat tas dari kantong plastik, Rico dan Firgiza memfokuskan diri pada sampah plastik berupa jeriken dan botol plastik bekas minuman kemasan. Saling bekerja sama, keduanya menyulap jeriken dan botol plastik bekas itu menjadi pot yang dilukis.

Sementara itu, di karya From Nothing to Something, Britt Hermawan dan Mochamad Fachri fokus pada limbah fashion. Sebagai rasa sayangnya terhadap bumi, Britt dan Fachri berinisiatif untuk membuat karya upcycle dari sisa bahan-bahan tekstil yang didapat produsen tekstil.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Erudio Indonesia (erudio.indonesia)

Kemudian, mereka menjahitnya menjadi masker kain, atasan wanita, rok, dan tempat tusukan jarum.  Sekitar 10 persen dari hasil penjualan produk tersebut akan didonasikan kepada panti asuhan di Jakarta Selatan.

Di luar itu, beberapa orang tua murid juga memanfaatkan isu pandemi Covid-19. Salah satunya, pasangan suami istri Theo dan Irma yang membuat dua karya, yaitu kolase pandemi Covid-19 dan foto alat seduh kopi dan teh. Keduanya menekuni minatnya pada fotografi selama #dirumahsaja.

Theo dan Irma mendapat inspirasi dari suasana tidak menyenangkan selama pandemi Covid-19, yang diterimanya dari media cetak, media sosial, dan televisi.

“Berita-berita itu buat kita stres dan depresi. Kemudian, kita tuangkan dalam kolase berisi berita-berita negatif dari guntingan koran, menempelnya pada kanvas, dan mengecatnya dengan warna gelap. Menggambarkan suasana batin manusia selama pandemi,” ucap Theo.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat