Popok bayi | Webmd.com

Sehat

Teliti Menggunakan Popok pada Bayi

?Popok kotor dan penuh atau terlalu lama dibiarkan saja akan berbahaya bagi kulit bayi.?

Lara Febian (27 tahun) sempat panik dan khawatir ketika anaknya Fia (6 bulan) mengalami luka pada bagian selangkangan. Dia langsung membawa anaknya ke dokter.Dok ter mendiagnosis Fia terkena infeksi bakteri yang dipicu akibat tidak cocoknya kulit bayi tersebut dengan popok sekali pakai yang digunakannya.


Dari situ Lara mulai mengganti popok yang dibeli sebelumnya dengan popok lain."Alhamdulillah Fia cocok dengan popok itu. Sejak saat itu, Fia tidak pernah mengalami infeksi lagi," ujarnya, di Jakarta, beberapa waktu lalu.


Selain Lara, banyak kasus serupa terjadi di tengah masyarakat. Hal ini memicu anggapan bahwa popok sekali pakai membuat anak rentan alami ruam popok atau iritasi pa da kulit sekitar tepian popok. Namun, benarkah demikian?


Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Umum Bunda Margonda-Depok dr Farabi El Fouz SpA MKes menjelaskan, kebanyakan ibu-ibu memilih produk popok sekali pakai yang sudah memiliki nama. Mereka biasanya memilih popok berdasarkan iklan yang disaksikannya. Mereka memilih menggunakan popok sekali pakai yang praktis karena mudah di gunakan. Namun, sering kali orang tua la lai dan lupa, bahkan malas mengganti popok.


Popok kotor atau terlalu lama dan penuh, serta dibiarkan akan berbahaya bagi kulit bayi. Penuh atau kotornya popok, kata dia, berbeda-beda pada bayi. Volume urine maupun kotoran tinja berbeda tergantung asupan nya. Bila anak banyak minum, jumlah urinenya pun banyak. "Jika popok dibiarkan hingga batas maksimal dan bocor baru diganti, maka kotorannya lebih lama menempel di kulit bayi," ujarnya di Jakarta, belum lama ini.


Bila kulit bersentuhan dengan popok yang basah terlalu lama mudah membuat kulit anak terinfeksi kuman. Sebaliknya, bila popok baru dan kering, bergesekan dengan kulit pun tidak masalah. "Ph urine atau kadar ke asamaan tidak normal, berubah-ubah. Begitu juga dengan feses anak. Feses anak yang diare lebih asam dari biasanya, banyak kuman aneh. Hal ini gampang menyakiti kulit meskipun popok memiliki kualitas baik," ujarnya.


Popok kotor yang dibiarkan juga dapat berisiko anak kelainan kulit dan kotoran masuk ke kandung kemih. Kuman akan menginfeksi di sana. "Tadinya ada 250 juta kuman. Gara-gara kelamaan akhirnya bertambah jadi 1 miliar. Kemungkinan masuk saluran urine jadi lebih besar."


Ruam ini tidak hanya terjadi pada anak pengguna popok sekali pakai, tapi juga pengguna popok kain atau konvensional pun bisa. Karena itu, setelah anak buang air kecil (BAK)atau buang air besar (BAB), segera organ intim dan bokong bayi dibersihkan dengan air bersih dan kapas. Popoknya pun harus segera dibersihkan sebelum dibuang. Barulah bayi dikenakan popok yang baru. "Kotoran anak pada diapers merupakan sampah medis.Jadi, harus dibersihkan, baru dibuang ke sampah," ujarnya.


Selain masalah lama diganti, tambah Farabi, popok juga kadang mengandung bahan iritan dan berisiko pada anak yang kulitnya sensitif. "Jadi, harus diteliti lebih lanjut. Tidak semua hal itu terjadi sama pada anak," ujar Farabi. Para orang tua yang alergi juga bisa menurunkan risiko itu kepada bayinya. Bila ayahnya alergi, 40 persen akan mewarisi anak alergi.


