Relawan berinteraksi dengan anak yang berhasil dievakuasi dari Kabul, Afghanistan di Bandara Internasional Washington Dulles di Chantilly, Vancouver, Sabtu (28/8/2021). | AP Photo/Gemunu Amarasinghe

Kisah Mancanegara

Uluran Tangan Terbuka bagi Pengungsi Afghanistan

Ajakan menyumbang ternyata mendorong banyak orang memberikan donasi bagi pengungsi Afghanistan.

OLEH LINTAR SATRIA

Suara bel pintu di rumah Lucie Dennis tak hentinya berdering. Bunyi tersebut menandai datangnya sekitar 50 kotak kardus Amazon yang telah datang.

Kotak-kotak itu bukan hasil belanja daring, melainkan berisi donasi masyarakat Inggris yang ingin membantu pengungsi Afghanistan, setelah mereka meninggalkan negaranya.

Lucie mengelola organisasi kemanusiaan Help to Make Tummies Full yang memberi makan anak-anak kurang mampu di Inggris. Ibu tiga orang anak itu memutuskan untuk membantu pengungsi Afghanistan setelah melihat berita krisis di negara Timur Tengah tersebut.

Sejauh ini ia sudah menerima lebih dari 2.000 poundsterling untuk donasi dalam bentuk berbagai kebutuhan anak-anak, di rumahnya di Walsall. Donasi itu cukup untuk membuat 48 paket ransel untuk anak-anak Afghanistan yang kini tinggal di tempat pemukiman sementara. 

Lucie sudah memiliki daftar usia dan gender. Ia kemudian memasukkan kaus kaki, pakaian dalam. Tak ketinggalan, ia juga melengkapi paket donasinya dengan buku mewarnai, pensil, alat mandi, sabun dan pasta gigi. "Setiap tas berbeda," katanya pada BBC, Ahad (29/8).

photo
Warga yang berhasil dievakuasi dari Kabul, Afghanistan tiba di Bandara Internasional Washington Dulles di Chantilly, Vancouver, Kanada, Sabtu (28/8/2021). - (AP Photo/Gemunu Amarasinghe)

"Beberapa orang membuat ransel paket mereka sendiri, yang lainnya memberi banyak barang untuk kami dan yang lainnya dari daftar permohonan Amazon, setiap kali saya cek daftar itu sudah dibeli," tambah Lucie.

Ajakan menyumbang yang diunggah di media sosial Facebook, ternyata mendorong banyak orang memberikan donasi. Fahim Zazai yang juga mengelola kampanye donasi di Walsall, sangat senang dengan respon untuk membantu para pengungsi Afghanistan. "Sudah sangat positif, banyak orang merespons dengan sangat cepat,” katanya.

Fahim mengelola Pusat Komunitas dan Kesejahteraan Afghanistan di Kota West Midlands. Ia datang ke Inggris dari Afghanistan lebih dari 20 tahun yang lalu. Saat itu ia benar-benar sendirian dan tidak bisa berbahasa Inggris.

Kini pria 42 tahun itu membantu orang-orang yang melakukan perjalanan yang sama. "Saya datang ke sini tanpa apa-apa, saya tahu betapa sulitnya datang ke sini tanpa bisa bahasanya, Tidak punya teman, tidak memiliki bantuan, saya membantu keluarga-keluarganya baru tiba," katanya.

Kini ayah empat orang anak itu mengajak masyarakat memberi donasi seperti pakaian, barang-barang kebutuhan rumah tangga seperti piring, garpu, hingga mainan. "Apa yang mereka terima tidak cukup, kami meminta barang-barang tertentu karena sering mereka hanya datang dengan pakaian yang dikenakan," kata Fahim.

Jayne Moorby kerap menjadi sukarelawan Furness Refugee Support. Saat Taliban menguasai Afghanistan, perempuan berusia 44 tahun itu juga tergerak menyumbang ke organisasi lain, Care4Calais yang mengumpulkan barang untuk dibagikan ke pengungsi yang baru tiba di Manchester, baru-baru ini.

Ia mengunggah donasinya ke media sosial yang terdiri spidol, sabun, pasta gigi dan barang-barang lainnya."Tak ada yang memilih menjadi pengungsi, bila kami berada di posisi itu saya berharap mendapatkan kebaikan dan bantuan untuk membangun kehidupan baru," katanya.

photo
Pencari suaka asal Afghanistan beraktivitas di tenda di kawasan Kebon Sirih Barat Satu, Jakarta, Kamis, (26/8/2021). Sebanyak 20 pencari suaka asal Afghanistan kembali menempati ruas jalan Kebon Sirih Barat Satu, mereka berharap bisa diterbangkan ke negara lain serta mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Moorby yang sehari-hari bekerja sebagai manager pemasaran itu mengatakan impresi pertama yang harus diberikan Inggris adalah 'pesan menyambut'. "Sejak saya mencicitkan foto itu, betapa banyak orang yang mengatakan ingin menyumbangkan pakaian atau uang," Moorby. Menurutnya, ia hanya ingin para pengungsi tahu, bahwa ada orang-orang yang menyambut dan membantu mereka.

Uluran tangan untuk menyambut para pengungsi Afghanistan juga dilakukan oleh pensiunan pekerja sosial Annie Mellor. Ia menyewakan ruangan di rumahnya di Plymouth yang ia tempati bersama suaminya Pete di Airbnb.

Ketika krisis Afghanistan terjadi, ia telah mulai mengeksplorasi cara yang ia miliki. Perempuan 65 tahun itu awalnya menyewakan ruangan tersebut untuk mahasiswa Afghanistan yang belajar di universitas setempat.

Tapi, setelah ia menemukan tidak ada warga Afghanistan di sana ia mengubah rencananya. Airbnb menawarkan membayar akomodasi bagi 20 ribu pengungsi Afghanistan.

Penawaran itu terbuka bagi siapa pun yang ingin berbagi ruangan dengan para pengungsi. "Putra saya bekerja di organisasi non-pemerintah di Afghanistan. Ketika ia bekerja di sana saya melihat dan bom meledak di depan rumahnya dan saya sadar perempuan Afghanistan mengalami massa yang sangat buruk," katanya.

Kondisi Airbnb yang dimiliki Mellor, cukup ideal. Huniannya memiliki pintu masuk dan kamar mandi sendiri. Mellor mengungkapkan, apabila ia tidak mendapatkan seseorang dari Afghanistan, ia akan mulai mempesiapkannya untuk membantu pengungsi dari Suriah.

Louisa Whitehead bekerja untuk Charity Aid Recycling Enterprise adalah salah satu warga Inggris yang mencarikan para pengungsi tempat tinggal sementara. Saat ini, pengungsi Afghanistan segera mendapatkan tempat tinggal dari skema pemukiman pemerintah Inggris.

Louisa baru saja mengunjungi warga Afghanistan yang baru tiba di Inggris pekan lalu. Ia bergabung dengan sukarelawan, seorang pria yang melarikan diri dari Taliban 20 tahun lalu, dan sangat fasih berbahasa Farsi.

"Dia sangat bersikeras untuk pergi dan karena ia ingin memberitahu para pengungsi bahwa semuanya akan bai-baik saja, dalam bahasa mereka," ujarnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat