Inovasi
Polah Tingkah Adaptasi Digital
Perubahan signifikan yang terjadi di masa pandemi adalah terkait pemanfaatan teknologi digital.
Di masa pandemi, ada berbagai dinamika baru di tengah masyarakat terus bermunculan. Salah satu dinamika yang paling menyolok adalah semakin tingginya pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa terasa, tingginya adopsi digital ikut pula mengubah perilaku masyarakat. Menggelar pertemuan, kini tak lagi harus bertemu. Bekerja juga bisa dilakukan dari berbagai sudut rumah.
Dari sisi perusahaan, perubahan ini juga berdampak pada penentuan strategi. General Manager External Corporate Communications Telkomsel, Aldin Hasyim menjelaskan industri telekomunikasi memulai 2021 masih dalam kondisi pandemi yang terus berlanjut.
Kondisi ini disertai dengan proses pemulihan ekonomi yang masih melambat dari perkiraan sehingga memberi dampak pada masyarakat. “Pandemi yang telah berlangsung selama lebih dari setahun, telah memaksa masyarakat secara umum menjadi terbatas dalam melakukan aktivitas dan mobilitasnya. Hal ini, membuat masyarakat makin memaksimalkan pemanfaatan teknologi,” ujarnya.
Hal ini, lanjut Aldin, berdampak pada semakin cepatnya proses adopsi dan adaptasi masyarakat dalam pemanfaatan teknologi digital. Hingga kuartal satu 2021, Telkomsel mencatat adanya pertumbuhan pengguna layanan data mencapai lebih dari 9,3 persen secara year on year. Peningkatan ini didukung dengan kenaikan penggunaan perangkat berkemampuan 3G/4G sebesar 7,1 persen.
Trafik dan lonjakan data pun ikut terkatrol hingga 59,7 persen. Menurut Aldin, sepanjang 2020, trafik layanan data Telkomsel mencapai 9,6 juta TB atau tumbuh lebih dari 43 persen.
Pertumbuhan ini juga terus berlanjut hingga memasuki 2021. Menurutnya, ada sejumlah aplikasi yang mengalami peningkatan trafik penggunaan, seiring dengan tumbuhnya pemanfataan masyarakat untuk mendukung aktivitas keseharian.
Macam-macam Budaya Digital
Menurut Pengamat Gaya Hidup sekaligus Mind Programmer Dwi Sutarjantono, perubahan signifikan yang terjadi di masa pandemi adalah terkait pemanfaatan teknologi digital. Terkait adanya perubahan mobilitas, Dwi menjelaskan, karena keterbatasan saat masa pandemi Covid-19, orang-orang sekarang sudah jarang menggunakan transportasi umum dan lebih banyak yang bekerja dari jarak jauh.
Selanjutnya, kesadaran terhadap kesehatan juga sudah berubah. Sekarang, kata dia, orang menggunakan masker, lebih rajin menjaga kesehatan, dan terbiasa mencuci tangan di sela beragam kegiatan.
Menurutnya, perilaku manusia biasanya berubah karena ada keterpaksaan. Ada sesuatu yang baru, norma baru, ada keterpaksaan dan akhirnya menjadi kebiasaan.
“Ketika muncul norma baru, ada peraturan baru, tidak boleh ini, tidak boleh itu. Maka akhirnya memaksakan diri. Yang pertama ada penolakan kan. Sekarang akhirnya terbiasa,” ujarnya.
Selain itu, terjadi juga di kebiasaan pembelian secara daring. Tadinya, orang mungkin tidak nyaman berbelanja secara daring, tetapi sekarang orang-orang sudah terbiasa membeli secara daring.
Kebiasaan-kebiasaan baru tersebut pun, kini mulai menjadi kebudayaan. Apabila ada pola perilaku manusia yang berubah, biasanya tergantung pada geografis dan kebudayaan yang ada.
Namun karena adanya pandemi Covid-19, perubahan yang terjadi ternyata lebih kompleks. Dwi memberi contoh, banyak orang yang saat ini belajar melalui melalui platform digital.
Tak hanya berhenti sampai di situ, tren perubahan terus berjalan, yakni belajar dengan menggunakan video. Kesempatan belajar pun tak perlu lagi menunggu adanya webinar atau kesmpatan untuk kursus daring.
Contoh lainnya, sekarang ini rapat dilakukan secara daring. Konsep bekerja yang dulu biasa dilakukan di kantor, bersama para kolega kini mulai berubah.
Begitu pekerjaan selesai secara daring, orang kini cenderung tak lagi berlama-lama. “Jadi faktor keadaan yang baru ini, mengubah juga cara seseorang belajar dan bekerjanya,” ujar Dwi.
Terkait dinamika gaya hidup masyarakat setelah pandemi Covid-19, menurut Dwi, akan ada kebiasaan yang dipertahankan. Tapi, akan ada pula kebiasaan yang dibuang. Ini karena manusia pada dasarnya makhluk sosial dan mereka ingin berinteraksi.
Terkait digitalisasi, misalnya. Orang yang sebelumya terbiasa berolahraga di gym. Apabila dulu rutinitasnya adalah bekerja dulu baru berolahraga, kini bekerja bisa dilakukan bersamaan dengan nge-gym.
Di dunia kerja, Dwi memperkirakan, kemungkinan dinamikanya sudah tidak akan kembali seperti dulu lagi. Mungkin kantor akan menerapkan hibrid, dimana sebagian boleh bekerja secara daring dan sebagian lagi tidak.
Bisa juga, konsep bekerja di kantor akan dibagi sesuai jadwal, seperti tiga hari bekerja secara daring dan dua hari lainnya bekerja di kantor.
Apabila ada pola perilaku manusia yang berubah, biasanya tergantung pada geografis dan kebudayaan yang ada.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.