Berbagai penyakit akibat popok, antara lain ruam, dermatitis, infeksi saluran kemih, in feksi bakteri, dan infeksi jamur. Farabi menyarankan, anak yang ruam untuk diberikan losion pada bagian yang sakit atau area popok. Pilih produk losion yang sesuai petunjuk dokter. Untuk bedak, dia tidak mereko mendasikan karena sering masuk ke area organ intim bayi perempuan.

photo
webmd.com


Mitos lainnya adalah popok memicu kaki anak berbentuk O. Menurut Farabi, jika popoknya tepat, ukuran tepat, dan cara pakai yang tepat, maka benda itu tak memberi efek apa pun pada bentuk kaki bayi.


Kelebihan dan kekurangan

Setiap orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam memilih popok. Dia mengungkapkan, para ibu muda tak jarang memilih popok kain untuk mencegah ruam. Namun, tak sedikit pula yang memilih popok sekali pakai.


Menurutnya, keduanya memiliki sisi positif dan negatifnya. Anak akan menangis saat popoknya basah sehingga di saat itulah orang tua harusnya mengganti popok. Popok kain tidak menggunakan bahan-bahan kimia dan jarang mengiritasi kulit. Namun, orang tua harus rajin mengganti popok kainnya. Hanya, popok kain tidak bisa menyerap cair an yang banyak.


Sedangkan, popok sekali pakai, orang tua bisa menunda penggantian popok sampai dua kali BAK. Namun, di saat bayi BAB, popok harus segera diganti. Kelebihannya itu, ibu bisa sambil mengerjakan pekerjaan lain, seperti memasak, mencuci, atau mengepel. Hanya, ibu sering kali lupa, lupa toilet training, sehingga perkembangan kemampuan anak jadi masalah," kata Farabi.


Kepraktisan popok sekali pakai biasanya membuat para ibu merasa nyaman. Hingga akhirnya lupa menghentikan anak memakai popok. Menurutnya, anak harus berhenti menggunakan popok saat anak sudah bisa diajak berkomunikasi. Anak dilatih untuk BAK dan BAB di kamar mandi sejak dini."Anak yang sudah bisa komunikasi, harusnya diajarkan toilet training," ujarnya.


Orang tua harus konsisten melakukan toilet training. Namun, kadang-kadang orang tua tak mau repot dan membiarkan anaknya BAK dan BAB di popok, terutama saat mereka pergi ke mal atau tempat hiburan. "Akhirnya anak tidak bisa membedakan kapan bisa buang air kecil di diapers, kapan di toilet," ujarnya.


Saat malam hari, ketika diajarkan toilet training, orang tua bisa membangunkan anak untuk BAK di kamar mandi. "Anak yang sudah toilet training, sebelum tidur pipis.Kemudian, kandung kemihnya akan terisi lagi. Penuhnya berbeda, tiap anak volumenya berbeda," ujarnya.


Dikatakannya, orang tua cukup membangunkan anak untuk BAK sekali saja, jangan keseringan. Karena, hormon pertumbuhan anak kecil ada saat mereka tidur. "Jangan terlalu banyak dibangunin. Awalnya anak marah. Lama-lama terbiasa. Kalau anak kecil dibangunin, gampang tidur lagi."


Bayi baru lahir boleh menggunakan popok sesuai ukurannya. Kalau tidak ada ukurannya, Farabi menyarankan, untuk menggunakan popok konvensional. Asalkan, tambah dia, ibunya segera mengganti popok saat basah.


Ketua Premier Koperasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sekaligus Ketua Umum Peng urus Besar IDI Periode 2018?2021 Dr Daeng M Faqih menganjurkan memilih popok yang aman untuk bayi dan batita. Maksudnya aman, kata dia, adalah yang tepat bagi bayi, terutama yang kulitnya sensitif. "Ba yi memang membutuhkan perawatan khusus dalam penggunaan popoknya. Salah satunya penggunaan popok dengan bahan dasar yang aman," ujarnya. (ed:dewi mardiani)


TIPS SEPUTAR POPOK BAYI

  1. Pilih bahan popok yang tepat yang dapat menjaga kestabilan Ph dan kulit tetap kering.
  2. Segerakan mengganti popok jika sudah terkena urine atau tinja. Tidak terlalu lama membiarkan popok penuh atau bocor.
  3. Gunakan popok sesuai ukuran.
  4. Menjaga daerah yang terkena popok tetap bersih dan kering.5. Pada anak yang sudah bisa komunikasi, ajarkan toilet training.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat